All Chapters of JANDA MENAWAN DIKEJAR CINTA BRONDONG SULTAN: Chapter 91 - Chapter 100

137 Chapters

91. Break

“Dan, gue harus bayar berapa?”‘Bayar? Bayar apa, Syil?’“Lu udah bantuin gue buat ngungkap tersangka utama kasus anaknya Amira.”Ada hela napas berat pada ucapan Arsyil. Ia masih belum sepenuhnya percaya jika Oma-nya yang menjadi penyebab hubungan Arsyil dan Amira jadi sedikit berjarak. Sudah tiga hari Amira mengabaikan pesan dan juga telepon dari kekasihnya.‘Oh, itu. Bukan apa-apa, kok. Santai aja. Gue ikhlas bantu kalian. Gue juga nggak mau dibayar-bayar gitu,’ ucap Danu di seberang sambungan.“Jangan gitu, Dan. Gue beneran mau bayar jasa lu.”Danu sedikit berpikir.‘Gini aja, deh. Kalo lu maksa, transfer aja ke rekening anak BEM kampus kita. Kita lagi ngadain penggalangan dana buat donasi ke Palestina. Entar gue minta norek-nya sama Kak Nasya.’“Oke, sip. Kabarin aja, Dan.”‘Oke, entar gue kirim nomornya.’Sambungan dimatikan. “Ternyata Danu orang baik,” gumam Arsyil.Malam nanti, Arsyil berikut kedua orang tuanya ingin berkunjung ke rumah Bu Tami. Selain untuk bersilaturahmi, me
Read more

92. The Wedding Of Nobles

Arsyil Miftahur Ridho tak pernah menyangka jika permintaan sang kekasih begitu menyiksa batinnya. Amira meminta mereka ‘break’ untuk sementara waktu. Ia ingin fokus merawat Gala. Arsyil sempat menolak, tetapi dengan tegas Amira bilang, bahwa mereka perlu merenungi kembali hubungan keduanya. Jika dalam waktu ‘mengistirahatkan’ perasaan masing-masing takdir Tuhan berkata lain, Amira pun ikhlas. Ia tak mau membebani Arsyil.   “Aku enggak mau ngikat kamu dengan janji apa pun, Syil. Jangankan kita yang hanya pacaran, yang menikah saja bisa berpisah, ajal pun bisa mendahului salah satu pasangan dalam sebuah kisah cinta. Kita harus sadar, bahwa di dunia ini tak ada yang benar-benar diciptakan untuk saling memiliki. Kita semua hanya sedang dititipi.” Arsyil membuka matanya. Nyatanya, saat terpejam, semua kenangan bersama Amira masih terlihat jelas dan nyata. Kini, sudah hampir tujuh bulan
Read more

93. Tawanan Brondong

Tak terasa waktu bergulir dengan begitu cepat. Arsyil dan Abib telah memasuki tahap belajar di semester tujuh. Amira pun disibukkan dengan perkembangan Manggala Kafe yang akan membuka dua cabang di kota yang sama. Tentu semua tak lepas dari kerja keras kakak beradik yang saling bahu membahu membesarkan impian mereka.   Kini Gala sudah duduk di bangku SD. Jagoan kecil yang semakin hari terlihat tampan itu juga sudah mulai memiliki penggemar. Tentu saja para gadis-gadis kecil seusianya. Bahkan Gala sering didekati kakak kelasnya saat di kantin. Belum lagi jika ada rapat wali murid, Amira akan sangat dipusingkan dengan serbuan murid-murid perempuan yang berebut ingin bersalaman dan mencium tangannya. “Tante mamanya Gala, ya?” “Tante, Gala itu warna favoritnya apa?” “Makanan kesukaannya apa, Tante?” “Tante, Gala kenapa cuek, sih? Tapi, m
Read more

94. Lahirnya Sang Penerus

“Kak, kapan Kakak akan berkunjung ke sini lagi?” tanya seorang gadis dengan seragam biru putih.“Hmm ... kalau ada waktu luang, pasti Kakak sempetin main ke sini,” jawab Arsyil lembut.Sementara gadis ayu yang sempat viral lantaran paparazi yang mengunggah fotonya bersama Arsyil itu cemberut. Ia sangat menyukai Arsyil yang diakuinya sebagai jelmaan dewa. Serpihan surga yang terpahat indah di wajahnya membuat Arsyil mendapat penggemar baru dari kalangan gadis SMP hingga SMA di desa KKN.Syerin, gadis SMP itu mendapat perhatian lebih dari Arsyil dan teman-teman KKN, sebab status dirinya yang merupakan anak yatim piatu. Ia hidup berdua dengan adik lelakinya yang berusia tujuh tahun. Keduanya ditampung oleh Pak RW yang kebetulan tak memiliki cucu walau anaknya sudah menikah lima tahun yang lalu.“Kak Arsyil udah punya pacar?” tanya Syerin malu-malu.Alis Arsyil bertaut dengan kedua sudut bibir mengulas senyum tipis. “Kenapa tanya begitu?”“Dijawab dulu aja, Kak.”“Hmm, udah. Bahkan kami a
Read more

95. Karma Tak Semanis Kurma

Eun-ji bergeming saat seorang bidan mengabarkan jika bayi lelakinya sudah tiada. Pria yang telah resmi menjadi ayah itu melirik sebentar ke arah sang istri yang terlihat sangat bahagia sembari mendekap putri cantik mereka. “Jangan beritahu istriku!” ucap Eun-ji lirih, terdengar begitu pilu. Para tim medis hanya menunduk dan membiarkan salah satu orang terkaya di Korea Selatan itu mendekati putranya. Entah apa yang tengah Eun-ji rasakan. Di satu sisi, ia bahagia dikaruniai seorang putri kecil. Namun, di sisi lain, luka lama yang belum sepenuhnya kering, kini seolah-olah disayat kembali, lalu disiram air cuka. Perih, sangat perih. Perlahan Eun-ji mendekap sang putra yang terlihat sangat tampan dengan bibir mungil dan hidung lancip. Seluruh badannya bersih, tak tampak kebiru-biruan yang menandakan bayi dalam keadaan tak baik. Bayi itu benar-benar tampan. Apa ia harus menyusul sang kakak–anak Eun-ji dengan
Read more

96. Kritis

“Gimana keadaan Oma, Yah?”Pak Beni menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan sebelum menjawab pertanyaan dari daddy si kembar.“Semoga nenek kalian benar-benar berkelakuan baik selama hampir dua tahun ini. Dengan begitu, Ayah akan mengajukan PB (Pembebasan Bersyarat).”Setelah berkonsultasi dengan teman baik Eka, Pak Beni bisa mengajukan PB apabila sang narapidana telah memenuhi beberapa unsur. Salah satunya telah menjalani 2/3 masa tahanan dengan berkelakuan baik dan dinilai tekun dalam mengikuti program pembinaan yang diberikan.“Bagaimana dengan Amira dan keluarganya, Yah?”“Mereka tentu sudah memaafkan. Tapi, memaafkan bukan berarti membenarkan tindakan oma kalian. Biarkan nenek kalian bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Semoga selain dirinya sendiri, hal semacam itu juga menjadi pelajaran buat kita semua.”Bu Zahro, Arsyil, dan Eka mengaminkan ucapan sang kepala keluarga.“Ya sudah, Yah, Bun. Eka tutup dulu. Eka tunggu kedatangan kalian ke Seoul.”“I
Read more

97. Sebuah Restu

Jadwal kepulangan Amira dan Gala jadi lebih cepat. Jika awalnya mereka akan pulang esok pagi dengan menggunakan kereta api, tetapi kini keduanya sudah berada dalam mobil Arsyil. Ya, pria itu langsung meminta izin untuk menjemput Amira dan Gala. Kondisi sang nenek yang kritis membuat Arsyil dan keluarga semakin kalut. Apalagi Bu Rima terus-terusan menyebutkan nama Amira dengan menangis. Ia ingin meminta maaf. “Kenapa bisa Bu Rima sampai masuk rumah sakit, Syil?” Arsyil menoleh pada wanita yang tengah duduk di sampingnya. Ia ragu untuk menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Bagaimanapun, kondisi sang nenek merupakan aib keluarga. “Oma enggak sengaja nyenggol panci besar panas di dapur rutan, Mbak. Kuah yang sedang dimasak dan dalam keadaan penuh langsung tumpah ke badannya,” jawab Arsyil. “Astagfirullahal’azim ... separah itu?” Arsyil meng
Read more

98. Kode

Pemakaman Bu Rima dilakukan pada keesokan harinya di TPU kompleks perumahan Pak Beni dan Bu Zahro tinggal. Semua yang hadir turut mengungkapkan rasa belasungkawanya. Karangan bunga yang berjejer juga terus bertambah. Menandakan betapa berpengaruhnya Pak Beni dan sang putra sebagai anak dan cucu dari almarhumah.   “Bu Zahro, saya turut berbelasungkawa, ya, Bu. Semoga almarhumah diberikan tempat terbaik di sisi-Nya.” Bu Zahro menoleh. Ia mendapati teman baiknya turut hadir. Wanita cantik yang matanya sembab itu langsung memeluk besti-nya. “Makasih, Bu Tami. Maafkan mertua saya dengan setulus-tulusnya. Beliau sempat menyakiti putri dan cucu Ibu.” “Sudah, Bu, sudah. Kami semua sudah memaafkan.” Satu persatu para pelayat mulai melangkahkan kakinya untuk undur dari TPU. Tak terkecuali Amira, Abib, dan juga Gala. Eka pun menyaksikan pemakaman nen
Read more

99. Letup Bahagia

Amira masih tak habis pikir dengan kelakuan bocah tengil teman baik adiknya itu. Bisa-bisanya ia mengajak Amira balikan di depan gedung auditorium yang masih ramai dengan para mahasiswa-mahasiswi yang tengah bersukacita.Untungnya rasa canggung itu teralihkan oleh serbuan kaum Hawa yang datang memberikan aneka buket, cokelat, dan boneka untuk Arsyil serta Abib. Nasya yang tiba-tiba datang langsung menarik tangan Abib untuk menjauh.“Eh, eh, pelan-pelan, Sya. Mau ke mana, sih?” tanya Abib dengan langkah terseret mengikuti Nasya.“Mau nyelametin kamu dari cewek-cewek genit itu!”“Genit? Mereka cuma ngasih hadiah doang, Sya.”“Tapi aku enggak suka, paham?!”“Heuh?”Dengan masih bertanya-tanya, Nasya langsung membuka pintu mobilnya dan memberikan kode pada Abib untuk ikut masuk ke dalamnya. Melihat wajah cantik Nasya masam dan kusut seperti belum disetrika, Abib hanya diam tanpa mau mendebat. Ia ingat bahwa wanita adalah ras terkuat di belahan bumi mana pun.Abib hanya mengabari sang kaka
Read more

100. 'Melamarmu'

DUARR!!! Pantun yang Arsyil ucapkan bersamaan dengan bunyi alam yang menyambar dari langit. Amira langsung terperanjat dan memeluk sebelah lengan Arsyil. Pria tampan itu tersenyum. Merasa jika semesta tengah memberikan sinyal untuk kembali menyatukan ikatan keduanya. “Terima kasih, Langit,” ujar Arsyil lirih, tetapi dapat Amira dengar. “Aww! Apa, sih, Mbak? Sakit tauk!” lanjutnya sembari mengusap lengan. Tentu saja kalimat pertamanya berhadiah sebuah cubitan. Amira langsung menggeser posisinya sedikit menjauh dari tubuh tinggi Arsyil. “Sengaja, ya, kamu?” “Idih? Emang yang nekan tombol gledek aku?” Amira cemberut. “Jadi gimana, Mbak?” “Apanya yang gimana?” “Pertanyaan aku tadi.” “Pertanya
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status