All Chapters of Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Chapter 241 - Chapter 250

322 Chapters

241

"Kenapa memangnya? Apa kau tahu alasannya?" "Tentu saja, Kamelia selalu terbuka padaku. Dia rela merawat lelaki itu, karena dia sendiri yang sudah membuat lelaki itu buta." "Adelia! jangan mengarang cerita, kau pikir aku akan percaya padamu? seandainya hal itu benar, apa bisa masuk logika? saat itu Kamelia masih berusia enam belas tahun, apa Bram dan Kamelia sudah bergaul ketika berusia segitu? padahal Bram ada di Jakarta dan Kamelia ada di Batam?" Mendnegar kata-kata Adelia yang tidak masuk akal itu jelas saja Dhea sangat marah. Bisa-bisanya gadis itu mengatakan jika Kamelia yang sudah membuat mata Bram buta. "Aku sudah mengatakan hal yang sebenarnya, jika kamu tidak percaya itu urusanmu sendiri, Mel. Aku juga tidak bisa menyakinkan dirimu, jika ingatanmu memang sudah tidak ada. Jika ingatanmu kembali, kau akan tahu jika yang kukatakan adalah benar." Dhea menatap tajam ke arah gadis di depannya, tetapi anehnya tatapan mata Adelia tidak melawan seperti sebelumnya, mata gadis
Read more

242

"Amel ... Tolong lepaskan aku. Jika tahu kamu masih hidup, mana mungkin aku berani seperti ini. please ... " Adelia menatap Dhea dengan penuh permohonan. Adelia sangat ngeri dengan apa yang bisa wanita di hadapannya ini lakukan, dulu di sekolah ketika ada yang berani membuat konspirasi di belakangnya, wanita ini akan terus mengejarnya, hingga si pelaku di keluarkan dari sekolah. "Aku mohon demi persahabatan kita. Dulu kamu gadis yang manis dan baik hati, yang selalu membantuku dalam keadaan apapun. Ibu tiriku yang jahat, dan ibu tirimu yang jahat selalu membuat kita terpuruk, tetapi kita berdua saling menguatkan dan saling melindungi. Ketika melihat Bram pertama di jakarta dulu, yang langsung terpikir adalah kamu. Aku ingin merawat lelaki yang kau pedulikan, agar kau tenang di alam sana." Adelia tentu menyembunyikan sisi gelap Dhea yang sesungguhnya ketika menjadi Kamelia dulu. Dulu Kamelia itu di didik keras oleh kakeknya sang guru besar sekaligus seorang mantan jenderal TNI itu
Read more

243

Viyatan berdiri dengan memengang buket bunga Lily di tangan kirinya, tangan kanannya masuk ke kantong celana. Cahaya mentari di sore hari memantul di lapisan kaca dan memancarkan cahaya hingga. Lelaki itu terus menatap sebuah nama yang terukir di sana, Elisabeth Natasya. "Eli, lihat lah akibat dari perbuatanmu itu, adikku Kamelia yang menanggung semuanya. Sampai kematiannya tetap menyisakan kisah tragis. Apa semua yang kau lakukan itu berguna?" Suara lelaki itu hanya samar terbawa angin sore, udara terasa lelah walaupun masih meniupkan aroma bunga Kamboja. Lelaki itu meletakkan buket bunga Lily itu diatas papan nama, mengusap papan nama tersebut sebentar dan berdiri kembali. "Istirahatlah dengan damai. Mulai saat ini, aku akan meraih kehidupanku sendiri. Jangan lagi membayangi kehidupanku, karena aku juga berhak meraih kebahagiaan selagi masih diberi waktu oleh Tuhan." Dengan langkah perlahan, Viyatan melangkah meninggalkan peristirahatan terakhir umat manusia, dia menatap d
Read more

244

"Bercerai? kapan kita bercerai?" "Apa maksudmu berkata seperti itu? bukankah kamu sudah membawa surat cerai yang harus kita datangi? di sana kamu juga sudah menandatanginya. Bukankah surat itu dibawa Adi ketika aku di dalam penjara, apakah kamu lupa?" tanya Dhea dengan wajah menyipit antara heran dan bingung. "Dhea, ternyata kamu memang selugu itu. Itu hanya surat perjanjian bercerai, tidak akan sah kalau tidak dibawa ke pengadilan dan disahkan dengan dikeluarkan akta cerai. apa kau menerima akta cerai? tidak kan? sampai saat ini, aku tidak pernah mengajukan surat itu ke pengadilan. Jadi sampai sekarang, kamu masih istriku yang sah, lagipula aku belum pernah mengucapkan kata talak padamu." speechless, Dhea mengerjakan matanya menatap lelaki di hadapannya dengan bingung, tidak tahu harus berkata apa. Selama ini dia sudah menganggap diantara mereka sudah tidak ada hubungan apapun lagi, ternyata mereka masih terikat suami istri yang sah. Apa dia sebodoh itu? hingga proses perceraia
Read more

245

Dhea segera menoleh, pandangannya langsung tertuju meja rias. matanya sedikit melotot mana kala melihat kertas terlipat di dekat telepon manual. Kenapa dia tidak melihat ada kertas itu di sana dari tadi? Dhea beringsut dan mengambil lipatan kertas tersebut, benar. itu adalah tulisan Bram. 'Maaf, sayang ... Abang pergi sebentar, ada yang harus Abang bereskan. tunggu, Abang akan kembali lagi' Dhea berdecak sebal setelah membaca surat tersebut, kenapa dia tidak membaca surat itu dari tadi? sehingga perasaannya tidak perlu berantakan selama seharian ini. "Ternyata pesan dari Abang di sini!" dumel wanita itu. Bram hanya tersenyum menanggapinya. "Memangnya Abang sedang mengurus apa?" "Abang tengah membereskan sedikit urusan di jakarta. Setalah selesai Abang langsung pulang ke sini, memakai penerbangan paling akhir tadi. Kemarilah, peluk Abang. Abang benar-benar kangen." Dhea kembali menenggelamkan tubuhnya dipelukan lelaki itu. "Sudah berapa bulan si jagoan ini di sini?" uja
Read more

246

Dhea membuka matanya, rasanya tubuhnya sangat lelah,tetapi suara adzan dari ponsel yang sengaja dia kadang sebagai alarm dan pengingat waktu salat menggema di kamarnya dengan begitu keras. Dhea menggeliatkan tubuhnya, ketika dia sengaja menyentuh tempat tidur di sebelahnya, masih ada sosok lelaki itu di sana. wanita itu segera menoleh dan di dapati wajah tampan dan matang suaminya masih tidur dengan nyenyak. Setelah apapun Bram, lelaki itu tidak pernah mendengkur di tidurnya, sehingga Dhea kadang suka lupa, ada orang apa tidak di sampingnya ini. Ternyata, tumben sekali dia masih di sini tidak seperti kemarin pagi yang sudah hilang ketika Dhea membuka matanya. Malam itu, Bram memang tidak tidur di ranjang seranjang dengan Dhea. Dia hanya menunggu dan memeluk hingga istrinya itu tertidur, setelah Dhea tidur, lelaki itu langsung ke luar kamar. di luar Adi sudah standby di dekat mobilnya, mereka langsung meluncur ke jakarta dengan jet pribadi. Dhea tersenyum dan mengecup pipi lelak
Read more

247

kreeet Suara pintu terbuka terdengar jelas, menyusul sebuah suara keras seorang lelaki yang bersuara sedikit serak. "Apa yang kau lakukan di sini, Bajingan!" Suara keras di pintu itu mengejutkan Dhea, Dhea yang masih memakai gaun tidur tipis buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakan handuk di kepalanya. Wanita itu segera melongok ke arah pintu hotel, di depan pintu, berdiri Viyatan dengan tatapan nyalang ke arah suaminya. heh? sepagi ini lelaki itu sudah datang? "Apa yang kau lakukan!" hardik Viyatan lagi. Bram yang tercenung melihat reaksi viyatan yang dinilainya sangat berlebihan itu, kembali ke sasaran awal setelah dibentak dua kali. "Seperti yang kau lihat, Viyatan! aku sedang menginap di hotel! justru aku yang harus bertanya, apa yang kau lakukan di sini?" balas Bram tak kalah sinis. "Menginap di hotel dengan mantan istrimu? apa kau memaksa mantan istrimu yang lemah karena tengah hamil besar itu?" berondong Viyatan lagi. "Mantan istri matamu! aku tidak pernah men
Read more

248

"Sayang, dulu ... waktu aku menempuh pendidikan S2 di Amerika, itu terjadi sekitar tiga belas tahun yang lalu, saat itu usiaku baru dua puluh tujuh tahun. aku sudah mencapai semester akhir dan tinggal menggarap tesis, sedang Viyatan ini adik tingkat ku yang baru masuk mengambil jurusan yang sama denganku. Kadang-kadang aku juga menjadi asisten dosen dan mengajar kelas Viyatan. Di sanalah aku kenal gadis bernama Elisabeth. Aku juga gak tahu, tiba-tiba suatu malam di acara pesta penyambutan mahasiswa baru, gadis itu bernai sekali mengatakan cinta padaku. Aku bilang aku gak memikirkan pacaran, aku sedang fokus belajar, dia bilang bisa dijalani pelan-pelan." "Tapi apa yang kau lakukan? kau malah menghancurkan gadis itu, kan? sehingga dia tidak bisa menanggung semuanya, akhirnya dia mengakhiri hidupnya!" Viyatan tidak tahan untuk tidak menyela perkataan bram yang dia anggap terlalu berbelit-belit. Kemarahan jelas tergambar nyata di wajah Viyatan, matanya bahkan memerah menanggung emos
Read more

249

"Kau percaya perkataan Bram?" tanya Viyatan ketika mereka sudah di dalam pesawat. "Aku tidak tahu. aku tidak boleh mempercayai manusia seratus persen, paling banter aku mempercayai omongan orang itu hanya delapan puluh persen. Apalagi itu menyangkut hal masa lalu. Saat itu Abang Bram belum selesai menjelaskan, kenapa kakak sudah pergi?" "Aku harus tetap di sana gitu? melihat kamu bermesraan dengan lelaki yang kubenci itu! Dhea, lepaskan saja lelaki itu. Lelaki itu tidak baik untuk kamu!" "Terus yang baik untuk aku siapa?" "Aku lebih baik daripada dia. Aku akan menerima segala sesuatu yang berkenaan denganmu, aku akan menerima anakmu menjadi anakku sendiri. Aku jelas tidak memiliki masa lalu dengan siapapun!" ujar Viyatan menatap Dhea dengan serius. "Ya Allah!" Dhea bergumam sambil mengelus dada.andai benar dia adalah Kamelia, anak kandung pak Ibrahim, tentu Viyatan adalah kakak kandungnya bukan? apa mau jadi hubungan inses diantara mereka? nauzubillahiminzalik, Dhea membati
Read more

250

Menjadi komisaris direksi sebuah perusahaan besar menggantikan kedudukan suaminya menjadi kebanggaan tersendiri bagi Nirmala, biar bagaimanapun pengalamannya menjadi sekretaris tiga puluh tahun yang lalu bisa menjadi bekal untuknya memegang jabatan tertinggi di perusahaan. lagipula pekerjaannya juga tidak memerlukan keahlian yang ekstra, karena semua pekerjaan teknis dan manajemen dikerjakan oleh direktur utama yang dipimpin oleh Bram anak tirinya. Tetapi kedudukan komisaris lebih bersifat mengambil keputusan dalam rapat, setiap kebijakan baru diusulkan oleh Dirut. Dengan menduduki komisaris juga siapa yang bakal menentang semua kemauanmu dia, jadi dia bisa memasukkan banyak kerabatnya untuk bekerja di Aditama grup dengan jabatan yang strategis, istilahnya, hampir 60% kekuasaan sudah dipegang oleh dia semuanya, baik dari bawahan sampai puncak tertinggi, sehingga dia boleh sombong. Tentu yang jadi prioritasnya adalah putra kandungnya sendiri, Arjuna. Arjuna yang menjadi direktur di
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
33
DMCA.com Protection Status