Semua Bab Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Bab 261 - Bab 270

319 Bab

261

Ketika sampai rumah, mereka dikejutkan oleh seseorang yang tengah duduk di teras, karena tadi pagi mereka pergi dengan buru-buru, sehingga tidak sempat mengunci pagar, hanya sempat mengunci rumah. "Tuan, anda sudah lama di sini?!" seru Siti dengan antusias. "Ada mungkin tiga jam, apakah istriku tinggal di sini, Bik?" "Iya, Non Dhea selama ini tinggal di sini, Tapi ...." Bik Siti menelisik penampilan lelaki di hadapannya, wajahnya terlihat begitu lelah. Dia berpakaian casual, celana gunung dengan kaos oblong hitam dan topi tentara Amerika, tangannya memegang tas ransel. Sepatu boot kulit mahal terlihat begitu gagah bertengger di kakinya. Sebenarnya Siti tidak tega mengatakan keadaan Dhea pada lelaki ini. Sudah berbulan-bulan lelaki ini baru kembali, kenapa malah menghadapi kenyataan menyakitkan seperti ini? "Tapi? tapi kenapa, Bik?" tanya Bram dengan tidak sabaran. "Tuan, Bram. Syukurlah anda datang tepat waktunya. Tadi pagi nona Dhea jatuh dari tangga, sehingga harus melak
Baca selengkapnya

262

Dalam waktu lima belas menit Bram sudah tiba di rumah sakit, dia berlari menuju ruang operasi, di sana dia mendapati Ibrahim dan viyatan tengah duduk di bangku tunggu, Viyatan hanya melamun, sementara Ibrahim baru selesai menelpon Fathan. "Memangnya ke mana anak itu?" tanya Viyatan dengan nada datar. "Dia tengah perjalanan bisnis ke pulau Kalimantan, nanti malam dia baru sampai ke sini," Jawab Ibrahim sambil memasukkan ponsel ke saku baju batiknya. "Assalamualaikum," ucap Bram dengan suara rendah Kedua ayah dan anak itu langsung menoleh ke sumber suara, mereka cukup terkejut karena menantu keluarga Zahrain itu sudah nongol saja di sana. "Bram? kamu datang?" tanya Ibrahim dengan cukup antusias, tetapi Viyatan hanya bersikap datar, dia tidak peduli dengan lelaki itu, bahkan tatapan kebencian masih tersirat dari sorot matanya. "Iya, Pak Ibrahim. Sudah dari tiga jam yang lalu, saya menunggu di rumah tepi pantai, baru ketika Bik Siti pulang, saya baru tahu kabar mengejutkan ini.
Baca selengkapnya

263

Tujuh jam lamanya operasi yang dijalani Dhea, setelah selesai, Dhea ditempatkan di ruang ICU dengan dipasangi peralatan medis yang sangat banyak, Bram sendiri juga tidak paham alat apa saja yang terpasang di tubuh istrinya. Selama dua puluh empat jam masih dalam pantauan dokter, sehingga siapapun tidak boleh masuk ke ruang ICU tersebut, hanya bisa melihat dari jendela kaca. "Pak Ibrahim, kenapa makanan yang kami beli belum di makan? anda juga harus menjaga kesehatan," ujar Khaidir yang telah kembali bersama istrinya. "Oh, iya. Saya sampai lupa makan. Maklumlah, situasi seperti ini bagaimana saya bisa menelan makanan. Sebaiknya kalian makan saja yang kalian bawa tadi, saya akan makan di luar saja bersama putra dan menantu saya," ujar Ibrahim. "Kamu jaga di sini ya, Dir? jaga juga ruang instalasi anak, cucuku ada di sana." "Baik, Pak." "Ayo, Vi ... Bram, kita cari makan dulu," ajak Ibrahim. Dua lelaki yang lebih muda dari Ibrahim itu hanya mengangguk dan mengikutinya, hari s
Baca selengkapnya

264

"Mungkin kau salah tempat, dulu ketika Kamelia masih tinggal di sana, selama lima tahun pertama, aku selalu menginap di sana, gak pernah lihat kamu di sana," ujar Viyatan lagi. "Benarkah?" Bram menyapa Viyatan dengan tidak percaya, apabila apa yang dikatakan Viyatan benar, pupuslah harapannya untuk bertemu Lia. Ibrahim sendiri juga memandang Viyatan tak percaya, kejadian itu memang sudah hampir sembilan tahun berlalu. Tetapi dia bukanlah orang yang hilang ingatan, saat kejadian itu bukankah Viyatan memutuskan untuk menjadi dosen di Singapura dan tidak mau mengurus perusahaan yang didirikannya? apa mungkin Viyatan selalu menginap di rumah tepi pantai? ah, mungkin saja iya. Toh dari Singapura ke Batam hanya ditempuh kurang dari sejam perjalanan. "Ya, begitulah. aku kadang menginap sampai tiga harian di sana, apa selama kamu tinggal di sana pernahkah gadis bernama Lia itu mengungsikan kamu ke tempat lain selama itu?" tanya Viyatan lagi. "Tidak, aku selalu di sana," jawab Bram de
Baca selengkapnya

265

Mendengar perkataan Ibrahim jelas kedua wanita itu sedikit takut. Biar bagaimanapun, Ibrahim adalah kepala keluarga, keputusan yang diambil lelaki itu kadang juga nekad dan tidak pakai pertimbangan apalagi menyangkut Kamelia putrinya. Sehingga kedua wanita itu langsung terdiam tidak berkutik. Mereka berdua akhirnya menyusut dan hanya berbicara dengan berbisik-bisik. Sementara Bram cukup lama berada di mushola, dia benar-benar khusuk berdoa demi kesembuhan istri dan putranya. Entah akan sehancur apa dirinya nanti jika sampai kehilangan istrinya. Cukup baginya dia kehilangan wanita itu selama tujuh bulan ini, jangan sampai selama-lamanya. Makanya hari ini dia benar-benar merayu Allah agar memulihkan kesehatan istrinya agar mereka bisa bersama-sama kembali, menjadi keluarga kecil yang bahagia dengan seorang putra buah cinta mereka berdua. Setelah cukup lama berdoa, membuat suasana hati Bram sedikit tenang, sepertinya kini dia sudah memasrahkan nasibnya ke depan kepada tuhan yang maha
Baca selengkapnya

266

"Hei, Bram! Mana Dhea, Mana my lovely beauty?!" teriak seseorang setelah melihat Bram di bangku tunggu. "Apa matamu buta? ini rumah sakit kenapa berteriak seperti itu?!" balas Bram dengan jengkel. Frans segera menutup mulutnya dengan sebelah tangannya setelah menyadari kecerobohannya, dengan perlahan lelaki itu mendekati Bram dan menatap ruangan bertuliskan ICU dengan huruf besar di depannya. "Apa Dhea kesayanganku ada di dalam sana?" tanya lelaki itu dengan suara pelan sekarang. "Berani benar kamu menyebut istri orang seperti itu. Apa kamu sama sekali tidak menghargai ada suaminya di sini?" Bram makin terlihat jengkel, sudah cukup dia makan hati mengundang musuh bebuyutan nya datang ke sini, sekarang lelaki itu harus menerima kelakuan absurb lelaki itu yang sengaja menyulut emosinya. "Memang hargamu berapa? eh, aku lupa kamu pewaris grup Aditama, aku jelas tidak bisa membeli harga dirimu," kekeh Frans dengan tatapan tengil. "Diam, sekarang kau temui perawat di sana. Seben
Baca selengkapnya

267

"Apa maksudmu?" Frans tambah bingung dengan perkataan gadis ini, seolah dia tengah diajak berbicara oleh makhluk luar angkasa tidak tahu apa maksudnya. "Begini, Bang ... Ternyata Dhea itu selama ini hilang ingatan karena kecelakaan yang terjadi delapan tahun yang lalu, karena hilang ingatan akhirnya dia dirawat oleh seorang ibu yang keluarganya juga jadi korban kecelakaan yang sama. Tetapi setelah dia datang ke kota Batam ini, ternyata wajahnya sangat mirip dengan Kamelia Zahrain kakak aku, sehingga ayahku langsung tes DNA dan ternyata Dhea itu terbukti adalah Kamelia Zahrain putrinya bapak Ibrahim Ahmad Zahrain ayahku, apa kau kenal siapa itu Ibrahim Zahrain?" Frans hanya menggeleng pelan, dia memang tidak kenal siapa orang-orang yang disebut oleh Novita, bagaimana dia bisa kenal? dia yang selalu berjibaku di kota Jakarta, bandung dan Palembang manalah kenal dengan tokoh dari daerah lain. "Pak Ibrahim Zahrain ayahku itu adalah pengusaha nomor satu di Batam, dia juga menjabat se
Baca selengkapnya

268

"Apa kau tidak curiga jika seseorang mencoba mencelakai kesayanganku itu?" tanya Frans yang sudah mendonorkan darah. Sekarang lelaki itu sedang duduk dan memakan bekal yang dibawa oleh Novita, karena Bram yang memberikan, kalau lelaki ini kena pelet ya bagus, syukurin saja. Bram jelas sangat jengkel karena lelaki ini masih saja memanggil istrinya kesayanganku, benar-benar tidak menghargainya sebagai suami. "Bisa tidak kau memanggil istriku tidak pakai kata-kata kesayanganku? hargai sedikit diriku kenapa, sih?" ujar Bram jengkel. "Ya suka-suka akulah! kalau kamu cemburu itu urusanmu sendiri, bagiku ya memang Dhea adalah kesayanganku." "Brengsek! kau boleh menyukai istriku, tetapi buat dirimu sendiri jangan kau umbar begitu saja, aku juga tidak bisa mengendalikan perasaan orang." "Ya suka-suka aku lah mau mengekpresikan seperti apa. Kalau kamu tidak tahan, berikan saja Dhea padaku." "Pemikiran macam apa itu? ah, sudahlah ...." Bram menyesali kenapa dia masih saja tersulut
Baca selengkapnya

269

Sudah satu bulan Dhea berbaring di ICU dalam keadaan koma, awalnya Bram yang optimis sekarang harapannya juga semakin menipis. Bagaimana tidak, semakin hari pikirannya semakin kacau dan pemilih kesedihan. Bram juga tidak fokus mengurus perusahaan, semuanya dilimpahkan pada Fikri, Adi dan Arjuna. Sementara para rivalnya di intern perusahaan semakin gencar menggoyahkan namanya agar lengser dari perusahaan, Bram sendiri sepertinya sudah tidak peduli, sudah tidak ada ambisi untuk melakukan apa-apa, buat apa harta yang banyak sementara istrinya, sumber kebahagiaannya dalam keadaan yang tidak tentu seperti ini. Hanya doa dan air mata yang masih dilangitkan lelaki itu, satu-satunya harapan agar istrinya bisa bangun kembali, karena dia menyakini, mukjizat dan keajaiban Tuhan masih ada. Hari itu Arjuna datang berkunjung ke Batam, sengaja meluangkan waktu. Sebagai wakil Dirut, sebulan ini terpaksa dia mengambil alih semua kerja kakaknya, kesibukan yang semakin bertambah dan tak pernah ada wa
Baca selengkapnya

270

Setelah menjenguk baby Angga, kedua lelaki itu kembali ke ruang ICU, menunggu Dhea di ruang tunggu keluarga pasien yang disediakan rumah sakit dan disewa oleh Bram dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Mereka duduk di sofa panjang dengan secangkir kopi yang dipesan melalui gofood. "Jam berapa tiket pesawatmu?" tanya Bram. "Jam lima sore, ini baru jam dua belas, masih ada beberapa jam aku ada di sini." "Jam dua siang putraku akan pulang, apa kau akan mengantarnya?" "Tentu, jadi perawat yang tadi yang akan menjaga putramu?" "Iya, di sana juga ada pembantu dan supirnya yang akan menjaga putraku, juga ada beberapa pengawal yang ditempatkan di sana." Arjuna menatap pintu ruang ICU di mana Dhea dirawat, di sana ada dua orang pria berseragam safari yang tengah duduk dengan santai sembari memainkan ponsel. "Apa Dhea juga dijaga pengawal?" tanya Arjuna. "Aku hanya berjaga-jaga saja. Sayang sekali kediamannya belum dipasang cctv, jadi tidak tahu apa yang sebenarnya istriku a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
32
DMCA.com Protection Status