All Chapters of JANDA MENAWAN DIKEJAR CINTA BRONDONG SULTAN: Chapter 51 - Chapter 60

137 Chapters

51. Nemen

Amira menoleh ke area parkir. Benar, motor kesayangan gadis cantik yang tak lain sepupunya itu terparkir di sana. Motor bebek dengan full stiker Donal Duck itu sangat Amira kenal. “Ada apa, Mir?” “Bu, saya ke sana sebentar, ya. Itu kayaknya sepupu saya, deh.” Amira menunjuk dua orang perempuan. “Oh ... iya, iya.” Amira bergegas menghampiri Tarissa. Sepertinya gadis yang sebentar lagi akan menanggalkan status remajanya itu baru pulang kerja. Seragamnya saja masih dipakainya. “Udah, Sa ... enggak usah nangis. Masih syukur lu tahu kebusukan tunangan lu sebelum kalian resmi menikah.” Tarissa berjongkok. Sesengukan sembari  menyembunyikan wajah, menunduk dengan lengan sebagai tumpuan. Sementara di depannya teronggok keresek putih dengan beberapa cup es krim dari gerai ini. “G-gue nggak
Read more

52. Serba-Serbi Cerita Cinta

"Jadi serius lu udah punya tunangan, Dra?” Andra hanya mengangguk dengan tatapan fokus, sebab sedang mengemudi. “Lu serius suka sama itu cewek? Bukan cuma buat senang-senang aja kek yang kita jalanin?” Giandra tersenyum miring. Sebejat apa pun seorang pria, ia tetap menginginkan wanita baik-baik sebagai pendamping hidup. Hubungan tanpa status yang ia jalani dengan Ivana memang sudah lama dilakoninya, bahkan jauh sebelum pria hitam manis itu mengenal Tarissa. Namun, jauh di dalam hati, Giandra ingin mengakhiri hubungan tidak sehat yang masih mengepungnya. Pria yang bekerja sebagai kepala divisi di salah satu perusahaan besar di Jawa Tengah itu tak ingin berlarut-larut bermain api dengan Ivana. Akan tetapi, ia sudah kecanduan seks dengan wanita hyper itu. “Ndra?” Lelaki yang sedikit melamun itu tersentak. &ldqu
Read more

53. Penyamaran Sang CEO

Jet pribadi super mewah yang ditumpangi Juan Ekananda mendarat dengan selamat dini hari di Jenderal Ahmad Yani International Airport, Semarang. Eka tersenyum saat bisa kembali menghirup udara di Kota Lumpia, tanah kelahirannya. Ia akan memakai topeng untuk menanggalkan sementara semua kesan glamor dan perfeksionis sebagai seorang CEO di negara ayahnya berasal. Hanya segelintir orang terdekat yang tahu persis apa pekerjaan Eka di Korea. Biarlah banyak orang beranggapan jika Eka ke Korea sebagai TKI. Itu jauh membuatnya lebih baik, daripada harus dikejar-kejar ibu-ibu yang menginginkan memiliki menantu sultan. Mobil jemputan dan dua orang bodyguard siap mengawal Eka. Duda tampan itu akan mlipir sebentar ke salah satu flat milik teman karibnya. Dia seorang polisi yang juga berstatus duda. Sama seperti nasib Eka, istri teman baiknya itu berpulang dengan membawa anak yang sedang dikandungnya. Bedanya, Adam–nama teman Eka–sudah memilik
Read more

54. Si Polos, Gala

Arsyil mengabaikan ponselnya yang masih menyambung dengan Eka. Ia tak peduli, sebab kedatangan Amira mampu mengalihkan dunianya. Ya, begitulah indahnya cinta. Terkadang manisnya memang membuat lupa segalanya, dan pahitnya hampir membuat orang gila. Amira sengaja datang pagi-pagi mengingat ucapan Bu Zahro saat di supermarket. Eka akan terbang malam hari dan kemungkinan akan sarapan pagi di rumah bersama keluarga. “Loh, ada anak ganteng juga,” seru Arsyil melihat Gala yang digandeng Amira. “Papa Cil ....” “Hallo, Sayang! Tos dulu, dong!” Gala dengan semangat menepuk telapak tangan Arsyil yang disodorkan kepada anak itu. “Udah mandi?” Anak tampan itu mengangguk. “Wih, keren. Papa Cil baru selesai olahraga. Mau mandi, tapi masih keringetan. Gala mau main PS, nggak?” Keponakan Abib menoleh kepada mamanya. “Boleh, Ma?” Amira tersenyum. “Boleh, tapi jangan terlalu dekat dan jangan lama-lama, ya, Sayang. Enggak boleh nakal.” Sebenarnya ini bukan pertama kali Gala main ke rumah Bu Za
Read more

55. Sebuah Nasihat

Amira menoleh dan mendapati sumber suara yang memanggilnya. Pak Beni berdiri di dekat sofa, di belakang tubuh Amira. “Eh, Pak Beni.” Amira berdiri dan mengusap jejak air matanya. “Enggak mau ganti nama panggilan ke saya, Mir?” “Heuh?” Amira tak mengerti dengan kalimat pertanyaan dari ayah pacarnya itu. Namun, Pak Beni malah terkekeh. “Gala lagi tidur. Biarin dia nyenyak. Enggak usah dibawa pulang dulu.” Sejujurnya ... Amira tak mau jika Eka datang sebelum ia pergi dari rumah sang pacar. Bukan apa-apa, tetapi ia sungkan jika harus bergabung dengan keluarga Pak Beni yang mungkin akan saling melepas rindu dengan Eka. “Duduk, yuk, Mir!” ajak sang tuan rumah. “Kamu pasti capek habis bantuin bundanya anak-anak masak. Istirahat bentar, sambil nunggu Gala.” Amira mengangguk d
Read more

56. Abib Bingung

 “Sudah, sudah. Ngobrolnya lanjut nanti,” sela Bu Zahro yang langsung menyongsong Eka untuk masuk. “Semua makanan kesukaanmu sudah tersedia di meja, Sayang. Yuk, makan dulu!” Lapar mata dan juga lapar perut membuat wajah tampan Eka berbinar saat menatap berbagai sajian di meja makan. “Uwah… Arsyil jadian laper, Bun.” “Ayah juga.” 
Read more

57. Tante Bidadari

“Buk, ini ada titipan dari Bu Zahro,” ucap Amira seraya meletakkan susunan rantang di meja makan. “Walah, ngapain repot-repot dibawain segala, Mir?” “Tadinya Mira enggak dibolehin pulang, Buk. Suruh makan siang bareng di sana sekalian nunggu Mas Eka dateng. Ya mana aku mau? Malulah. Makanya sebagai gantinya, Bu Zahro bawain itu. Yaudah, enggak ada alasan lagi buat nolak.” Wanita berkulit bersih itu segera mencemol rambut panjangnya agar tak gerah. Langkahnya mulai ke sana kemari untuk mengambil susu dari dalam kulkas dan menyeduhnya untuk sang jagoan. “Yah ... padahal Ibuk sama Rissa baru selesai masak ini.” “Enggak pa-pa, Buk. Yang dari Bu Zahro bisa ditaruh kulkas dulu. Bisa diangetin buat entar malam.” “Iya juga, sih,” jawab Bu Tami. “Yawis, Ibu tak ke samping dulu mau ambil jemu
Read more

58. Daega Jinjja Saranghae

Abib memperhatikan Nasya dengan alis terangkat sebelah. Ditanya malah bengong, begitu pikir Abib. “Sya!” Abib melambai-lambaikan tangannya di depan wajah temannya itu. “Hallo ... Nasya Mikayla Madava. Can you hear me?” Nasya mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya. “Eh, iya, Bib. Kenapa?” “Lu butuh aqua? Kayak enggak konsen gitu.” Nasya hanya tersenyum canggung. Abib izin permisi sebentar untuk mengambilkan tamunya air minum. Namun, di tembok ruang tengah, ia bertemu dengan tiga perempuan yang tengah cosplay jadi cecak-cecak di dinding, diam-diam mengintip dan menguping. Amira, Tarissa, dan ibunya hanya nyengir kuda setelah ketiganya sedikit terkejut melihat kedatangan Abib yang tiba-tiba. Mereka hanya penasaran dengan wanita cantik yang baru pertama bertandang ke rumah Bu Tami sebagai tamunya Abib. Pasalnya, anak jejaka Bu Tami itu ta
Read more

59. Menyapa Para Tetangga

Tiga hari keluarga Pak Beni berada di kota Demak. Dulu, almarhum Pak Husein dan keluarganya memang pernah lama menetap di Demak. Begitu pun dengan rumah Bu Rima berada, tetapi lain kecamatan. Namun, setelah Pak Beni menikahi Bu Zahro, keduanya pindah ke Semarang. Pak Husein dan sang istri meninggal saat Arsyil masih SMP. Kakek dari Eka dan Arsyil itu berpulang terlebih dahulu. Selang seminggu, tepat usai tahlilan hari ketujuh, nenek keduanya menyusul. Sungguh impian sehidup sesurga yang diidam-idamkan banyak pasangan. Di hari kelima Eka kembali ke kampung halaman, pagi ini ia berniat menyapa para tetangga. Diawali dari bertegur sapa dengan para jamaah pejuang Subuh di masjid dekat rumah Pak Beni. Eka mendapat sambutan hangat. “Masya Allah ... ini Mas Eka?” sambut seorang Ustaz. “Iya, Ustaz.” Eka tersenyum dengan serta merta menyambut tangan pemimpin salat berjamaah itu. “Kapan sampai Indonesia, Mas?” “Sebenarnya sudah empat hari yang lalu, Ustaz. Cuma di hari kedua, saya dan ke
Read more

60. Sang Provokasi

Beberapa hari ini Abib dan Arsyil memang disibukkan dengan kegiatan kuliah mereka. Makalah dan PPT banyak menyita waktu keduanya. Namun, berbeda dengan Abib yang banyak mengeluh, Arsyil terlihat lebih menikmati kegiatan study-nya. “Syil, gue perhatiin lu enjoy banget sama kegiatan kuliah. Tumben?” “Males salah, rajin salah,” jawab Arsyil dengan pandangan tak beralih dari layar lepi. Abib mengernyit melihat sikap Arsyil yang biasa saja. Tak khawatir atau uring-uringan. Tampaknya Arsyil tak tahu jika abangnya sering main ke rumah Bu Tami dan menemani Gala bermain. Memang tak ada yang perlu dicurigai apalagi dikhawatirkan. Bang Eka hanya sekadar bermain dan Gala pun senang jika ada teman baru. Namun, Abib menangkap maksud lain Eka yang menurut cerita ibunya sering menyambangi Gala saat Amira di kafe dan Abib kuliah. “Lé, Eka tiap hari main ke sini.” Bu Tami ber
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status