Semua Bab 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova. : Bab 61 - Bab 70
196 Bab
Bab 61. Ernest Marah?
Di dalam kamar Oliver, sang empunya kamar saat ini tengah melirik arloji mewah yang melingkar di pergelangan tangan kirinya."Sudah pukul 11. 45?" Kedua alis Oliver menyatu ke tengah ketika ia mengetahui tanpa terasa waktu makan siang sudah hampir tiba, tapi dua orang yang ia tunggu tak juga datang menemuinya di dalam kamarnya. 'Apa yang terjadi? Apakah Edward melakukan sesuatu lagi yang hingga membuat Miss Heart tidak ingin pergi bersamanya?' pikirnya, seiring ia melemparkan pandangannya ke arah pintu kamar. Sedikit berharap kalau ia akan mendengar suara ketukan dari sana."Ke mana Edward?" dengusnya tak sabar. Setelah apa yang ia harapkan tak juga terjadi, Oliver pun meregangkan tubuhnya yang sedikit lelah karena terlalu banyak duduk sepanjang pagi hingga siang hari. Usai merelax kan semua ototnya yang terasa kaku, ia segera beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan kamarnya.Di luar, ia menyusuri selasar lantai dua dan terus berjalan hingga ia tiba di depan anak tangga. Di tempat t
Baca selengkapnya
Bab 62. Kekhawatiran Bill.
Sore hari, Ben masih menemani Ernest untuk menenangkan Bosnya itu yang masih marah terhadap Edward. Dan demi mengalihkan perhatian Ernest, ia mengusulkan pada Ernest untuk kembali melacak keberadaan dari Kontraktor yang telah menipu Oliver. Di tengah-tengah kesibukannya, mendadak ia menerima telpon dari Bill, Saudaranya."Ada apa, Kak?" tanyanya saat ia mengangkat panggilan dari Bill. [Ben, apakah saat ini kamu sedang bersama Ernest? Jika benar, katakan pada si gila itu untuk membayar tagihan Keponakannya padaku! Aku benar-benar tidak mengerti mengapa Paman dan Keponakan ini selalu menggangguku jika sedang terlibat dalam masalah, huft!]"Apakah yang Kakak maksud adalah Tuan Edward?" Ben melirik Ernest, meski terlihat cuek-- Ia tahu bahwa Bosnya itu sedang menguping percakapannya dengan Bill. [Yah, dia. Siapa lagi? Pukul 12 siang, dia tiba-tiba datang ke Apartemenku dan memaksaku untuk membuka Klub, padahal kamu tahu, kan jika kunci Klub bukan berada di tanganku? Dan si bocah sialan
Baca selengkapnya
Bab 63. Perseteruan Di Mansion Tuan Besar Gail.
Malam hari, beberapa jam setelah ia dihantar ke mansion Ernest-- Edward terbangun di dalam kamarnya dengan merasakan sakit yang sangat pada kepalanya. Ketika ia berusaha bangkit untuk duduk di atas kasur empuk yang selama 6 malam ini telah menjadi tempat untuk ia melepaskan lelahnya, ia pun mengerang pelan sambil menyentuh kepalanya."Aaarghh!" erangnya sekali lagi lalu memukul samping kepalanya untuk meredakan rasa pusing yang sedang melandanya. Tak lama berselang, otaknya pun bereaksi. Ia yang semula hanya terfokus pada sakit yang ia rasakan pada kepalanya, kini mulai mengamati ruangan tempat ia terbangun.Setelah mengenali bahwa ruangan ini adalah kamarnya di mansion Pamannya, ia pun berpikir tentang siapa yang telah membawanya pulang dari Klub Malam milik Bill."Mengapa aku tidak mengingat apapun? Apakah Bill yang telah mengantarku pulang?" gumamnya.Di saat Edward masih termangu, dari arah pintu kamar tiba-tiba terdengar suara ketukan yang disusul oleh suara Anne."Tuan Edward, Tu
Baca selengkapnya
Bab 64. Dalam Perjalanan Pulang Menuju Mansion Ernest.
"Gadis kecil itu sama sekali tidak memiliki prestasi seperti Rose, Ernest. Tapi... Jika itu yang kamu inginkan, kamu boleh berkenalan dengan Rose terlebih dahulu. Untuk kali ini akan Ayah ikuti keinginanmu itu. Kamu, dan juga kedua Keponakanmu boleh melakukan perkenalan sesuai kesepakatan yang telah Carlisle janjikan pada Alston. Hanya saja, gadis yang berada di mansionmu saat ini-- Dia harus segera pulang! Kelak, Rose lah yang akan tinggal bersama kalian.""Lalu bagaimana jika aku menolak Rose seandainya dia memilihku?""Kamu tidak bisa melakukannya, Ernest!! Perjodohan ini tidak membutuhkan persetujuanmu! Dan Ayah, Ayah ingin agar kamu menerima Rose jika nanti pilihannya jatuh padamu, hal ini juga berlaku untuk Oliver dan juga Edward!"Keputusan final pun akhirnya dilontarkan oleh Tuan Gail tua, membuat Ernest yang mengingat keputusan Ayahnya itu-- Berkali-kali menghembuskan nafas kasar dalam perjalanan pulang menuju mansion miliknya. "Paman!" tegur Oliver yang samar-samar mendenga
Baca selengkapnya
Bab 65. Hari Ketujuh.
Pagi hari...Tokk!! Tokk!!"Nona Rose?!"Mendengar suara ketukan di pintu kamarnya yang kemudian disusul oleh suara Anne, Rosalia yang masih tertidur sontak membuka matanya lalu mengerjapkannya berkali-kali untuk menyesuaikan penglihatannya terhadap cahaya matahari yang masuk lewat kisi-kisi tirai jendela sebelum ia mengangkat tubuhnya."Nona Rose, anda sudah bangun? Jika sudah, Tuan meminta Nona untuk turun!" Suara Anne sekali lagi terdengar, membuat Rosalia yang baru berhasil menormalkan pandangannya langsung duduk di atas ranjang kemudian berteriak menjawab ucapan Anne itu. "Aku akan turun, Anne! Beri aku waktu 10 menit!" sahutnya.Seaat setelahnya, Rosalia pun mendengar suara langkah kaki menjauhi kamarnya, mirip suara yang berasal dari sepatu kerja milik Anne. Karena Anne memang selalu menggunakan sepatu dengan hak rendah selama wanita itu bekerja, walau pekerjaannya hanyalah sebagai Kepala Pelayan di mansion Ernest. Tidak hanya di mansion Ernest, sebenarnya di mansionnya sendi
Baca selengkapnya
Bab 66. Rapat Di Ruang Makan.
"Rosalia?" Ernest kembali menegur Rosalia ketika ia melihat gadis belia itu sama sekali tidak bergeming dan hanya terus menatapnya.Di sisi lain, Rosalia yang mendengar teguran itu, akhirnya melangkahkan kakinya ke arah kursi yang berhadapan dengan Ernest. Ia, sengaja tidak duduk di samping Oliver sebab takut jika Oliver akan melihat luka yang terdapat di bibirnya. Meski luka itu telah ia samarkan dengan lipstik, tetap saja luka itu akan terlihat oleh Oliver jika ia duduk di samping putra tertua Carlisle itu. Ini yang membuatnya mengambil kursi di ujung meja yang berhadapan dengan Ernest. Sementara itu, apa yang Rosalia lakukan itu sontak saja membuat Oliver menautkan alisnya dan melemparkan pandangannya pada Edward. Bahkan, di dalam hatinya berkelebat ribuan tanya untuk Adiknya itu tentang apa yang telah Edward lakukan terhadap Rosalia kemarin. Karena, gara-gara perlakuan Edward kemarin, hari ini ia dijauhi oleh Rosalia. Bukan hanya itu, kemarin ia juga sempat melihat Ernest yang te
Baca selengkapnya
Bab 67. Membawa Rosalia Ke Griya Tawang.
Beberapa saat kemudian sarapan pagi pun dihidangkan, tapi tidak seorang pun dari yang berada di sekeliling meja makan terlihat berselera untuk mengunyah makanan mereka. Mereka justru sibuk dengan pikirannya masing-masing. Usai makan pagi bersama, Edward langsung beranjak pergi. Disusul oleh Oliver yang sangat ingin berbicara pada Adiknya itu. Kini, di ruang makan hanya menyisakan Rosalia, Ernest, dan juga Anne yang sedang memerintahkan kepada para pelayan wanita untuk segera merapikan meja makan dan menyingkirkan semua piring serta gelas-gelas kotor yang sudah tidak lagi dipergunakan. Kecuali dua gelas yang berada di hadapan Rosalia dan juga Majikannya. Ketika Rosalia beranjak dari kursi yang ia duduki, Ernest langsung menegurnya. "Kita harus bicara, Rosalia. Ini penting, dan tidak bisa ditunda!" tekan Ernest, membuat Rosalia yang ingin melangkahkan kakinya untuk meninggalkan ruang makan-- Segera mengurungkan niatnya itu. "Tetapi jangan di sini!" lanjut Ernest lagi sembari beranja
Baca selengkapnya
Bab 68. Mrs. Gail?
Memasuki area tengah griya tawang, Ernest melihat Ben tengah berbicara dengan Bill dan juga seorang pria yang ia kenal sebagai Pemilik dari griya tawang yang sekarang tengah ia datangi."Bagaimana? Apakah semua berkas pembelian griya tawang ini sudah lengkap?!" celetuknya, membuat ketiga pria yang sedang duduk di sofa sontak menoleh padanya.Melihat Ernest membawa Rosalia bersamanya, Bill pun mengalihkan pandangannya ke arah gadis belia itu lalu turun pada tangan Rosalia yang berada di dalam genggaman Ernest. Menyaksikan hal itu, ia sontak mengulum senyum."Cih, gerakanmu cukup cepat juga Bung." Sindirnya."Hmmm..." Sahut Ernest singkat tanpa ingin menatap Sahabatnya itu. "Ben?" panggilnya pada Asistennya yang sedang melirik Bill, membuat Ben langsung berpaling ke arahnya."Ya, Tuan. Semua dokumennya sudah lengkap. Hanya tinggal menunggu tanda tangan Tuan saja," cetus Ben. Ia lalu beranjak dari sofa, menunduk sebentar pada Mr. Gilberth sang Pemilik griya tawang, kemudian pergi menghamp
Baca selengkapnya
Bab 69. Hadiah Dari Sang Casanova.
"Bagaimana? Suka dengan tempat tinggal barumu?" Dari belakang Rosalia, Ernest yang baru bergabung langsung menempatkan kedua tangannya pada pagar balkon di mana tubuh mungil Rosalia sedang bersandar di sana. Tubuh Ernest yang terbalut oleh piyama sutra dan menempel pada punggungnya, menimbulkan sensasi hangat pada punggung Rosalia. Kehangatan itu terus menjalar hingga ke wajahnya. Membuat wajah mungilnya yang putih pucat perlahan-lahan bersemu merah. "Apa yang kamu lakukan?!" protesnya pada Ernest setengah berbisik. Ernest hanya berdehem pelan.Sementara itu, di samping Rosalia, Bill yang melihat tingkah Sahabatnya itu lagi-lagi mencebikkan bibirnya. "Bung, tolong hargai temanmu ini. Jangan bermesraan di hadapan seorang jomblo sepertiku, oke?!" ia juga ikut-ikutan memprotes. Namun, Bill sontak membeku ketika Ernest berpaling padanya. Sejak tiba beberapa saat yang lalu, Ernest selalu memberinya tatapan mata yang sangat mengerikan. Tatapan posesif yang seolah mengatakan 'AKU AKAN ME
Baca selengkapnya
Bab 70. Maukah Kamu Mengandung Anakku?
Kembali ke griya tawang, Ernest dan Rosalia menemukan Ben tengah mondar-mandir di depan pintu lift. Asisten Muda berwajah tampan itu terlihat sangat cemas, membuat Rosalia dan Ernest yang menyaksikan tingkah Ben tersebut sontak mengerutkan kening mereka. "Ben?" tegur Ernest sembari melangkahkan kakinya keluar dari lift. Kini ia sudah tidak lagi menyeret Rosalia, karena sejak adegan panas yang ia lakukan pada Rosalia di parkiran tadi, hingga saat ini gadis belia itu terus mengikutinya sambil tersenyum malu-malu. Beberapa saat yang lalu, di parkiran P1. Ernest yang tidak tahan melihat Rosalia menengadah menatapnya dengan bibirnya yang sedikit terbuka dan wajahnya yang merona, tanpa sadar menarik tengkuk Rosalia dan melumat bibir berwarna peachy itu dengan buas. Tidak lagi ia acuhkan luka yang terdapat di bibir Rosalia, karena gairah yang ia rasakan terhadap gadis belia itu sudah naik hingga ke ubun-ubun dan hampir meledakkan kepalanya. Tidak cukup hanya melumat bibir Rosalia, di saat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
20
DMCA.com Protection Status