Memasuki area tengah griya tawang, Ernest melihat Ben tengah berbicara dengan Bill dan juga seorang pria yang ia kenal sebagai Pemilik dari griya tawang yang sekarang tengah ia datangi."Bagaimana? Apakah semua berkas pembelian griya tawang ini sudah lengkap?!" celetuknya, membuat ketiga pria yang sedang duduk di sofa sontak menoleh padanya.Melihat Ernest membawa Rosalia bersamanya, Bill pun mengalihkan pandangannya ke arah gadis belia itu lalu turun pada tangan Rosalia yang berada di dalam genggaman Ernest. Menyaksikan hal itu, ia sontak mengulum senyum."Cih, gerakanmu cukup cepat juga Bung." Sindirnya."Hmmm..." Sahut Ernest singkat tanpa ingin menatap Sahabatnya itu. "Ben?" panggilnya pada Asistennya yang sedang melirik Bill, membuat Ben langsung berpaling ke arahnya."Ya, Tuan. Semua dokumennya sudah lengkap. Hanya tinggal menunggu tanda tangan Tuan saja," cetus Ben. Ia lalu beranjak dari sofa, menunduk sebentar pada Mr. Gilberth sang Pemilik griya tawang, kemudian pergi menghamp
"Bagaimana? Suka dengan tempat tinggal barumu?" Dari belakang Rosalia, Ernest yang baru bergabung langsung menempatkan kedua tangannya pada pagar balkon di mana tubuh mungil Rosalia sedang bersandar di sana. Tubuh Ernest yang terbalut oleh piyama sutra dan menempel pada punggungnya, menimbulkan sensasi hangat pada punggung Rosalia. Kehangatan itu terus menjalar hingga ke wajahnya. Membuat wajah mungilnya yang putih pucat perlahan-lahan bersemu merah. "Apa yang kamu lakukan?!" protesnya pada Ernest setengah berbisik. Ernest hanya berdehem pelan.Sementara itu, di samping Rosalia, Bill yang melihat tingkah Sahabatnya itu lagi-lagi mencebikkan bibirnya. "Bung, tolong hargai temanmu ini. Jangan bermesraan di hadapan seorang jomblo sepertiku, oke?!" ia juga ikut-ikutan memprotes. Namun, Bill sontak membeku ketika Ernest berpaling padanya. Sejak tiba beberapa saat yang lalu, Ernest selalu memberinya tatapan mata yang sangat mengerikan. Tatapan posesif yang seolah mengatakan 'AKU AKAN ME
Kembali ke griya tawang, Ernest dan Rosalia menemukan Ben tengah mondar-mandir di depan pintu lift. Asisten Muda berwajah tampan itu terlihat sangat cemas, membuat Rosalia dan Ernest yang menyaksikan tingkah Ben tersebut sontak mengerutkan kening mereka. "Ben?" tegur Ernest sembari melangkahkan kakinya keluar dari lift. Kini ia sudah tidak lagi menyeret Rosalia, karena sejak adegan panas yang ia lakukan pada Rosalia di parkiran tadi, hingga saat ini gadis belia itu terus mengikutinya sambil tersenyum malu-malu. Beberapa saat yang lalu, di parkiran P1. Ernest yang tidak tahan melihat Rosalia menengadah menatapnya dengan bibirnya yang sedikit terbuka dan wajahnya yang merona, tanpa sadar menarik tengkuk Rosalia dan melumat bibir berwarna peachy itu dengan buas. Tidak lagi ia acuhkan luka yang terdapat di bibir Rosalia, karena gairah yang ia rasakan terhadap gadis belia itu sudah naik hingga ke ubun-ubun dan hampir meledakkan kepalanya. Tidak cukup hanya melumat bibir Rosalia, di saat
Dua jam kemudian, 3 pria bertubuh tinggi tegap dalam balutan setelan mewah dan rapi turun dari mobil di halaman mansion Tuan Gail tua. Mereka adalah Ernest dan kedua Keponakannya. Ernest sengaja menyeret Oliver dan Edward ke mansion Ayahnya setelah ia menemukan kedua Keponakannya itu di area kolam renang mansion miliknya dengan kondisi bibir mereka tampak lebam. Sepertinya kedua Keponakannya itu saling adu debat yang berakhir dengan perkelahian ketika ia pergi tadi. Untungnya, ia membawa Rosalia meninggalkan mansionnya saat keributan itu terjadi. Jika tidak, mungkin gadis belia itu akan merasa bersalah karena telah membuat Oliver dan Edward menjadi bertengkar hebat. Padahal ia sendiri juga awalnya sangat ingin memukul Edward, namun ia tidak ingin membuat Rosalia menyalahkan dirinya atas kejadian itu. Memang, kemarin, di saat ia bertanya pada Rosalia-- Saat itu Rosalia sama sekali tidak mengatakan apapun. Tapi dari cerita Anne lah ia bisa menebak jika Edward telah mencium paksa Rosali
Pukul 3 sore di mansion keluarga Heart. Kedatangan Rosalia ke mansion keluarganya ini dengan dikawal oleh Ben dan 2 Bodyguard kepercayaan Ernest yang pernah mengantarnya pulang setelah ia melakukan one night stand dengan Ernest, disambut oleh Ayah dan Ibunya dengan wajah bingung bercampur heran. Karena hari ini adalah hari minggu, tentu saja Ayahnya akan berada di mansion. Selain itu, ia juga mengerti mengapa Ayah dan Ibunya terus menatapnya dengan tatapan yang penuh tanda tanya. Sebab, kali ini ia pergi mengunjungi kedua orang tuanya ini bersama Ben dan 2 Bodyguard yang terus mengikutinya hingga ia masuk ke dalam mansion. Seakan kedua Bodyguard itu ingin terus menempel padanya. Baik, ini memang permintaan Ernest setelah Kekasihnya itu mengetahui bahwa Saudarinya, Rose. Kini telah berada di sini. Ya, ia dan Ernest telah resmi menjadi sepasang Kekasih pasca adegan panas yang ia lakukan bersama Ernest di parkiran P1 di mana Ernest baru saja membeli sebuah griya tawang mewah di sana. Sa
"Nona, bagaimana keadaan kedua orang tua Nona?" tanya Ben pada Rosalia dalam perjalanan menuju griya tawang baru Ernest sambil menatap gadis belia itu lewat kaca spion mobil.Rosalia yang duduk tepat di belakang Ben hanya menggelengkan kepalanya, di saat yang sama-- Senyum getir terukir di bibirnya yang berwarna peachy.Menyaksikan ekspresi Rosalia, Ben tiba-tiba merasa bersalah terhadap Alston dan juga Elizabeth. Sebab ia telah mengatakan semua yang telah Ernest perintahkan padanya tanpa terlebih dahulu mempersiapkan mental kedua orang tua Rosalia itu hingga membuat Alston dan Elizabeth yang mendengar penjelasan darinya menjadi sangat ketakutan. Tapi ia bisa apa? Perintah Ernest tetap harus ia sampaikan. Di sisi lain, dengan begitu ia juga telah berusaha memperingatkan Alston, bahwa ulah Rose dan penipuan yang Alston serta keluarganya lakukan terhadap keluarga Gail bisa saja menimbulkan dampak yang sangat buruk di kemudian hari. Meski begitu, ia masih berbaik hati bahwa ia masih bel
Tatkala tengah termangu menatap langit-langit kamar barunya, Rosalia tiba-tiba mendengar suara nada dering ponselnya yang berada di dalam tas tangannya. Memperdengarkan alunan musik romantis dari salah satu band manca negara yang sangat ia sukai. Mendengar suara tersebut, Rosalia dengan cepat mengangkat tubuhnya untuk duduk di atas ranjang lalu membuka tas tangannya untuk mencari ponselnya. Setelah menemukannya, ia pun memencet tanda terima panggilan kemudian menempatkan ponselnya ke samping telinga kanannya. Saat itu juga suara cempreng Luna langsung menyapa indera pendengarannya.[Apa itu benar, Rosi? Kata Ibumu Rose telah kembali ke kota ini dan akan melanjutkan pertunangannya? Lalu bagaimana denganmu? Apa yang akan terjadi padamu? Tadi Ibumu aku dengar menangis saat aku menghubunginya untuk menanyakan kabarmu, katanya kamu tidak akan kembali ke mansion keluargamu. Jadi di mana kamu tinggal sekarang?]Rosalia menghela nafas ketika mendengar semua pertanyaan itu yang seakan diucapka
"Mrs. Gail? Aku masih menunggu jawaban darimu!"Mendengar pertanyaan itu, Rosalia sontak tergugu, bingung bagaimana harus menjawabnya. Dan, tepat ketika Ernest ingin kembali membuka mulutnya, di saat yang sama-- Ia tiba-tiba terselamatkan oleh suara ketukan di pintu kamarnya yang disusul oleh suara Ben. "Tuan, aku telah menemukan pria itu!"Rosalia menautkan alisnya saat mendengar ucapan Ben, tapi tidak dengan Ernest. Kekasihnya ini justru mendadak menyeringai lebar, bukan senyum bahagia, melainkan senyum sinislah yang Ernest tampilkan di wajahnya. Senyuman yang tampak mengerikan bagi Rosalia. Pada Senyuman Ernest, ia bisa merasakan ada aura membunuh di sana. Aura yang sangat berbahaya. Dan jujur, hal itu untuk sesaat sempat membuatnya bergidik ngeri. "Masuklah, Ben!" titah Ernest. Ceklek!! Ben pun memasuki kamar sambil menundukkan kepalanya, sama sekali tidak berani menatap Ernest yang saat ini tengah membungkuk di hadapan Rosalia. "Sekarang katakan! Di mana pria itu?" lontar E