“Mereka aneh-aneh aja, sih. Elahh….” Amira melipat ke dalam. Pun dengan Abib yang berusaha menahan tawa. Sementara Gala sudah mulai tertidur di pangkuan om-nya di dalam mobil. Mereka sudah pulang dari membesuk Dewo dan kini mau menuju rumah sakit. “Sabar, Sayang. Ayah mungkin hanya bercanda,” hibur Amira sambil mengusap lembut sisi bahu suami yang tengah menyetir. “Awas aja kalau Bunda beneran hamil.” “Pffft!” Abib membekap mulutnya sendiri. “Kalau mau ketawa, ketawa aja. Enggak usah ditahan!” Arsyil melirik Abib dari kaca tengah, dia sedang mode senggol depak. "Maaf maaf. Gue beneran pengen ketawa, Syil,” ucap Abib yang masih belum bisa leluasa tertawa. Kasihan sang keponakan jika sampai terganggu oleh kerasnya tawa Abib. Tadi, Pak Beni menelepon Arsyil mengabarkan jika bundanya di bawa ke rumah sakit karena lemas dan muntah-muntah terus. Pas Arsyil tanya kenapa, ayahnya dengan enteng bilang, “Mungkin kamu mau punya adik, Syil.” Seketika kaki Arsyil lemas. Siapa yang pengantin
Read more