Semua Bab Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Bab 51 - Bab 60

319 Bab

51. Lepaskan aku, Bang!

Part 51"Yah, Abang memang harus mengatakan semua ini, kemarilah. Duduk dipangkuan Abang, Abang ingin Dhea mendengarnya dengan jelas."Lengan kekar lelaki itu meraih pinggang ramping Dhea dan memeluk wanita itu dipangkuannya. Dhea yang mendapat perlakuan itu tidak dapat menolak, tetapi rasa tak nyaman, takut dan merasa deg degan tak bisa dia tepis dari perasaannya. "Sepuluh tahun yang lalu, Abang baru menduduki jabatan sebagai wakil Presdir di perusahaan kakek, HG group. Abang menghadiri pesta peresmian sebuah gedung yang Abang garap. Tetapi di pesta itu, Abang diracun oleh seseorang, minuman yang Abang minum sengaja dimasukan racun. Abang dilarikan ke rumah sakit, untung saja Pak Seto, ayah Adi sigap menyelamatkan Abang. Saat itu, Adi belum bekerja dengan Abang, Pak Seto itu pengawal kakek, tapi hari itu dia mengawal Abang. Nyawa Abang bisa diselamatkan ketika melalui operasi yang panjang, mengeluarkan semua jenis racun dan memotong usus yang terkontaminasi parah. Tetapi ternyata r
Baca selengkapnya

52. Tolong selidiki dulu

Part 52"Ngomong apa kamu, Sayang? Jangan ngaco deh! Selamanya Abang hanya akan menikah sekali, hanya kamu istri Abang, gak ada yang lain. Abang hanya mau menolong dia saja."Bram jelas terkejut mendengar perkataan Dhea, enak saja minta pisah setelah dia memberikan kecanduan ini? Jangan ngimpi!Suara Bram yang meningkat beberapa oktaf itu membuat Dhea terjengit, kenapa nada bicara lelaki ini seperti orang yang posesif gitu? Gak masuk akal! "Dengar, Sayang ... Mengertilah, Abang minta pengertian Dhea tentang masalah ini. Abang hanya ingin menolong Lia. Hanya itu niat Abang, demi kebaikannya di masa lalu. Bukan untuk apa-apa, jiwa raga Abang semuanya sudah Abang serahkan untuk Dhea, please ... Dengar itu, Sayang? Hanya Dhea yang berhak menjadi istri Abang, bukan yang lain," ujar Bram dengan tatapan sendu, memandang manik mata istrinya dengan serius. "Yah, mungkin hanya aku yang berhak menjadi istri Abang, tetapi siapapun bisa menjadi kekasih Abang, apalagi perempuan itu," ujar Dhea mas
Baca selengkapnya

53. Kenapa Bram di sini?

Part 53"Pak Adi, boleh saya tanya sesuatu?" tanya Dhea ketika dalam perjalanan. "Iya, apa, Bu?" "Hari itu, saya mendapati Pak Adi dan suami saya dalam keadaan yang ambigu, sebenarnya apa yang kalian lakukan? Apa kalian melakukan itu?" Adi menatap Dhea dari kaca spion tengah, seulas senyum dia berikan pada wanita di belakangnya. "Ibu jangan berpikir yang tidak-tidak. Saya hanya sedang mengobati punggung Pak Bram yang terkilir," jawab Adi. "Terkilir? Kok dia kayak orang yang gak terluka gitu?" Dhea bermonolog, dia merasa aneh saja, jika lelaki itu terluka tentu tidak akan menggaulinya sampai berkali-kali seperti itu. "Tapi kenapa Pak Adi juga buka baju?" "Oh, itu saya juga terluka di punggung. Pak Bram habis mengobati saya, hanya saja saya luka luar, sedang pak Bram luka dalam." Dhea jadi teringat ucapan Lingga, apa mereka berdua terluka karena berantem dengan Lingga? "Apa kalian waktu itu berantem dengan Lingga?" tanya Dhea dengan tatapan tajam. Tentu saja Adi kaget mendenga
Baca selengkapnya

54. Identitas wanita itu asli

Part 54Dhea menarik napas berkali-kali, mencoba melonggarkan dadanya yang terasa sesak, dua sosok manusia itu sudah pergi dari sana, tetapi Dhea masih mematung memandangi jalanan walaupun mobil mereka tidak terlihat lagi. Dhea menjadi ragu untuk membeli rumah di kawasan ini, apakah Bram ke sini untuk membelikan rumah perempuan itu? Dhea sudah menduga semua itu. Suaminya itu begitu royal, melihat kisah masa lalu mereka tak bisa dipungkiri pasti Bram melakukan itu semua, mungkin bukan hanya rumah, bisa jadi mobil, perhiasan, tanah, dan semua properti kekayaan rela lelaki itu berikan untuk seseorang yang bernama Lia.Dengan memberanikan diri Dhea masuk ke kantor pemasaran tersebut, selain untuk bertanya-tanya soal rumah, dia harus mendapatkan info tentang kedatangan dua pasang manusia tadi."Selamat sore, selamat datang, Nona?" ucapan yang begitu ramah didapat dari seorang wanita berambut pendek fengan wajah putih bersih, usia wanita ini dapat di tebak akhir tiga puluhan."Selamat sore
Baca selengkapnya

55. Kabar dari Mario

Part 55Dhea tidak tahu musti berbuat apa, tetapi Bram selalu jujur dengan apa yang dia lakukan. Dia mengaku membelikan rumah, lelaki itu juga membelikan rumah sederhana yang disubsidi pemerintah, bukan rumah yang berlebihan. Kisahnya dengan Lia juga diceritakan dengan sederhana, apa Dhea harus membuka hati dengan tangan terbuka agar bisa menjalin hubungan dengan Lia, untuk mengontrol kedekatan wanita itu dengan suaminya?Entahlah, apa Dhea sanggup melakukan itu? Berteman dengan wanita yang jelas istimewa kedudukannya di sisi suaminya, mana bisa dia mengendalikan rasa cemburu. Cemburu? Apa Dhea sudah mencintai suaminya sekarang? Bisa jadi, bagaimana dia tidak mencintai jika seluruh jiwa raganya sudah dia serahkan pada lelaki itu, setiap sentuhan halal suaminya dia juga menikmati.Pagi ini Dhea membuat sarapan yang cukup berat, memasak lauk ayam semur dan sayur capcay bakso dan brokoli, ditambah sambel bawang. Selain untuk sarapan nasi dan lauk pauk itu akan dibuat bekal makan siang,
Baca selengkapnya

56. Bertemu mantan terindah

Part 56Sudah cukup, berita yang dibawa Mario sudah cukup membuat Dhea mengerti posisi perempuan itu di hati suaminya. Lelaki itu rela mengesampingkan egonya selama ini yang membuat Dhea sedikit bangga, tidak ingin bekerja dengan sekretaris wanita?Huh, terus ini apa? Apa hanya wanita tertentu dan istimewa baginya yang boleh mendekat? Jadi si Lia itu begitu ya posisinya di hati lelaki yanv bergelar suaminya itu? Mulai saat ini, Dhea harus berusaha menekan sikap peduli, mengikis sedikit demi sedikit perasaannya. Kesakitan ini terjadi karena dia sudah main hati, sudah memberikan tempat istimewa untuk lelaki itu, jika dia tidak memakai perasaan cinta, mungkin tidak akan sesakit ini, tidak akan ada kecemburuan yang menyiksanya sampai seperti ini.Dhea menghembuskan napasnya kuat-kuat, mulai sekarang dia hanya akan memfokuskan dirinya pada pekerjaan dan melampaui pencapaiannya saat ini. Dia harus sukses dalam karier sebagai pengalihan dan pelipur laranya. Makanya dia dengan sekuat hati me
Baca selengkapnya

57. Dengan siapa bos dinas luar?

Part 57Dhea tidak tahu harus berkata apa. Sebisa mungkin dia menelan makanan yang ada di meja sedangkan Aryan masih memasang wajah yang sama. Selesai makan, Dhea berpamitan pergi duluan, sementara Nilam yang masih girang makan dengan lambat sehingga belum mau beranjak."Mbak Nilam, aku balik dulu, ya? Kerjaan ku masih banyak.""Dhea, ya ampun! Aku belum selesai, Dhe!""Maaf, mbak. Aku harus kembali dulu, ya? Have fun dulu, mbak. Nggak usah buru-buru. Pak Ilham, maaf saya harus kembali, kerjaan saya masih banyak."Tanpa menunggu tanggapan Ilham, Dhea langsung beranjak dari tempat yang membuatnya sangat tidak nyaman itu."Kenapa Dhea balik buru-buru? Istirahat masih setengah jam lagi?" keluh Ilham."Kerjaannya memang masih banyak, dia biasanya akan ke mushola dulu, jadi dia memang memburu waktu, maklum ini akhir bulan, kerjaan Dhea itu merekap data gaji karyawan," jawab Nilam membela temannya itu, dia memang melihat akhir-akhir ini Dhea banyak sekali pekerjaan, walau dia tidak tahu apa
Baca selengkapnya

58. Malas membalas pesan Bram

Part 58 What? Bram akan meninjau proyek di luar kota? Kok dia tidak memberi tahu Dhea? "Pak bos pergi sendiri? Tidak bersama sekretarisnya?" "Ya sama sekretarisnya, lah!" "Dia pergi sama siapa?" "Yang jelas sama sekretaris pribadinya, Pak Fikri. Kalau si Adel itu gak tahu diajak atau tidak, kalau rapat-rapat di dalam kota sering diajak sih, entah kalau di luar kota sampai berhari-hari begini." Dhea hanya menghela napas berat, dia tidak mungkin menanyakan tentang suaminya pada Mario secara detail. Jadi serba salah, sih. Dia bisa memanfaatkan Mario sebagai mata-matanya di sana, tetapi dia juga belum siap jika statusnya sebagai istri bos diketahui oleh rekan kerjanya. ***** Hari sudah jam empat sore, Dhea harus cepat pulang. Sejak dia jadi karyawan tetap, jam pulangnya selalu on time karena tidak ada lagi senior yang memanfaatkan tenaganya. Dia juga berusaha tidak mengambil jam lembur karena tugasnya dia lakukan dengan serius sehingga selesai tepat waktu. Biasanya dia akan mena
Baca selengkapnya

59. Kok bertiga? Katanya cuma berdua sama Fikri?

Part 59Dhea melempar ponselnya ke kasur, dengan kesal dia hempasan tubuhnya ke kasur, kembali meraih ponselnya dan menghidupkan musik slow agar dia lekas tertidur. Mobil Bram memasuki garasi rumah setelah lelaki itu membuka sendiri pintu pagar yang terkunci. Dengan pelan lelaki itu menutup pintu mobil dan membuka pintu rumahnya yang terkunci. Mereka masing-masing membawa kunci agar bisa masuk rumah dengan leluasa. Lampu ruang tamu masih menyala, begitu juga televisi masih menyala. Bram mencari keberadaan istrinya di lantai bawah tapi tidak menemukan, wajar saja ini sudah jam sembilan malam. Tetapi tumben saja jika istrinya sudah tidur tanpa mematikan lampu dan televisi. Dengan tergesa Bram menaiki tangga ke lantai atas, dengan pelan dia buka pintu kamar. Di ranjang istrinya tengah tertidur dengan pose yang sensasional. Sangat menggoda! Paha putih mulusnya bahkan tersingkap memamerkan celana dalam warna pink lembut. Di balik daster tanpa lengan itu, buah dada istrinya tidak dilin
Baca selengkapnya

60. Abang duduk sama siapa?

Part 60"Kami pergi bertiga saja! Aku ke sana langsung bertemu bos pabrik rangka baja itu," jawab Bram terlihat sangat meyakinkan."Kok bertiga? Tadi katanya berdua saja sama Fikri?" Nada suara Dhea sudah tak tinggi, bukan apa-apa, rasa kuatir sungguh menyiksanya akhir-akhir ini. "Iya, kami pergi bersama arsitek kami juga. Di sana desain pabrik itu juga harus di perlihatkan sama yang punya pabrik," jawab Bram dengan kalem. Hufffhh, hampir saja jantung Dhea akan copot, seandainya Bram jujur akan membawa Lia ke sana, entah apa yang akan Dhea perbuat. Tetapi ngomong-ngomong, lelaki itu belum juga jujur sampai saat ini jika Lia itu bekerja padanya bahkan menjadi sekretarisnya. Enak sekali perempuan itu, ya? Dia bisa bertemu Bram delapan jam sehari, bahkan sering jalan bareng dan makan bareng di restoran mewah, sedangkan dia hanya mendapat waktu sisa dari suaminya, selebihnya waktu terbanyak untuk tidur. Dia hanya bisa berbincang dengan suaminya paling lama tiga jam sehari. Intensitas pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
32
DMCA.com Protection Status