Semua Bab JANDA MENAWAN DIKEJAR CINTA BRONDONG SULTAN: Bab 71 - Bab 80

137 Bab

71. Saling Kejar

“Eh, Bu Tami. Itu beneran si Amira sama si Arsyil?” tanya seseibu yang sedang memilih sayuran di lincak depan warung Mpok Rusmi. “Beneran gimana, ya, Bu, maksudnya?” timpal Bu Tami dengan nada datar. “Ya, beneran lagi deket. Kan, denger-denger udah pacaran mereka. Betul begitu, Bu?” Bu Tami hanya menghela napas dengan senyum tipis tanpa mau menimpali. Tangannya mulai sibuk memegang daging ayam dan sayuran lainnya. “Bu Tami enggak takut kalau si Arsyil cuma mainin si Amira aja, Bu?” “Iya, ih. Si Arsyil, kan, masih muda, ganteng maksimal, tajir pula, tuh. Masa iya si Amira enggak takut kalau dia cuma dijadiin bahan gabut doang?” timpal wanita tambun yang anak gadisnya sangat mengidolakan Arsyil. Ibu-ibu yang lain hanya menjadi pendengar. Tak mau menambah dosa ghibah yang terkadang memang sangat menarik
Baca selengkapnya

72. Sayang?

“Astagfirullah!” pekik Bu Tami. “Kenapa, Bu?” tanya Bu Zahro di sampingnya. Bu Tami yang sedang memilih ikan asap tiba-tiba jarinya tertusuk lidi yang biasa berada di tengah ikan itu. Anehnya, setelah dilihat jarinya tak kenapa-napa. Padahal tadi jelas sekali terasa seperti tertusuk. “Eh, enggak pa-pa, Bu. Cuma ketusuk lidi ikan.” “Owalah, kirain kenapa.” Bu Saroh dan bestinya sudah pulang lebih dulu. Kini hanya tinggal Bu Zahro, Bu Tami, dan seorang lagi ibu-ibu di warung Mpok Rusmi. Tak berapa lama Bu Tami selesai dan ia menyapa Bu Zahro untuk pulang lebih dulu. “Oh, iya, Bu Tami. Monggo ....” Wanita paruh baya itu segera mengayun langkah dengan satu tangan yang menenteng kantong keresek. Berkali-kali ia mengembuskan napas dengan kalimat istigfar yang diucapkan lirih.&n
Baca selengkapnya

73. Debat Kusir

 Amira membuka kedua telapak tangannya. Sepasang siku yang sedari tadi bertumpu pada kedua pahanya segera ia lepas. Wajah khawatir yang tercetak di wajah Arsyil membuat Amira merasa ingin menyalurkan rasa sesaknya. Bahkan air mata Amira kembali berdesakan keluar saat melihat orang terkasihnya hadir di depan mata. “S-Syil, Gala ....” Arsyil menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut pacarnya. Namun, wanita itu kembali dikepung rasa ... entah. Ia kembali menangis. Putra tampan Beniqno Sujatmiko itu berdiri dengan menarik kedua tangan Amira dengan lembut. Dibingkainya sang wanita dalam dekapan. Amira kian tergugu di dada bidang Arsyil. Satu tangan Arsyil mengelus punggung kekasihnya dan satu tangan lainnya mengusap-usap suram hitam itu. Belum lagi bibir Arsyil yang berkali-kali mengecup puncak kepala Amira. Membuat Eka  terdiam dengan aksi keduanya. “Gala anak tang
Baca selengkapnya

74. Kaget

Pak Nanang–satpam sekolah TK–datang menjenguk Gala dengan dua orang guru sebagai perwakilan. Sebagai pasien yang dirawat di sebuah paviliun kelas satu, tak sembarang orang boleh datang membesuk. Mereka bisa masuk ketika keluarga pasien memperbolehkan. Diwakili oleh kepala sekolah tempat Gala belajar, mereka benar-benar meminta maaf atas ketidaknyamanan hingga keteledoran yang hampir berakibat fatal. Para guru yang biasa mengenali Abib atau Arsyil yang kadang menjemput Gala dengan mengenakan masker wajah merasa benar-benar kecolongan. “Kami selaku para pendidik benar-benar meminta maaf, Bu. Kami kecolongan,” ungkap wanita paruh baya yang Amira kenal sebagai Bu Anita, sang kepala sekolah.  “Iya, Bu, kami mengira pria yang datang menjemput Gala itu Mas Abib, atau malah Mas Arsyil,” sambung guru yang lebih muda. “Awalnya saya sudah agak curiga. Karena walau Mas Abib atau Mas Ars
Baca selengkapnya

75. Diskusi Keluarga

Arsyil yang baru pulang dari rumah sakit memang sengaja mematikan motornya di depan gerbang rumah. Tak berapa lama setelahnya, sang ayah datang dan masuk bersamaan dengan merangkul bahu anaknya yang sudah tinggi melebihi bapaknya sendiri. “Udah gede, nih, anak ayah.” “Iya, dong. Lamarin anak orang dong, Yah.” Pak Beni terkekeh, lalu menggeleng. Jika dilihat secara materi, anak bungsunya itu memang sudah sangat mampu menafkahi keluarga. Namun, apa iya Arsyil sudah benar-benar siap? “Bukannya Amira bilang kalau kamu harus kelarin kuliah dulu baru dia siapa dinikahin?” “Ayah enggak nyimak, nih! Kan, Arsyil bilang lamarin dulu, Yah. Biar dia sama Gala ada yang jagain.” “Adik sama ibunya, kan, ada.” “Beda, Yah ....” “Beda gimana?” tanya Pak
Baca selengkapnya

76. Bersekongkol Dengan Manusia Klenik

 “Pagi, Sayang ... udah enakan?” Gala tersenyum. “Udah, Pa.” Arsyil pun mengulas senyum, mengelus rambut Gala, lalu mencium kening anak itu penuh sayang. Jangankan ibunya, anak sekecil Gala pun akan meleleh dengan sikap manis Arsyil. Apalagi pembaca, sudah makin geregetan saja. Episode sudah sepanjang jalan kenangan, tapi belum juga ada hilal Amira akan dihalalkan. Ckckck, kasihan. Sabar, ya, Bun. Kejap lagi sampai pun. Pria yang sudah segar dengan menguarkan aroma maskulin yang sangat menggoda itu duduk di samping bed pasien. “Gimana boboknya? Nyenyak, kan?” Gala hanya mengangguk. Amira yang diam-diam memperhatikan sikap manis kekasihnya kepada sang putra tunggal cepat-cepat menunduk, pura-pura melipat selimut yang ia kenakan semalam. Tak berapa lama, seorang suster masuk dan meminta izin untuk mengelap tubuh
Baca selengkapnya

77. Pengen Jadi Abang

Dua minggu berlalu .... Gala hanya dirawat selama seminggu di rumah sakit. Keadaannya sudah jauh lebih baik walau tangannya masih harus mendapat perawatan jalan. Seminggu sekali, dokter ortopedi yang sengaja diminta Arsyil untuk menangani Gala akan datang ke rumah Bu Tami. Bahkan Arsyil ingin membayar jasa psikiater untuk mengetahui apakah ada trauma pada diri Gala. “Udah, Syil. Enggak perlu,” ucap Abib. “Gala juga seperti enggak terlalu terpengaruh sama kasus penculikan itu. Yang penting dia selalu berada di dekat orang-orang terdekat yang dikenalnya.” “Lu yakin, Bib?” “Iya. Kalau memang perlu, entar gue sama Mbak Mira bisa cari psikolog, kok. Lu enggak perlu berlebihan gitu sama ponakan gue.” Ada senyum di ujung kalimat Abib. Abib tahu, sahabatnya itu sudah menganggap Gala seperti anaknya sendiri. Terlebih saat hati sang kakak sud
Baca selengkapnya

78. Kecurigaan

Jet pribadi super mewah baru mendarat di bandara International Incheon, Korea Selatan, sekitar pukul sepuluh malam. Jung Eun-Ji kembali memasang jubah kepemimpinannya sebagai seorang CEO perusahaan furnitur milik mendiang kakeknya. Sejauh apa pun Eun-Ji pergi, doa sang bunda selalu membersamai tiap langkahnya. Kali ini, Eun-Ji memang belum bisa membawa serta keluarganya untuk ikut ke Seoul. Namun, Bu Zahro dan Pak Beni berjanji akan segera terbang ke negeri ginseng itu jika Eun-Ji benar-benar membutuhkan ayah dan bundanya untuk suatu urusan yang penting.   “Kabari Ayah dan Bunda apa pun hasil dari pertemuanmu dengan calon mempelai yang telah Appa-mu inginkan.” Eun-Ji mengangguk sembari mendekap sang bunda dan mencium pipinya begitu lama. “I love you, Bunda. Doakan Eun-Ji agar segera menemukan tempat ternyaman untuk pulang melepas penat.” “Love y
Baca selengkapnya

79. Ujian Dalam Cinta

Amira benar-benar diserang dilema setelah sang putra meminta sesuatu yang mustahil ia kabulkan. Minta adik bayi? Yang benar saja. Jika ia mempunyai suami, tentu dengan senang hati Amira akan mengabulkan permintaan Gala. Mungkin sang putra sudah merasa kesepian dan ingin mempunyai teman. Entah Amira yang tak peka atau ia yang memang sengaja tak mau mengerti arah ucapan anak tampan berusia enam tahun itu. Namun, Amira mulai sadar jika Gala tengah memberinya sebuah kode. Gala tak hanya menginginkan seorang saudara, tetapi ia juga rindu akan sosok papa di sisinya. Ketukan di pintu membuat lamunannya buyar. Saat ini Amira tengah berada di ruangannya, di Manggala Cafe. “Ya, masuk!” Seraut wajah tampan sangat memesona~~ Eh! “Arsyil?” gumam Amira saat wajah kekasihnya menyembul dari balik pintu. Pria itu tersenyum dan mula
Baca selengkapnya

80. Born With A Silver Spoon In Mouth

"Sorry, ya, Mir. Gue baru bisa jengukin Gala. Gue kaget banget pas denger kabar penculikan itu.” Nada bicara Sera melirih pada dua kata paling akhir dari kalimat yang diucapkannya. Ia juga melongok ke ruang tengah di mana Gala sedang ditemani Bu Tami sambil menonton acara Ultram*an Kisruh. Amira memang sempat meminta doa pada keempat sahabatnya di grup chat. Dan mau tak mau Amira pun menceritakan kenapa putranya sampai masuk rumah sakit. “Iya, Ser. Enggak pa-pa. Doa dari kalian udah cukup, kok,” jawab Amira. “Pas itu gue rolling area, Mir. Ya, tahu sendirilah, kerja ikut orang.” “Ya masa lu mau kerja ikut jin. Digaji enggak, diajak kawin iya.” “Anying! Mulut lu, Mir. Ngomong mbok nggo bismilah sik.” Amira tergelak, lalu mempersilakan Sera meneguk minuman segar warna hijau di depannya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status