All Chapters of JANDA MENAWAN DIKEJAR CINTA BRONDONG SULTAN: Chapter 1 - Chapter 10

137 Chapters

1. Brondong Meresahkan

"Kalau takdirmu aku, kamu bisa apa, Mbak?”Amira terenyak dan mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengarkan kalimat dari mantan bocah SMA itu. Iya, yang melontarkan kalimat itu sudah satu tahun tak memakai seragam putih abu-abunya setelah dicoret-coret. Tak berapa lama, tawa Amira malah menyembur bak air dari mulut mbah dukun.“Gila ... gila! Keren banget ide konten lu, Syil,” ujar Amira sambil memegangi perutnya.Yang Amira tahu, sejak masuk kelas sebelas, Arsyil sudah berpenghasilan dari hasil konten-kontennya di Kamu-tube. Amira pun salah satu subscriber-nya yang suka dan merasa terhibur dengan aksi konyol Arsyil. Dia sering membuat video cosplay jadi driver taksi online yang suka mengerjai para penumpang wanita berumur. Maksudnya lebih tua darinya.Arsyil hanya menatap Amira dengan tatapan tajam. Tak ada pergerakan dari kedua sudut bibirnya yang menandakan, bahwa saat ini dia tak sedang main-main, sementara wanita yang usianya terpaut delapan tahun lebih tua dari Arsyil itu
Read more

2. Wanita dan Traumanya

"Jangan kayak jijik gitu, Mbak, sama brondong. Entar malah tergila-gila, lho.”“Tergila-gila?”Arsyil mengangguk.“Siapa?”Pria dengan bibir tipis itu menunjuk Amira dengan dagunya.“Aku? Tergila-gila sama kamu?”Dua jempol tangan Arsyil mengacung.“Strawberry, mangga, donat. Sorry, enggak minat!”Arsyil terkekeh. “Ah, masa?”Amira kembali menunjukkan ekspresi bergidik. Sementara teman adiknya itu malah mengeluarkan sedikit ujung lidahnya untuk membasahi bibir dan mengacak-acak rambut berponinya. Tak berlebihan jika banyak subscriber-nya bilang kalau Arsyil Miftah sebagai Sehun KW dengan kearifan lokal.“Muter-muter cari cincin, nemunya di Raja Ampat. Mbak Mira udah aku tandain, pokoknya harus dapat.”“Beli buku gratis kotak pensil. Sorry, seleraku bukan bocil,” balas Amira tak mau kalah.Arsyil menggeleng dengan menyunggingkan senyum misterius. Percik semangat dalam hatinya kian berkobar, seiring ucapan Amira yang menyebut dirinya ‘bocil’.Entah apa yang tengah menyerang hati dan pik
Read more

3. Mau Ditembak?

"Semalam kafe rame banget, ya, Bib?”“Alhamdulillah, Mbak. Habis si Arsyil bikin konten di kafe dan pesen semua menu masakan di sana, hampir tiap hari menu kita ludes. Padahal porsi selalu ditambah.”“Syukurlah, berarti omset kita bulan ini bisa nutup yang kemarin-kemarin, ya?”“Alhamdulillah bisa banget, Mbak.”Amira tersenyum bahagia dengan terus mengunyah menu sarapan.“Aku boleh kasih bonus ke Arsyil enggak, Mbak?”Amira mengernyit. “Bonus apa?”“Ya semacam makan minum gratis buat dia kalau pas main ke kafe. Gimana pun dia punya andil cukup berpengaruh, Mbak, buat usaha kita.”“Hmm ... boleh-boleh aja, Bib. Kasih aja.”“Oke, Mbak. Siap!”Kafe yang dikelola oleh Abib adalah usaha miliknya dan Amira. Modal paling banyak dari kakaknya, sementara Abib yang cukup andal dalam manajemen menjadi wakil dari Amira. Selain sebagai penyumbang modal terbesar, Amira juga sebagai kepala koki di dapur kafenya sendiri.“Mama ....”Gala datang dengan seragam PAUD-nya yang cerah. Secerah senyum khas
Read more

4. Calon Istri

“L-loh, kok bisa?” Amira tergagap.“Bisa apa, Mbak?”“Lu vcall gue duluan, ya?”“Dih, mana ada?” tampik Arsyil. “Mbak Mira yang vcall aku duluan.”Amira menggeleng. “Enggak mungkin!”“Apanya yang enggak mungkin, Mbak? Lihat aja entar di log panggilan. Yang manggil duluan aku apa Mbak Mira?”Amira menangkupkan kedua telapak tangannya untuk menutupi wajah, sementara ponselnya berdiri menyandar di depan vas bunga dekat laptop. Apa iya tadi jarinya sudah menyentuh gambar kamera hingga membuat panggilan video ke nomor Arsyil? Ah, ternyata selain kaki, jari pun bisa terpeleset. Apalagi hati, terpeleset brondong. Eh! “Enggak usah malu, Mbak. Aku udah denger, kok, semua yang Mbak Mira bilang.”“Hah?” Amira membuka telapak tangannya. “Emang gue bilang apaan?”“Mbak Mira bilang gini: Arsyil harus klarifikasi kenapa sampai bilang ke Gala bakal tinggal di rumah segala. Emang dia siapa? Suami aku? Nembak aja belum.”Mata Amira melebar.“Siapin mental, ya, Mbak. Aku bakal nembak Mbak Mira di depa
Read more

5. Berani Lawan?

“M-Mas Dewo?”Amira terpaku saat pulang dari klinik bidan tempat biasa ia cek kandungan. Pulang-pulang disuguhi pemandangan di mana dua insan berlainan jenis tanpa sehelai benang sedang adu fisik penuh peluh dan nafsu setan.Air mata Amira luruh tanpa komando. Dewo benar-benar gila. Ia bermain kuda-kudaan dengan wanita lain di kamar pribadinya dengan sang istri. Cepat-cepat dua insan yang diliputi gairah itu menarik selimut.“A-Amira?” Dewo tampak gugup. Wajahnya pias dan pucat seperti mayat. “B-bukannya kamu mau menginap di rumah ibu setelah cek kandungan?”Amira tak bisa mengucapkan kata-kata. Hatinya benar-benar remuk dihajar realita di depan mata. Saat ia dan janinnya harus berjuang dengan kondisi kehamilan yang lemah, Dewo malah bermain gila di rumah kontrakan mereka.“Mas Dewo ... aku udah basah, Mas. Ayolah ...,” desah wanita di samping Dewo dengan tak tahu malu.Dapat Amira pastikan, bahwa keduanya belum sampai dipuncak yang ingin dituju. Terlihat dari wajah Dewo yang masih di
Read more

6. Merinding Disko

Tak mau ditipu anak kecil, Dewo segera merebut ponsel Amira untuk memastikan ucapan Arsyil. Seketika Dewo membeku, kakinya seperti mengakar di lantai, dan jari-jarinya kebas melihat nominal yang benar-benar masuk pada nomor rekening Amira. Sementara Amira tersenyum puas saat bisa membuat Dewo mati kutu dengan adegan bohongan ini. Masalah uang itu, nanti setelah episode ini selesai tayang, Amira akan mentransfer balik pada rekening Arsyil. “Sayang, aku lapar ...,” rengek Arsyil dengan mengembungkan kedua pipinya. Ya ampun, gemas banget. Amira mengerjap saat sadar telah mengagumi Arsyil secara tidak sengaja. “Ya ampun, Sayang ... maaf, ya. Aku sampai lupa. Yuk, kita makan di ruangan aku aja. Takut ada yang ganggu,” bisik Amira yang masih dapat didengar jelas oleh Dewo. “Siap, Sayang.” Arsyil menggenggam tangan Amira dan menge
Read more

7. Gara-gara Cecak

Abib lagi-lagi harus menerima telepon dari salah satu teman kampusnya yang mau reservasi kafe untuk acara ulang tahun. Tangan yang sudah menyentuh handle pintu ruangannya bersama Amira urung ia putar. Merasa haus, Abib pun bergegas ke dapur sembari menerima telepon. “Iya, Sya. Gimana?” “Bib, bulan depan pas malam minggu pertama, kafe lu gue boking, ya?” “Boleh, boleh. Untuk acara apa, Sya?” “Ultah gue, Bib.” “Wih, jatah umur lu semakin berkurang, dong, Sya?” “Sialan lu, Bib!” Abib tergelak dan meminta maaf karena hanya bercanda. “Untuk makan dan minum bisa request, kan?” “Bisa dong, Sya. Pelanggan adalah raja. Entar gue kasih diskon kalau tamunya banyak.” “Sip, sip. Entar gue
Read more

8. Disidang

Bu Zahroh mengernyit menatap lelaki dengan kemeja lengan pendek dan celana bahan itu. Wajahnya seperti tak asing, pikirnya. “Bu ....” Dewo maju dan hendak meraih tangan mantan sang mertua untuk diciumnya. Namun, dengan cepat Bu Tami menyembunyikan tangan kiri di punggung dengan tangan kanan masih menggandeng tangan Gala. Dewo tercekat mendapati reaksi mantan mertuanya. “Ibu mau ke mana? Biar Dewo antar.” Bu Zahro langsung membulatkan mulut saat sadar, bahwa lelaki di hadapannya saat ini adalah mantan suami Amira. “Nggak perlu! Kakiku masih sehat buat jalan!” jawab Bu Tami, ketus. “Ayo, Bu!” lanjutnya mengajak Bu Zahro melanjutkan langkah sembari menarik pelan tangan Gala. “Ini Gala?” Bu Tami menyadari sesuatu dan langsung menggendong anak tampan berusia 5 tahun itu. “Bukan
Read more

9. Nikah yuk, Mbak!

“Apa?! Gala diculik?” Mendengar nama sang buah hati disebut, Amira langsung menoleh ke arah adiknya. “Gala diculik?” lirih Amira dengan mata membola dan langsung mendekati Abib. “Ibu sekarang di mana?” ‘Ibu di rumah. Itu penculiknya gedor-gedor pintu terus. Cepetan pulang!’ ‘Nek ... Gala takut ....’ Terdengar rengekan Gala setelah kalimat Bu Tami yang terdengar panik. “Ibu, Ibu tenang, ya. Kunci semua pintu, Ibu sama Gala masuk kamar dan kunci juga pintunya. Abib sama Mbak Mira pulang sekarang juga.” Klik. Bu Tami langsung memutus panggilan. Dewo terus mengetuk pintu rumah mantan mertuanya dengan tak sabar. Niatnya hanya ingin bertemu Gala, tetapi Bu Tami malah menyebutnya sebagai penculik. Jika saja Dewo datang saat Amira dan Abib sudah di rumah,
Read more

10. Bermain di Timezone

Bahu Dewo luruh saat mendengar panggilan sang putra untuk pria yang usianya jauh di bawahnya. Hatinya hancur mendapati kenyataan. Jangankan memanggilnya papa, mengenali Dewo saja tidak. Mungkin itu tak seberapa dibanding sakit yang Amira rasakan dulu. Namun, diperlakukan sebagai orang yang tak dikenali putra kandungnya saja rasanya begitu pilu. “Papa Cil,” panggil Gala. “Iya, Sayang?” “Gala pengen main ke timezone,” pintanya setengah merengek. “Timezone yang di Mall?” Jagoan tampan itu mengangguk. “Tanya dulu sama Mama. Boleh, enggak?” Gala menoleh pada muara kasihnya yang menatap sang buah hati dengan penuh cinta. “Boleh, Ma?” Melihat kejadian yang sempat membuat Gala ketakutan, Amira pun mengangguk demi melihat senyum mereka
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status