Semua Bab Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Bab 41 - Bab 50

319 Bab

41. Kau pikir aku tidak mau menyentuhmu?

Part 41 Arrrggg!! Dhea terkejut mendengar teriakannya dari dalam ruangan Bram, suaranya memang tidak begitu jelas, apa ruangan itu kedap suara? Rasa penasaran membuat Dhea menempelkan telinganya ke pintu, ternyata suara teriakan itu memang ada, diiringi suara tawa dan percakapan. Berarti ada orang di dalam, ini sudah jam sembilan, Dhea jelas tidak ingin ketinggalan pesawat. Dhea memegang handle pintu, ternyata tidak terkunci. Ketika pintu terbuka, mata Dhea membola melihat pemandangan di hadapannya. "Abang!!" Spontan wanita muda itu menutup mulutnya, map yang dia pegang terlepas dari tangan dan jatuh ke lantai dengan bunyi yang cukup keras. Di sana, dia atas sofa busa yang terlihat empuk itu, lelaki yang telah menikahinya tengah berbaring telungkup dengan bertelanjang dada, di atasnya, Adi juga tidak mengenakan baju. Lelaki yang menjadi pengawal suaminya itu hanya mengenakan celana blue jeans, otot perut dan otot dadanya yang menonjol itu terlihat mengkilap karena berkeringat. Le
Baca selengkapnya

42. Menyesal, kenapa tidak dari dulu?

Part 42Bram walaupun sudah berumur, nyatanya dia belum pernah melakukan hubungan seksual dengan siapapun. Tetapi usia matang memang membuatnya memiliki fantasinya sendiri, bukan munafik, dia juga pernah menonton tontonan dewasa seperti itu, secara teori dia sudah menguasai, secara naluri tubuh lelaki itu bergerak otomatis.Suara decakan lidah dan bibir yang menyatu itu terdengar di telinga mereka laksana musik yang melenakan, membuat semangat dalam dada semakin berkobar. Entah kapan tepatnya tangan Bram terampil melepaskan hijab yang menutupi kepala istrinya itu, sementara Dhea, secara naluri mengalungkan kedua tangannya ke leher lelaki itu. Tungkai Dhea terasa lemas akibat getaran hebat yang tengah menguasainya, bergelayut di leher lelaki itu membuatnya merasa aman.Bram melepaskan ciuman panas mereka perlahan ketika menyadari Dhea sudah kehabisan napas, dahi keduanya saling menempel, napas mereka tersengal-sengal dengan debaran di dada yang terasa berdentum. Tangan Bram bahkan g
Baca selengkapnya

43. Cincin berukir nama wanita

Part 43Dhea sudah sampai bandara Soekarno Hatta, di area kedatangan, Mang Aceng sudah bersiap menjemputnya, dengan mengendarai mobil Toyota Yaris, Dhea langsung meminta mang Aceng menemui ibunya di rumah sakit.Hari sudah jam delapan malam, sebenarnya jam kunjungan sudah lewat, tetapi karena Paramita menempati ruang VVIP, mereka mendapat hak istimewa, selagi keluarga yang menjenguk masih diperbolehkan, apalagi Dhea anaknya sendiri."Ibu harus kuat, Ya? Semangat biar cepat sembuh.""Iya, Dhea. Ibu selalu semangat, kok.""Ini, Dhea bawakan pesanan ibu, mpek-mpek dari Tante Rini."Paramitha hanya memakan dua saja, itupun tidak pakai kuah, Dhea menyisakan untuk suster Halimah, selebihnya akan dibawa untuk oleh-oleh Bik Yati dan Mang Aceng, juga untuk Sania.Ketika di mobil menuju rumah kediaman Bram, Dhea menghubungi Sania, sayang gadis itu sedang di luar kota, dia berjanji akan datang ke rumah sakit besok siang."Apa kabar, Bik Yati?" sapa Dhea ramah ketika sudah sampai di rumah suaminy
Baca selengkapnya

44. Siapa Lia 1

Part 44Dengan perlahan Dhea memasukkan anak kunci ke lubang kunci, cocok! Perlahan Dhea putar anak kunci tersebut, tak bisa dipungkiri, dada Dhea berdebar dengan kuat, dia tidak tahu apa yang ada di dalam sana, tetapi perasaannya sangat takut, tangannya bahkan gemetar, dia yakin kamar ini berhubungan erat dengan nama yang terukir di cincin itu, LIA!Dhea melongok ke dalam ruangan tersebut, luas kamar tersebut sama dengan kamar yang dia tempati sekarang. Namun di kamar ini tidak ada ranjangnya, hanya ada beberapa buffet yang menempel di dinding dan dipenuhi dengan benda-benda pajangan. Di tengah ruangan terdapat piano berwarna putih mengkilap, dengan tempat duduk memanjang cukup diduduki dua orang.Dhea masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya, mengamati setiap sudut ruangan, di dinding sebelah kiri terdapat lukisan wajah Bram, tengah tertawa lebar memakai kaca mata hitam. Ada beberapa lukisan abstrak juga di sana. Dhea menyusuri pajangan dalam buffet, ada boneka beruang, ada harmon
Baca selengkapnya

45. Siapa Lia 2

Part 45"Abang! Abang sudah datang? Katanya mau datang besok?" tanya Dhea dengan binar bahagia. Bram segera memeluk istrinya itu, perasaan rindu tak bisa lagi dibendung, padahal baru semalam tidak bertemu, kenapa rasanya serasa seabad? Bram bukannya menjawab pertanyaan Dhea, lelaki itu malah mencium dahi istrinya dengan kuat, menghirup aroma mawar pada shampoo yang biasa dipakai Dhea. "Memangnya kerjaan Abang sudah beres?" tanya Dhea lagi. "Iya, sudah Abang bereskan semua. Makanya Abang langsung ke sini," jawab Bram sambil mengusap lembut jilbab yang dikenakan Dhea. "Abang sudah kangen," bisik lelaki itu ditelinga Dhea, membuat bulu kuduk Dhea meremang. "Hmm, hmmm! Benar-benar ya, kalian? Kalau mau bermesraan itu jangan ditempat umum, jangan manas-manasi jomblo, gak kasihan apa kalian sama aku?" gerutu Sania melihat kelakuan kakak dan kakak iparnya ini. Dhea yang mendengar perkataan Sania langsung melepaskan pelukan Bram, semburat merah mewarnai pipinya, Dhea benar-benar meras
Baca selengkapnya

46. Dulu aku seorang pianis?

Part 46"Lia?" gumam Bram.Suara Bram memang hanya berupa gumaman, tetapi sangat jelas di telinga Dhea.Pegangan di tangan Dhea kini Bram lepaskan, lelaki itu terlihat bingung dan terburu-buru."Sayang, kamu tunggu di sini sebentar, ya? Abang ada perlu sebentar. Ini tolong dibawa dulu."Bram menyerahkan paper bag belanjaan ke tangan Dhea.Dengan secepatnya lelaki itu berlari menaiki tangga eskalator, dalam sekejap dunia Dhea terasa runtuh. Wanita itu tak bisa menyembunyikan raut kecewanya. Tanpa menunggu lama, Dhea juga bergegas menuju lantai atas, dia jelas tahu apa yang membuat suaminya itu terburu-buru meninggalkannya.Bram tidak akan menyangka jika Dhea sudah mengetahui tentang wanita yang kini membuat suaminya ketar-ketir itu. Sampai lantai atas, Dhea berlari mengedarkan pandangan ke segala arah mencari keberadaan suaminya.Begitu juga dengan Bram, dia yakin sekali, wanita yang tanpa sengaja dilihatnya tadi adalah wanita yang sama, wanita yang tidak pernah dilihatnya selama ini,
Baca selengkapnya

47. Aku sudah pulang!

Part 47Sudah dua jam Dhea berada di rumah sakit, belum juga suaminya menghubungi. Dhea terpaksa menghubungi Sania, entah kenapa perasaannya sudah terjun bebas. Dhea menduga bahwa hubungan antara suaminya dan gadis bernama Lia itu adalah hubungan yang tidak sederhana, ada bawa-bawa perasaan di sana. Dhea menghela napas dengan berat, kenapa harus ada hubungan intim antara dirinya dan suaminya? Seandainya hubungannya masih seperti sebelumnya, keperawanannya masih utuh, mungkin Dhea tidak sesakit ini, dia menganggap bahwa hubungan pernikahan hanya sebatas bisnis semata. Namun perlakuan Bram dua hari ini, hubungan badan yang sudah dilakukan berkali-kali dalam tempo waktu dua hari, membuat dirinya tidak lagi menganggap pernikahan ini hanya sekedar pernikahan di atas kertas, lelaki itu suaminya, tubuh lelaki itu miliknya, dia adalah istri sah! Di satu sisi Dhea ingin membela haknya, meraih kembali suaminya, namun di sisi lain harga dirinya sungguh tidak mengizinkannya. Jika lelaki itu m
Baca selengkapnya

48. Bertemu dengan some one

Part 48Setelah makan dan salat magrib, Dhea bermaksud untuk langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, rasanya tubuhnya sudah sangat letih, apalagi batinnya.Ketika baru saja merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu, ponselnya kembali berdering. Dhea langsung duduk dan meraih ponselnya di atas nakas tempat tidur. Wanita itu langsung melempar pelan ponselnya di atas kasur ketika melihat nama suaminya terpampang di layar ponsel.Setelah berhenti berdering, ponsel itu kembali mengeluarkan suara dering, entah kenapa sekarang suaranya terdengar lebih nyaring. Dhea sebenarnya malas menjawab panggilan suaminya, tetapi lelaki itu tidak berhenti menghubunginya, hingga panggilan ke tujuh, Dhea akhirnya menyentuh tombol panggilan warna hijau."Dhea!!" teriakan di seberang sana membuat Dhea menjauhkan ponselnya dari telinga.Dengan perlahan, wanita itu kembali menempelkan ponselnya ke telinga."Dhea! Hallo!" Lelaki itu masih saja berteriak."Iya, hallo ...," jawab Dhea sedikit takut.Tetapi wanita i
Baca selengkapnya

49. Dhea, dengarkan aku!

Part 49"Hei, ketemu lagi!" sapa lelaki bermata sipit itu tetapi pandangannya tetap tajam.Dhea menatap orang itu dengan pandangan yang lebih entah, apakah dia harus beramah tamah dengan orang itu, atau sebaliknya. Dia bahkan merasa tidak kenal dengannya."Pak Lingga kenal dengan mbak Dhea?" tanya Pak Hamid."Kenal, Pak. Dia kakak ipar kekasih saya," jawab Lingga dengan suara jelas menandakan kepercayaan diri yang tinggi, membuat Dhea melongo dibuatnya."Oh, kalau begitu, silahkan jika Pak Lingga dan Mbak Dhea kalau mau mengobrol. Saya pamit dulu ya, Pak. Urusan kita lanjutkan besok di depan notaris, nanti Pak Lingga saya kabari lewat Wa saja.""Baik, Pak Hamid. Sampai jumpa besok," ujar Lingga sambil menyalami Pak Hamid."Mari, Mbak Dhea ... Saya duluan," sapa Pak Hamid."Oh iya, silahkan Pak."Tinggal mereka berdua di depan ruko Dhea, suasana tampak begitu canggung. Dhea baru dua kali ketemu lelaki ini, tetapi sepak terjangnya sudah diceritakan oleh Sania. Rasanya tidak percaya jika
Baca selengkapnya

50. Siapa wanita itu, Bang?

Part 50Setalah makan siang bersama Lingga, Dhea langsung pergi ke supermarket untuk belanja sayuran, kulkasnya sudah kosong. Seandainya apa yang dikatakan Sania benar, jika Bram tengah berada di pesawat menuju ke sini, tentu Dhea harus menyiapkan makan malam.Dhea membeli dua ekor ikan nila, daging ayam dan daging sapi, serta bumbu-bumbu dapur. Setelah Samapi rumah, dia segera mengeksekusi ikan nila menjadi ikan panggang, membuat sambal terasi dan merebus beberapa sayuran untuk sarapan. Setelah selesai, hari sudah jam lima sore, Dhea segera membersihkan diri bersiap menyambut kedatangan suaminya.Setalah berdandan, Dhea merasa ada yang aneh, kenapa suaminya belum juga sampai? Bahkan tidak juga menghubungi. Sampai jam sembilan malam, lelaki itu belum juga datang, apa katanya mau datang pagi-pagi sekali? Omong kosong!Dhea meraih ponsel di atas nakas, kembali mengecek aplikasi pesan, tidak ada satu pesan pun yang datang dari suaminya, wanita itu hanya mendesah untuk menghalau sesak di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
32
DMCA.com Protection Status