Semua Bab Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Bab 291 - Bab 300

319 Bab

291

"Tyo ... Tyo ... kamu di sini, Tyo?" ujar Dhea dengan suara lemah, air mata kebahagiaan tak kuasa untuk dia bendung. Sekarang giliran Bram yang membeku. Tidak ada yang memanggilnya dengan nama Tyo kecuali dia .... Mata Bram terbelalak mendengar kenyataan itu, mulutnya bahkan membeku tidak bisa mengatakan apapun dalam waktu beberapa detik, selama ini dia memang sudah menduga jika gadis yang bersamanya dulu adalah Dhea, istrinya. Tetapi sampai saat ini dia juga belum bisa mendapatkan bukti yang kongkrit, karena dia sama sekali belum pernah mengenali wajahnya Lia, sedangkan Lia yang seharusnya mengenali wajahnya juga telah hilang ingatannya. Dan setelah sebulan lebih istrinya bangun dari koma, apakah ingatannya kembali? tetapi ini sudah sembilan tahun berlalu dan suasana juga sudah jauh berbeda. "Sayang? kamu memanggilku Tyo?" tanya Bram dengan tidak percaya. "Iya, bukankah kamu memang Tyo? kenapa baru sebulan tidak bertemu kenapa kamu semakin tua?" ujar istrinya dengan senyum
Baca selengkapnya

292

"Kamu tenang saja, Bram. kita akan memberitahunya dengan perlahan, jangan sekarang dia baru saja sadar. Jangan terburu-buru, ayah tidak ingin mengambil resiko jika terjadi sesuatu lagi. Yang penting dia sepertinya tidak keberatan jika kamu menjadi suaminya, sepertinya kalian sudah saling mengenal sembilan tahun yang lalu, kapan kalian saling mengenal?" Di sini semua orang setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ibrahim, Kamelia baru saja siuman setelah sebulan lebih terbaring tak sadarkan diri, jadi tidak perlu terburu-buru untuk mengingatkan kondisinya dengan keadaan sekarang. Setelah ditempatkan di ruang perawatan yang cukup luas, ada fasilitas ruang tamu, dapur dan kamar mandi yang sangat bagus ini, semua orang yang ada sekarang bisa masuk ke dalam ruang perawatan Kamelia. Bram yang begitu senang karena istrinya sudah sadarkan diri tak pernah mau jauh dari istrinya, lelaki itu selalu duduk disamping istrinya, menyuapi makan dan mengupaskan buah-buahan. "Kami akan menemui D
Baca selengkapnya

293

Kondisi Kamelia pulih dengan cepat, walaupun wanita itu sedikit heran dengan luka yang ada di perutnya. Tetapi ingatan Kamelia sekarang seperti anak ABG yang baru saja lulus SMA, jadi dia tidak kepikiran dan belum berpengalaman tentang luka habis operasi sesar tersebut. Lima hari setelah habis siuman, dokter membolehkan Kamelia pulang ke rumah. Hasil observasi menunjukan jika wanita itu sudah menunjukkan kemajuan, luka operasi juga sudah pulih dengan cepat, hanya saja ingatan wanita itu yang sudah kembali ke masa sembilan tahun yang lalu membuat masalah baru buat seluruh keluarganya. Makam Dhea yang asli juga sudah dipindahkan ke kota metro, kini Bram berada di kamar perawatan Kamelia untuk bersiap-siap check out dari rumah sakit. "Ayah belum datang, Bang?" tanya Kamelia yang kini sudah bisa duduk, tetapi untuk berjalan masih perlu dilatih lagi. Setelah berbaring selama sebulan lebih, otot kaki wanita itu menjadi sangat kaku dan perlu dilatih agar bisa lancar berjalan. "Mu
Baca selengkapnya

294

"Ini rumahku!" pekik Kamelia menatap rumah di tepi pantai. Rumah ini masih seperti yang dulu, bahkan cat temboknya masih cerah seperti dulu, hal itu karena Fathan merawat rumah itu dengan baik. "Rasanya ini masih seperti dulu, Bang. Abang ingat bangku kayu itu? jika sore tiba, Abang akan selalu duduk di sana, Abang bilang ingin mendengarkan deburan ombak." Bram menatap bangku di dekat taman samping, dibawah pohon Ketapang yang rindang, di sana memang sembilan tahun yang lalu menjadi tempat favoritnya. "Iya, tentu saja Abang ingat." Bram mendorong kursi roda yang diduduki Kamelia, semntara Ibrahim dan Fathan sibuk mengambil barang-barang di mobil. "Tetapi pohon ketapang itu terlihat semakin besar, dulu tidak sebesar itu," ujar Kamelia menyadari bahwa ada yang berubah di rumah ini. "Ya, tentu saja semakin besar. Usia pohon itu sudah lebih dari sebelas tahun sekarang." "Benarkah aku sudah memiliki anak? rasanya benar-benar tidak percaya. Bagaimana jika aku tidak mengenal
Baca selengkapnya

295

"Bu Dhea, anda sudah pulang? syukurlah, saya sangat senang sekali, Bu ...." Naima datang dari kamar bayi dengan tergopoh-gopoh, Kamelia mengernyitkan matanya menatap perempuan muda itu. Di belakang Naima menyusul seorang anak lelaki yang masih memakai seragam SD. "Ini, Suster Naima, yang merawat putra kita, Sayang. Dan ini putranya, Azka." "Oh? apakah semua orang memanggilku Dhea?" tanya Dhea dengan wajah penasaran. "Ya, selama sembilan tahun ini, identitasmu adalah Dhea Anisa Putri. Perempuan berusia dua puluh empat tahun, tamatan sekolah diploma di universitas Sriwijaya jurusan akuntansi," jelas Bram. "Aku sudah berusia dua puluh empat tahun?" "Dua puluh empat tahun itu kalau jadi Dhea, kalau kamu itu Kamelia, seharusnya kamu sudah dua puluh tujuh tahun sekarang," jawab Ibrahim yang sudah sampai di ruang tamu keluarga itu. "Benarkah? Ya, ampun ... ternyata aku sudah tua," pekik Kamelia dengan tidak percaya. Semua orang yang menyaksikannya hanya tersenyum heran, mere
Baca selengkapnya

296

Semua keluarga begitu senang melihat Dhea tidak mau menggendong Angga dengan erat, bahkan wanita itu sekarang enggan berpisah dari putranya. Karena sudah sebulan lebih tidak memberikan ASI, sehingga Dhea harus rutin ke dokter untuk terapi menstimulasi ASI-nya agar bisa keluar. Dokter bilang masih ada harapan untuk bisa menyusui jika dirangsang dan distimulasi dengan baik. "Bapak juga bisa membantu menstimulasi agar ASI istrinya bisa keluar," ujar dokter sore itu mana kala mereka kontrol ke dokter. "Oh ya? bagaimana caranya?" tanya Bram dengan antusias. "Kalau caranya saya nggak perlu memberitahukan lah ya? kita sudah sama-sama dewasa," ujar dokter itu sambil tertawa ngakak. Memanglah kalau dua orang pria dewasa bertemu hal demikian akan menjadi lelucon yang paling menyegarkan. sampai pulang, di mobil Bram masih saja senyum-senyum mengingat lampu hijau dari dokter itu sungguh undangan yang mengiurkan. "Tadi dengar kan kata dokter? asal ASI-nya distimulasi akan keluar air sus
Baca selengkapnya

297

"Dhea!" panggil Sania antusias melihat wanita yang baru turun dari mobil Sania bahkan berlari menyongsong Dhea dan memeluk kakak iparnya itu dengan erat sekali. "Dhea, aku kangen! maaf ya, aku tidak menjenguk waktu kamu sakit, aku di sana juga sedang tidak baik-baik saja." Dhea hanya mematung merasakan pelukan erat wanita cantik ini, wanita awal tiga puluhan yang terlihat matang karena profesinya sebagai dokter kandungan dan fitur wajah cantiknya yang mirip dengan suaminya. Melihat tidak ada respon dari Dhea, Sania pun melepaskan pelukannya dan menatap mata wanita di hadapannya dengan dalam. "Dhea, kamu kok diam saja? apa kamu benar-benar marah?" selidik Sania menatap Dhea dengan intens. "Apa kamu Sania, adiknya Bang Tyo?" "Apa?!" terang saja mata Sania terbelalak mendapatkan pertanyaan aneh dari Dhea ini. bukan hanya Sania, bahkan Lingga yang berdiri tidak jauh dari mereka pun memicingkan matanya heran. Sania tidak sabar untuk tidak menyentuh kening Dhea, apa adik
Baca selengkapnya

298

Bagaimana Kamelia bisa melupakan hari na'ash itu? saat terjadi benturan keras itu tiba-tiba tubuhnya melayang keluar mobil, dia dengan jelas melihat siluet mobil merah itu. Dia hapal benar jenis mobil seperti itu, karena belum lama kakaknya Viyatan juga baru membeli mobil sejenis tetapi dengan warna yang berbeda. Dia juga melihat siluet seorang wanita dengan rambut panjang di dalam mobil tersebut. Siapa yang menyangka kasus tabrakan ini melibatkan adik kandung lelaki yang dia cintai, sekarang dia harus apa? ada satu keluarga Dhea yang menjadi korban dan secara kebetulan gadis itu pula yang menyelamatkan dirinya. "Apakah mobil travel yang ditabrak itu jenis mini bus bertuliskan Buana travel?" tanya Kamelia untuk lebih memastikan. "Ya." Hanya jawaban 'Ya' yang bisa Lingga berikan sementara atmosfer di sekelilingnya terasa begitu tegang, mereka hanya menduga kenapa pertanyaan Kamelia dan jawaban lingga begitu klik, apakah kecelakaan itu melibatkan Kamelia hingga sembilan tahun in
Baca selengkapnya

299

Sania dan Lingga menginap di hotel, saat mereka keluar hotel, ternyata mereka bertemu dengan keluarga Muhtar dengan formasi lengkap. Intan yang menggendong bayi perempuan berusia delapan bulan itu sangat begitu kerepotan, semntara suaminya Afkar juga repot menyeret koper dan membawa barang-barang ditangan yang lain. "Intan, kamu datang juga?" seru Sania dengan bahagia "Eh, Dokter Sania! aku tentu akan datang untuk acara syukuran putra sepupuku." "Senang ada aku di sini," seru Sania. "Baiklah, silahkan kalian bercengkrama dulu. Biar Permata aku bawa ke dalam," ujar Afkar yang langsung mengambil putrinya digendongan Intan. "Biar saya bantu membawa barang, Bang," ujar Lingga yang langsung membawa koper Afkar "Eh, terima kasih, ya?" "Tak masalah." Lingga tentu sedikit senang dengan kehadiran Intan, setelah bertemu Dhea, kekasihnya ini selalu saja murung. Mungkin Intan bisa membuat suasana hati gadis yang sangat dicintainya ini sedikit lebih baik. "Kamu sudah lama di sini, San?
Baca selengkapnya

300

"Ayah, aku bilang haram rumahku dipijak oleh perempuan itu." Itu adalah suara Kamelia yang nyalang, selama mereka mengenal siapa Dhea, baru kali ini mereka mendengar Dhea berteriak penuh emosi seperti itu. Ingatan Kamelia memang kembali ke masa delapan belas tahun, jadi secara naluri emosi anak seusia itu memang tidak stabil dan mudah meledak-ledak. Ketiga orang itu hanya terpaku menatap apa yang terjadi di depannya. Dhea yang mereka kenal memng sedikit berbeda, dari cara bicaranya yang meledak-ledak dan berani menantang orang di depannya. "Kamu lihat kan, Bang? dari dulu anak kedatangan kamu ini memang tidak pernah menghargai aku sebagai istri keduamu. Kalau dia tidak menganggap aku sebagai ibu tirinya tidak masalah, tetapi aku hanya minta dihargai sebagai istrimu. Kalau aku tidak dihargai, itu sama aja dia tidak menghargai mu, kan?" sungut Sovia dengan suara yang tak kalah ketus. "Kamu mau dihargai? hello .... bagaimana orang modelan kayak kamu mau dihargai?!" "Amel!" ben
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
272829303132
DMCA.com Protection Status