Semua Bab JANDA MENAWAN DIKEJAR CINTA BRONDONG SULTAN: Bab 121 - Bab 130

137 Bab

121. Kejutan Anniversary

Arsyil hanya menggeleng pelan. Wanita yang menabraknya tadi sudah hilang dengan jalan kaki dan langkah yang lumayan cepat. Mungkin ia memang terburu-buru. “Eh, tapi ... suaranya kayak enggak asing,” ucapnya lirih. Namun, akhirnya Arsyil hanya mengedikkan bahu dan bergegas menuju mobilnya. Meletakkan buket bunga segar di kursi sebelahnya dan segera ia menghubungi Yudistira. “Sudah, Yud?” ‘Sudah, Pak.’ “Oke. Kita ketemu di dekat taman kota, ya? Saya on the way sekarang.” ‘Siap, Pak!’ Yudis dan Arsyil pun menuju tempat yang disepakati. Mobil mewah milik sang Youtuber plus pengusaha muda itu segera pergi dari area parkir florist. Seorang wanita berbaju kurung keluar dari tempat persembunyiannya. Menatap mobil hitam yang sudah melaju tersebut. “Buat pemanasa
Baca selengkapnya

122. Kerikil Kecil

Ada angin apa Riana tiba-tiba mengubah penampilannya? "Kenapa? Ngeliatnya gitu banget?" Dewo menggeleng pelan dan duduk di hadapan wanita yang pernah menjadi selingkuhannya di masa lalu itu. "Baru selesai ikut kajian. Jadi tampilannya gini," sambungnya. Dewo masih sangsi walau tak terlalu peduli. "Ada apa?" "Minta duit. Buat Gaby." "Hah?" "Gaby juga harus kamu kasih nafkah, kan, Wo? Dia anak kamu juga." Dewo menoleh ke sana-kemari. Ia sedikit mendekat ke arah Riana. "Kan, aku sudah bilang kita bahas beginian di luar saja. Jangan di tempat aku kerja." "Apa bedanya?" "Tentu saja beda–" "Apa karena Gaby lahir dari sebuah kesalahan?" potong Riana cepat. "Sssttt ...!" Riana hanya mengedikkan b
Baca selengkapnya

123. Dewo Panik!

Berkat bantuan Yudis yang mau melakukan apa pun demi sang atasan, akhirnya rekaman CCTV di florist tempat Arsyil membeli buket berhasil didapatkan. Itulah sebabnya Arsyil sering memberi bonus di luar pekerjaan pada Yudis. Pria lajang itu selalu bisa diandalkan. “Yang, sini, deh!” pinta Arsyil. Amira yang masih mengenakan handuk kimono seraya mengusap rambut basahnya menggunakan handuk kecil segera mendekat. Ia pun duduk di sebelah Arsyil yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya hingga mengekspos perut ratanya. Roti sobek aja bakal insecure brutal melihat perut seksi Arsyil. “Coba kamu lihat ini!” lanjut Arsyil dengan menyerahkan benda pintarnya. Amira mulai menatap layar ponsel ukuran 6,7 inci tersebut. Di sana ada sebuah video yang sudah Arsyil play. Amira memerhatikan dengan cermat saat seorang wanita berbaju kurung terlihat berjalan di belakang suaminya.
Baca selengkapnya

124. Jangan Usik Istanaku!

Riana tercekat dan mulai takut-takut menatap Dewo. Jelas sekali kemarahan tergambar di wajah tegas itu. Dewo mengusap wajahnya dengan kasar, lalu duduk di sebuah bangku taman. Senja juga mulai menampakkan pesonanya. Namun, keindahan itu tak bisa Dewo nikmati lantaran ia merasa diintai bahaya dan mulai dikepung masalah baru. Semua gara-gara Riana! “M-maaf, Wo,” cicit Riana akhirnya. Ia pun duduk di sebelah Dewo. “Kenali musuh sebelum kamu angkat senjata, Ri. Kamu cari tahu lebih jauh sebelum turun di medan perang. Siapa lawan kamu. Bagaimana perbekalan dia, dan siapa saja orang-orang yang akan ikut pasang badan jika musuhmu sudah mulai diusik.” Riana kian menunduk, sementara Dewo mulai menatap langit. Pandangannya jauh menatap keindahan di depan mata. “Sekadar info aja, dulu ... aku dan omanya Arsyil, ibu dari Pak Beni, pernah bersekongkol untuk menculik Gala dan Amira. Neneknya Arsyil enggak setuju kalau cucu kesayangannya dekat sama seorang janda.” “Dia menyuruhku membawa Gala d
Baca selengkapnya

125. Kumpul Keluarga

Baru hendak menyentuh tanda segitiga untuk meng-play video, suara teriakan mengalihkan pandangan Arsyil. “Papaaa ...!” Syila menangis histeris kala salah satu jari tangan kanannya berada di mulut Ayana. Arsyil langsung berlari dan menaruh ponselnya. Pun dengan yang lain. Mereka mendekat kala Syila dan Ayana sedang sama-sama menangis. Rupanya putri cantik Abib dan Nasya kaget saat Syila berteriak karena jarinya tak sengaja digigit oleh sang adik sepupu. “Ya ampun ... maafin adik Yana kakak Cila,” ucap Nasya dan mulai menenangkan putrinya yang malah lebih heboh menangis. Arsyil pun berusaha menenangkan Syila. “Cup, cup, Sayang ... adik Yana enggak sengaja. Mungkin jari Cila dikiranya sosis,” bujuk Arsyil. Amira dan Abib tersenyum lucu. Gala pun kembali dari kamar mandi dan terlihat kaget. “Loh, Yana sama Syila kenapa, M
Baca selengkapnya

126. Berkah di Balik Musibah

 Walau semua bahan makanan di rumah Amira sudah tersedia lengkap, tetap saja Bu Tami pergi ke warung Mpok Rusmi. Katanya, mau beli jintan dan ketumbar yang sudah habis. Gala sangat suka makan dengan daging sapi goreng empal. Dan dua bahan tersebut adalah rahasia Bu Tami menjadikan daging empalnya sedap dan wangi. Dilengkapi dengan sayur sop dan sambal tomat terasi, pasti lahap sampai nambah. Tidak hanya Gala, tapi juga Amira dan Abib, pun Arsyil. “Biar saya saja, Bu, yang ke warung,” tawar Mbak Lia. “Udah, Mbak. Enggak apa-apa. Enggak jalan kaki, kok.” Bu Tami berlalu ke garasi dan segera mengeluarkan sepeda listrik milik cucunya. “Mbak Lia ada nitip sesuatu?” ART dengan usia sama seperti Amira itu tampak berpikir, lalu menggeleng. “Kayaknya enggak ada, Bu.” “Yaudah, saya
Baca selengkapnya

127. Calon Jodoh?

Arsyil, Abib, dan Amira langsung menyusul Bu Tami ke warung bubur Pak Haji Mukhlas. Mbak Lia memberikan info jika Bu Tami berada di sana lantaran yang tak sengaja menabrak wanita bergelar nenek itu adalah Pak Haji Mukhlas. Amira cukup khawatir dan menepuk-nepuk bahu sang adik agar mempercepat laju mobil yang mereka tumpangi. “Iya, Mbak, iya ... ini juga udah cepet.” “Sabar, Sayang ... kalau Ibuk ada di rumah Pak Haji, kemungkinan enggak parah, kan? Kecuali kalau dibawa ke rumah sakit,” tambah Arsyil. “Tuh, dengerin kalo suami ngomong, Mbak.” Ya, ucapan Arsyil benar. Namun, tetap saja Amira cukup dikepung panik. Sementara Dewo menunggu di rumah Arsyil sembari mengawasi Gala menemani adik-adiknya berenang. Nasya dan tiga anak yang sedang seru bermain air itu memang sengaja tidak diberi tahu, takut tambah heboh. Mbak Lia dan Pak Imran juga selalu
Baca selengkapnya

128. Sebuah Niat Baik

“Besan aku mana? Ya ampun ....” Bu Zahro datang dengan wajah panik ala emak-emak yang bestinya sedang terkena musibah. Emang iya, sih. Sedangkan Bu Tami yang sedang memindahkan sayur ke meja makan langsung menoleh. “Bubes ... Bubes baik-baik aja, kan?” Alis Bu Tami berkerut. “Bu Zahro cari siapa? Bubes siapa, Bu?” Bu Zahro terkikik. “Bubes itu kepanjangan dari Bu Besan, Bu. Kita jangan mau kalah sama anak-anak zaman now. Apa-apa pakai singkatan, biar rada gaul.” Bu Tami hanya terkekeh. Pak Beni yang berjalan di belakang istrinya langsung berbisik pada Arsyil. “Bundamu kuwi jiand.” “Dih? Istri Ayah bukannya?” Pak Beni hanya mengembuskan napas panjang. Mereka memang sengaja datang malam hari ke rumah Arsyil untuk menengok Bu Tami. Namun, yang katanya habis ketabrak malah sedang menyiapkan makan malam dibantu Amira dan juga ART. Tanpa banyak penolakan, Bu Tami langsung nurut saja saat tangannya ditarik oleh Bu Zahro. “Katanya habis ditabrak? Kok, malah aktif ngapa-ngapain, sih, Bu
Baca selengkapnya

129. Mencurigakan!

Pak haji langsung menurunkan kaca mobilnya ketika melihat warga lain yang tengah berjalan. Mereka dua orang. Hanya dengan lambaian tangan, dua pemuda itu pun mendekat.“Eh, Pak Haji Mukhlas, mau ke mana, Pak?”“Saya ada urusan di kompleks sebelah. Tapi, kebetulan ada yang mencurigakan, makanya saya berhenti dulu."“Mencurigakan gimana, Pak?”“Tuh, lihat!” Telunjuk pak haji mengarah pada seseorang yang terlihat aneh.“Itu siapa, Pak?”“Yo ndak tahu, kok tanya saya.”Pemuda satunya terkekeh mendengar jawaban pak haji yang sempat legendaris dengan sebutan YNTKTS.“Gerak-geriknya mencurigakan. Bukan Mbak Mira, deh, kayaknya. Bu Tami apalagi.”Pak haji dan seorang lagi mengangguk.“Samperin, yok! Takutnya pelaku pelemparan kaca rumah Bu Tami beberapa hari yang lalu. Atau jangan-jangan ... dia mau lanjut prat dua?”“Part, Beg*k! Bukan prat."“Iya, itu maksudnya.”Pak haji pun turun mengikuti dua pemuda tersebut. Wanita itu tampak tak sadar jika gerak-geriknya sudah diikuti oleh tiga orang d
Baca selengkapnya

130. Menduga-duga

Di TKP, para warga sudah berbondong-bondong mengalirkan air dari selang dan juga menggunakan ember. Tak berapa lama setelahnya, sirene mobil pemadam kebakaran pun berbunyi.Kobaran api cukup besar hingga membuat warga kewalahan jika hanya memadamkan kobaran api dengan cara manual. Bu Tami sudah menangis dalam pelukan Amira. Ia berusaha menenangkan sang muara kasih atas musibah kali ini.Adib dan Nasya datang setelah para petugas berseragam merah kombinasi kuning itu berhasil menjinakkan si jago merah. Bagian rumah yang terbakar cukup parah. Namun, Abib dan Amira berusaha meredam kekalutan sang ibu dengan membesarkan hatinya. Berjanji akan segera merenovasi rumah peninggalan almarhum bapak mereka agar kembali apik seperti semula. “Udah, ya, Bu. Apinya udah padam. Yang penting enggak ada korban. Masalah perabot dan apa pun itu bisa kita beli lagi, bisa diperbaiki ulang,” hibur Amira dengan mengusap-usap punggung ibunya.Nasya pun berada di sebelah sisi sang mertua. Saat baru datang, i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status