Perjalanan ke Palembang kali ini benar-benar menguras tenaga. Mungkin karena kehamilan Dhea yang sudah memasuki trimester terakhir. Tetapi keberadaan Viyatan di sebelahnya cukup membantu, tanpa Dhea sangka, lelaki itu terus saja bertindak seperti suami siaga. Hingga pesawat mendarat di bandara Mahmud, Viyatan yang menyeret dua koper miliknya dan milik Dhea, sementara Dhea juga dipaksa untuk memegang lengan atasnya ketika berjalan. "Kita sudah sampai, langsung ke mana?" tanya Viyatan. "Langsung ke rumah Om Muhtar saja. Aku sudah kangen dengan keluarga mereka. Kita naik taksi nanti di depan." Viyatan berjalan santai, bahkan cenderung pelan-pelan, takut jika Dhea terjatuh. Setelah melalui pintu kedatangan, mereka berjalan ke lobi bandara untuk mencari taksi, tanpa diduga Dhea langsung menghentikan langkahnya, tubuh wanita itu bereaksi keras dan terkejut, bahkan tampak gugup. Viyatan yang menyadari perubahan Dhea, mengikuti arah pandang wanita itu, ternyata Dhea tengah memandang ke
Read more