All Chapters of Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Chapter 271 - Chapter 280

319 Chapters

271

Pernyataan tegas Bram jelas melukai perasaan Ibrahim, sebagai ayah mertua yang menerima menantunya dengan baik dan seorang kakek yang sangat menyayangi cucunya jelas tersinggung dengan perkataan Bram, seolah-olah dia tidak bisa menjaga cucunya dengan baik. "Apa maksudmu dengan mempertaruhkan resiko? apa kamu menganggap ayah ini sebagai orang yang tidak becus menjaga cucu sendiri?" tanya Ibrahim dengan tatapan nyalang. Semua orang terdiam mendengar perseteruan yang baru dimulai tersebut, perhatian mereka sepenuhnya kepada kedua orang menantu dan mertua tersebut. "Ayah, putraku baru sembuh dari perawatan panjangnya, dengan susah payah untuk tumbuh dan berkembang. Bayi sekecil itu tidak butuh dirawat banyak orang, kehadiran orang banyak malah akan menggangu istirahatnya dan pasti akan membuatnya tidak nyaman, dia seorang bayi yang memiliki perasaan dan menginginkan kenyamanan, dia hanya butuh dirawat oleh satu orang selama dua puluh empat jam dan dibantu oleh seorang asisten, dia t
Read more

272

Sementara itu, Sovia dan Novita yang senagaja membawa mobil sendiri dari rumah dan alasan akan mampir ke mall untuk belanja, mengendarai mobil di belakang mobil yang dikendarai oleh Fathan "Ini beneran kita ikut mengantar anak bayi itu ke rumah Amel, Ma?" keluh Novita. "Ya, iya. Kita kan bilangnya mau ikut tadi di rumah sama papa kamu." "Itu kan kalau bayi itu akan tinggal di rumah kita? kenapa sih, rencana kita selalu saja gagal, Ma. Aku benar-benar sebal, kenapa Amel bisa mendapat suami yang begitu. Kita bahkan tidak bisa bergerak sama sekali, semua akses dia batasi bahkan awasi, bodyguard nya ada di mana-mana, mereka bahkan dibayar dengan mahal, mana mungkin kita bisa menyogok mereka," keluh Novita. "Iya, sepertinya suaminya itu sudah curiga dengan apa yang terjadi pada Amel. kita harus hati-hati, Nov. Jangan sampai jadi bumerang buat kita sendiri," jawab Sovia. "Sepertinya kita harus mengubah manuver, Nov." "Manuver seperti apa, Ma?" "Kau lihat pemuda yang bersama Br
Read more

273

"Apa ibumu memperlakukan kamu seperti itu?" tanya Arjuna akhirnya. "Aku memaklumi apa yang dilakukan ibuku, dia hanya kuatir jika kedudukannya akan tergeser di hati Papa. Apalagi ayah sangat menyayangi kak Amel, mama semakin tidak suka. Padahal Papa juga menyayangiku, tetapi bagi Mama itu belum cukup, Kak Amel adalah saingan berat untukku. Aku hanya bisa menuruti apa kata mama, aku tidak ingin mama sedih karena kehilangan dukungan dari putrinya sendiri," jawab Novita. "Yah, setidaknya kakakmu itu bersikap baik padamu, sangat berbeda denganku, dulu kak Bram dan kak Sania juga memusuhi aku, dia selalu berkata ketus padaku, Mama juga tidak mendukungku, bagi Mama, Kak Bram adalah saingan terberatnya juga, seperti halnya dirimu, aku juga memaklumi tindakan mama, dia berbuat begitu demi diriku, tetapi di hatiku tidak ada rasa benci pada saudara-saudaraku itu, hingga mama meninggal, jarak antara aku, kak Bram dan kak Sania tidak ada lagi." Sovia tersenyum penuh misteri melihat kedekatan
Read more

274

Adi menatap Niko yang kini matanya sudah terpejam, perjalanan yang singkat ini tidak bisa membuatnya tidur, apalagi Niko sudah mengungkit-ungkit masa lalunya, membuatnya semakin teringat pada gadis itu, gadis dengan senyum manis seperti kelopak mawar merah. Dulu Adi adalah seorang tentara yang bertugas di satuan bukit barisan, saat itu terjadi bencana alam yang melanda daerah diujung sumatera. Dia dan berbagai relawan terjun langsung mengevakuasi para korban, hingga saat dia mencari korban yang terjepit sebuah perahu, tak disangka, perahu yang kaca jendelanya telah retak itu menimpanya sehingga membuat tangannya terluka cukup parah. Adi melihat tangan kanannya yang memiliki bekas luka jahitan, luka itu dulu cukup dalam, tetapi saat proses menjahit, dia tidak merasakan sakit, karena dia melihat dia untuk pertama kalinya. Dia perempuan muda yang sangat cantik, seragam putihnya membuatnya seperti bidadari tak bersayap, kulit putihnya bahkan menjadikan dia tidak pantas berada di daerah
Read more

275

Di rumah tepi pantai, suasana begitu ramai. Bram langsung memasuki kamar bawah yang sudah di desain sebagai kamar bayi jauh-jauh hari sebelum baby Angga pulang. Kamar dicat dengan warna biru muda dengan ranjang bayi dan lemari kayu kecil yang juga berwarna biru. Di sebelah ranjang bayi terdapat ranjang ukuran satu orang yang akan ditempati oleh pengasuh bayinya. Bram mengatur suasana kamar dan membuka jendela, sementara suster Naima menidurkan baby Angga dengan perlahan. "Selama merawat Angga, suster Naima tidur di kamar ini. Saya akan menghabiskan waktu sebagian besar di rumah sakit, jadi jika ada apa-apa segera hubungi saya." "Baik, Pak." "Tugas suster hanya menjaga Angga dan memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan baik, untuk semua pekerjaan rumah akan diurus oleh Bik Siti, jika butuh sesuatu langsung bicara dengan Bik Siti." Setelah membicarakan tugas, Bram langsung keluar dari kamar baby Angga, di luar kamar, semua orang sudah menunggunya, menatapnya dengan wajah
Read more

276

Menjelang jam tiga sore, keluarga Ibrahim sudah kembali ke kediamannya masing-masing, hanya saja Arjuna dan Novita pergi jalan-jalan mengitari kota Batam, selagi masih di Batam, dengan senang hati Novita mengajak pemuda itu untuk berjalan-jalan. Bram hanya mengingatkan jika penerbangan Arjuna pukul lima sore, jadi sebelum pukul empat mereka sudah harus kembali. Sedangkan Sovia jelas malas berlama-lama di rumah anak tirinya. Hanya Fathan yang masih betah berada di rumah Bram, lelaki itu sempat tidur siang di kamar atas, kamar yang dulu sering ditempatinya. Ketika Bram sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit, di depan rumah ternyata berhenti taksi yang membawa tiga lelaki ke rumah ini. Bram menatap taksi tersebut dengan seksama, ketika melihat Adi turun dari sana, dia cukup tersenyum lega. Namun senyumnya kembali memudar mana kala Niko dan Fikri juga ikut turun . "Kenapa kalian pada ke sini semua? jika kalian ke sini, siapa yang mengurus perusahaan di jakarta, hah?" ujar Bram
Read more

277

Semua orang di sana menatap wanita yang baru datang itu, tetapi ada satu orang yang melebarkan matanya lantaran saking terkejutnya melihat sosok perempuan itu. "NAIMA?!" Kini perhatian semua orang teralih pada lelaki di sebelah mereka, semua memperhatikan bagaimana lelaki itu tampak begitu terkejut, pandangan juga bolak-balik beralih pada Naima dan juga Adi, reaksi si wanita juga sama. "Bang Adi?" suara Naima tampak bergetar dengan suara pelan. Tidak ada lagi kata setelah mereka memanggil nama masing-masing, mereka berdua hanya pandang-pandangan saja. Sebenarnya ada banyak kata yang akan dikatakan oleh Adi, tetapi dia sendiri tidak tahu harus memulai dari mana, begitu juga Naima, wanita itu justru lebih banyak lagi yang akan dia sampaikan dan ceritakan, hanya saja karena lamanya waktu berlalu, dia juga tidak tahu harus memulai dari mana. "Eit, tunggu-tunggu! Pak Adi kenal dengan mbak perawat ini?" Akhirnya suara Niko yang dari tadi menahan rasa penasaran tidak bisa ditahan le
Read more

278

Naima duduk di bangku taman menghadap ke laut lepas. Walaupun masih berada di sekitar tiga ratus meteran dari halaman ini, tampak lautan luas itu terasa begitu dekat. "Sejak kapan kamu di sini?" tanya Adi dengan tatapan menghujam ke arah wanita di hadapannya. Naima menyeruput kopi buatan Bik Siti, memang setiap pagi dan sore Bik Siti selalu membuatkan kopi dan kudapan untuknya, sementara tugasnya hanya menjaga baby Angga. "Baru tadi pagi, saat bayi Angga di bawa pulang ke rumah ini." "Maksudku, sudah berapa lama kamu di kota ini, Naima?" "Oh? sudah sekitar empat tahun yang lalu. Aku ikut tes PNS di provinsi kepri dan ditempatkan di kota ini." Sudah empat tahun? sudah selama itu sebenarnya. Dan Adi sudah sering bolak balik ke kota Batam ini, tetapi Allah tidak mentakdirkan mereka bertemu. "Bang Adi, Bang Adi apa kabar selama ini?" Naima bertanya dengan suara bergetar, dia yang dari tadi menghindari menatap Adi secara langsung kini memberanikan diri. "Yah ... beginilah
Read more

279

"Nah, kebetulan itu. sepertinya Arjuna sudah pulang," jawab Bram. Niko dan Fikri bergegas menuju ke teras depan untuk menyambut Arjuna, saat Arjuna turun dari mobil, dia melihat dua orang itu sudah di sana, dengan senyuman lebar, namun saat pintu di sebelah dibuka dan turun seorang wanita muda, spontan saja senyum Niko menghilang? "Fikri, Niko? Kapan kalian ke sini?" tanya Arjuna dengan wajah biasa saja. "Tadi siang, Pak," jawab Fikri. "Kenapa kalian datang ke sini?" "Mau nyusul pak Juna, sekalian mau jenguk Dhea, Pak." "Kak Juna, Aku langsung pulang, ya?!" ujar Novita yang sudah membuka pintu kemudi. "Iya, Nov. Terima kasih," jawab Arjuna. "Novita! tidak mampir dulu?! sudah lupa dengan teman lama?" Semua orang terkejut mendengar Niko berkata demikian, Arjuna bahkan menyipitkan mata menatap Niko. "Kau kenal Novita?" tanya Arjuna. "Ya, teman seperjuangan waktu di Singapura dulu." Niko sengaja mengencangkan suaranya dengan senyum menyeringai. "Novita, Mampir du
Read more

280

Arjuna menatap Niko dengan tajam, jelas perkataan Niko ini memancing rasa penasaran. Bagaimanapun kebersamaan Arjuna yang hanya beberapa jam tadi dengan Novita cukup berkesan buat lelaki itu. Walaupun Novita tidak secantik dan semenarik Dhea, tetapi gadis itu bisa dikatakan oke. Mungkin karena Novita adalah adiknya Dhea, jadi membuat Arjuna juga menganggap Novita itu bisa jadi sebaik Dhea atau mendekati. Kedua lelaki itu masih berdiri di halaman saling berhadapan, Arjuna bahkan berkacak pinggang sementara Niko hanya mengeluarkan senyum seringai. "Aku sudah mengenal perempuan itu lima tahun yang lalu, saat aku kuliah di Singapura. Novita bahkan saat itu masih SMA. Aku mengenalnya di sebuah klub malam." Arjuna mengernyit mendengarkan Niko yang berhenti bercerita, lelaki di hadapannya menoleh ke arah di mana Novita pergi. "Aku pikir dia dulu adalah seorang wanita panggilan. Untuk masuk ke klub itu harus memiliki kartu anggota yang biayanya kartu keanggotaannya tidak sedikit. Aku
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
32
DMCA.com Protection Status