All Chapters of JANDA MENAWAN DIKEJAR CINTA BRONDONG SULTAN: Chapter 111 - Chapter 120

137 Chapters

111. Maternity Shoot

“Mereka aneh-aneh aja, sih. Elahh….” Amira melipat ke dalam. Pun dengan Abib yang berusaha menahan tawa. Sementara Gala sudah mulai tertidur di pangkuan om-nya di dalam mobil. Mereka sudah pulang dari membesuk Dewo dan kini mau menuju rumah sakit. “Sabar, Sayang. Ayah mungkin hanya bercanda,” hibur Amira sambil mengusap lembut sisi bahu suami yang tengah menyetir. “Awas aja kalau Bunda beneran hamil.” “Pffft!” Abib membekap mulutnya sendiri. “Kalau mau ketawa, ketawa aja. Enggak usah ditahan!” Arsyil melirik Abib dari kaca tengah, dia sedang mode senggol depak. "Maaf maaf. Gue beneran pengen ketawa, Syil,” ucap Abib yang masih belum bisa leluasa tertawa. Kasihan sang keponakan jika sampai terganggu oleh kerasnya tawa Abib. Tadi, Pak Beni menelepon Arsyil mengabarkan jika bundanya di bawa ke rumah sakit karena lemas dan muntah-muntah terus. Pas Arsyil tanya kenapa, ayahnya dengan enteng bilang, “Mungkin kamu mau punya adik, Syil.” Seketika kaki Arsyil lemas. Siapa yang pengantin
Read more

112. Arsyila Gempita

 Tiga tahun kemudian .... “MAMAAA ...!” Amira mengerjap saat mendengar suara putranya yang melengking. Ia pun langsung terduduk, membuat Arsyil jadi ikut kaget ketika sang istri keluar dari dekapannya yang tadi sama-sama masih tertidur. “Gala?” “Kenapa, Yang?” tanya Arsyil dengan suara khas bangun tidur. Wanita dengan kimono tidur bahan satin itu langsung menggelung rambutnya dan turun dari ranjang. “Kayaknya Syila bikin ulah,” ucap Amira sembari berjalan menuju pintu. Arsyil tersenyum dan ikut bangkit dari tidurnya. Ia sangat menyukai keributan di pagi hari. Keributan yang selalu bersumber dari gadis kecilnya. Pasti Syila sudah membuat kekacauan, pikirnya. Amira berlari kecil menuju kamar sang putra. “Kenapa, Kak?” Mata Amir
Read more

113. Ulat Bulu

Seorang wanita turun dari sebuah taksi online tepat di depan rumah megah nan mewah. Rumah dengan dua lantai milik pengusaha muda dan Youtuber terkenal, Arsyil Miftah. Arsyil memang membeli rumah cukup besar di daerah kompleks orang tuanya setelah Arsyila lahir. Ia sudah merenovasinya agar lebih nyaman dan layak untuk keluarga kecilnya. Terlebih untuk Syila yang suka bereksplor di usia emasnya. Wanita dengan dandanan menor itu langsung masuk ketika pos satpam terlihat kosong. Dengan dagu terangkat ia mulai mengayun langkah dan memencet bel berkali-kali dengan tak sabar. Matanya terus bergerak dan mengitari setiap interior rumah yang terlihat sangat elegan dan nyaman. “Maaf, cari siapa, ya?” Sang wanita memutar tubuhnya. Amira mengernyit melihat wanita yang menjadi tamu pertamanya di pagi hari ini. Kacamata hitam yang semula bertengger di hidungnya langsung ia angkat dan kini berpindah di a
Read more

114. Tidak Tahu Diri

Dengan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun dan tanduk yang siap menyeruduk, Amira pun langsung maju dan menarik sebelah tangan Riana agar melepas dekapannya di tubuh sang suami. Tentu saja Amira tak akan pernah mau mengalah untuk yang kedua kalinya. Apalagi pada wanita yang sama!Jika dulu Dewo dan Riana kedapatan berbuat zi*na di depan matanya sendiri, kali ini Amira tak akan membiarkan pelakor itu menghampiri rumah tangganya lagi, apalagi merebut suami keduanya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Dewo yang dulu menyelingkuhinya dengan wanita modelan seperti Riana. Wajahnya standar, hanya menang body saja.Namun, benar kata seorang mantan girlband yang suaminya direbut oleh pelakor. Katanya, “Pelakor itu enggak perlu cantik. Cukup enggak tahu diri saja.” Dengan gerakan cepat, Amira langsung menarik sebelah tangan Riana. Dengan sekali entakkan, wanita tidak tahu unggah-ungguh itu langkahnya langsung terjajar ke belakang. Pak Imran sigap memegangi kedua lengan Riana agar tak kem
Read more

115. Teror

“Rumahnya enak, Yah. Nyaman.” “Gala suka?” Anak tampan itu tersenyum. “Kok tanya Gala? Kan, Ayah yang mau beli rumah.” Dewo pun membalas senyum putranya. “Kalau Gala suka, Ayah akan ambil rumah ini. Tapi, kalau Gala enggak suka, kita bisa pilih rumah yang lain yang Gala mau.” “Kenapa begitu?” “Apa yang Ayah punya, suatu saat juga akan jadi milik Gala.” “Maksudnya ... rumah yang akan Ayah beli ini suatu saat akan jadi milik Gala, gitu?” “Nah, betul!” Gala bergeming. Dewo yang berjalan mengitari rumah yang akan dibelinya itu seketika menghentikan langkah. “Kenapa, Nak?” “Gala bingung, Yah.” “Bingung kenapa?” “Sama nenek, G
Read more

116. Siapa Dia?

 Beberapa hari ini, Dewo mulai sedikit gelisah. Ia merasa mendapatkan teror dari sebuah nomor yang tidak tersimpan di ponselnya. Isinya sama. Menuntut sebuah nafkah lahir atas anaknya. Anak siapa? Bukannya anak Dewo hanya Gala? Awalnya Dewo hanya mengira jika itu adalah kerjaan orang iseng saja. Namun, nomor itu terus mengiriminya pesan demi pesan. Hingga chat terakhir yang masuk melampirkan sebuah nomor rekening. Dewo menyipitkan mata. Ia mencoba menambahkan nomor yang terdiri dari lima belas digit itu pada daftar penerima baru pada menu transfer di mobile banking-nya. “Gabriel Pangestu?” gumam Dewo. Ya, nomor rekening itu tercatat atas nama Gabriel Pangestu. “Kenapa nama belakangnya mirip dengan namaku?” Dewo terus bermonolog. Dewo sempat memanggil nomor ponsel orang tersebut, tetapi dialihkan. Apa maksudnya, coba?
Read more

117. Salah Kaprah

Dewo memejamkan mata. Kenapa Riana harus datang lagi saat ia ingin berubah? Foto-foto perzinaan antara dirinya dan wanita itu ternyata masih tersimpan. Dan kini, Riana kembali mengingatkannya dengan mengirim beberapa adegan panas itu kepada Dewo. Dibubuhi sebuah ancaman pula. Shit! “Ada apa, Dewo? Kenapa wajahmu berubah?” tanya Bu Tami. “E-eh, enggak pa-pa, Bu. Masalah kerjaan,” jawab Dewo. “Ada masalah apa, Mas?” Arsyil menyahut. Tentu saja suami Amira ingin tahu. Jika Dewo berkata soal pekerjaan, itu artinya menyangkut soal usaha milik keluarga Arsyil. “Oh, b-bukan apa-apa, Pak. Hanya masalah kecil saja antar sesama pekerja. Insya Allah tidak akan berpengaruh pada kinerja pabrik.” Dewo masih tak biasa memanggil Arsyil hanya dengan nama saja walau di luar pekerjaan. Bagaimanapun, Arsyil adalah atasannya. Walau
Read more

118. Sebuah Rencana

‘Lalu apa maksudmu mengirimiku foto-foto kita dulu?!’ Dewo sudah mulai terpancing emosi. “Tentu saja untuk mengingatkanmu kalau dulu kita pernah sepanas itu, Sayang.” ‘Dasar gi*la!’ umpat Dewo kesal. Riana tergelak. “Ya, aku memang gila, Dewo. Kenapa kamu baru menyadarinya?” Dewo mengeratkan rahangnya. ‘Di mana kamu sekarang?’ “Enggak jauh dari kalian. Aku ada di sekitar kalian.” Sudah Dewo duga. ‘Kita harus ketemu!’ “Tentu. Tentukan saja tempatnya, Sayang.” Tut! Dewo memutus sambungan. Ia mengusap kasar wajahnya. Cepat-cepat Dewo membagikan lokasi yang ia tentukan untuk tempat pertemuannya dengan Riana, wanita yang sudah membuat Dewo dan Amira bercerai. Sekitar lima belas menit berkendara, Dewo sampai lebih dulu. Yang dia tahu, rumah Riana berada sekitar satu jam dari rumah mantan ibu mertuanya. Mungkin wanita itu akan telat datang. “Eh? Tapi dia bilang ada di sekitar sini,” gumam Dewo pelan. Cepat-cepat langkahnya memasuki bangunan kafe. Pandangannya menyapu ke seluruh
Read more

119. Tak Gentar

“Kamu ngobrol apa tadi sama Dewo, Yang?” “Ngobrol santai.” “Iya, tahu. Topiknya apa?” “Cie ... kepo.” “Ish!” Arsyil terkekeh dan menjawil gemas dagu Amira. “Ngelurusin soal wanita yang waktu itu ke sini dan bilang mau jadi nyonya itu, lho.” “Terus?” “Dewo sempat kaget.” “Dia bilang enggak siapa itu cewek?” Arsyil mengangguk dan menarik lembut kepala istrinya untuk menyandar di dadanya. Diciumnya dalam-dalam kepala sang istri. “Aku janji akan berusaha semampuku ngelindungi kamu dan Gala dari Riana, Sayang,” ucap Arsyil dengan sungguh-sungguh sembari mengelus lembut rambut istrinya. “Aku tahu, walau tak sesakit dulu, tapi luka itu mas
Read more

120. Stempel Bibir

“Mir, Pak RT bilang udah enggak ada pergerakan apa-apa lagi di rumah Ibuk. Ibuk pulang aja, ya?”Amira menoleh pada sang Ibu. “Buk, jujur ... Mira khawatir Ibuk tinggal sendiri. Apalagi setelah pelemparan batu waktu itu. Oke, emang setelahnya enggak ada kejadian apa-apa lagi. Tapi, siapa yang bisa menjamin kalau pas Ibuk balik ke sana lagi, teror itu datang kembali?”Bu Tami diam. Sejujurnya ia pun mulai merasa sepi tinggal sendiri di rumahnya. Namun, ia tak ingin meninggalkan rumah itu. Banyak kenangan di sana.“Buk ... Mira sama Arsyil enggak ngerasa dibebanin. Enggak ngerasa direpotkan dengan adanya Ibuk di sini. Justru kami seneng bisa tinggal sama-sama lagi. Mira lebih bisa mantau dan jagain Ibuk.”Bu Tami menghela napas.“Abib semalem nelepon, mau masang CCTV di rumah Ibuk. Nanti monitornya terhubung ke Abib juga Mira.”“Nah, itu bisa jadi salah satu solusi, Mir. Kalian bisa tetap mantau Ibuk. Iya, kan?”Wajah Amira sendu. Ia menarik tangan sang ibu dan menciumnya begitu dalam.
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status