Arsyil mengabaikan ponselnya yang masih menyambung dengan Eka. Ia tak peduli, sebab kedatangan Amira mampu mengalihkan dunianya. Ya, begitulah indahnya cinta. Terkadang manisnya memang membuat lupa segalanya, dan pahitnya hampir membuat orang gila. Amira sengaja datang pagi-pagi mengingat ucapan Bu Zahro saat di supermarket. Eka akan terbang malam hari dan kemungkinan akan sarapan pagi di rumah bersama keluarga. “Loh, ada anak ganteng juga,” seru Arsyil melihat Gala yang digandeng Amira. “Papa Cil ....” “Hallo, Sayang! Tos dulu, dong!” Gala dengan semangat menepuk telapak tangan Arsyil yang disodorkan kepada anak itu. “Udah mandi?” Anak tampan itu mengangguk. “Wih, keren. Papa Cil baru selesai olahraga. Mau mandi, tapi masih keringetan. Gala mau main PS, nggak?” Keponakan Abib menoleh kepada mamanya. “Boleh, Ma?” Amira tersenyum. “Boleh, tapi jangan terlalu dekat dan jangan lama-lama, ya, Sayang. Enggak boleh nakal.” Sebenarnya ini bukan pertama kali Gala main ke rumah Bu Za
Read more