Semua Bab Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Bab 211 - Bab 220

323 Bab

211

Setelah mendapat telpon dari Dhea, tidak menunggu waktu lagi, Fathan langsung terbang menuju Jakarta. Ketika memberitahu pada ayahnya, lelaki paruh baya itu juga akan. menyusulnya dalam waktu dekat. Kabar dari Dhea cukup menampar lelaki itu. Baginya, kesakitan yang dialami Dhea juga merupakan kesaktiannya sendiri. Sementara itu, sehari setelah kedatangan Sania, Dhea kembali kedatangan pengunjung. Ketika dia menemui siapa yang datang berkunjung, seorang pria berbadan tinggi dengan kulit sawo matang dan dandanan yang klimis, sudah menunggunya di ruangan khusus, tempat yang sama ketika dia menemui Sania. "Bu Dhea ...," sapa lelaki itu. "Pak Adi? Anda datang?" "Benar, Bu. Ini saya membawakan sekotak pizza, ada cake, juga martabak manis," ujar Adi sambil mengulurkan tiga kotak dari kardus. "Terima kasih, Pak." "Bu Dhea bagaimana kabarnya? Bu Dhea wajahnya nampak pucat, apakah ibu sakit?" tanya Adi dengan hati-hati "Siapa yang tidak akan sakit jika masuk ke tempat ini, P
Baca selengkapnya

212

Setelah Adi pergi, Dhea dipindahkan dari rumah tahanan ke lembaga pemasyarakatan khusus wanita. Kepergiannya diiringi kesedihan oleh teman-teman satu selnya. Mereka bahkan banyak sekali berpesan pada wanita itu. "Mbak Dhea, jaga diri mbak baik-baik. Jaga kandungan mbak. Jangan putus asa ya, mbak," ujar Neneng "Iya, Mbak. Mbak Dhea harus banyak makan, agar kuat dan tegar. Di LP itu lebih berat ujiannya, di sana banyak yang lebih jahat dari kami," ujar Romlah. Dhea hanya tersenyum menanggapi perkataan teman-temannya. Wajahnya yang masih pucat dan tubuhnya yang masih lemas memang membuatnya kuatir untuk bertahan di tempat baru apabila di sana banyak perempuan yang suka membully. "Mbak Dhea kan belum disidang, juga belum ada keputusan bersalah, kenapa sudah langsung masuk LP? apa perkara mbak Dhea tidak melalui sidang tapi sudah langsung diputus bersalah?" tanya Ria dengan heran. Pertanyaan Ria benar-benar menohok perasaannya. Sepanjang jalan dia selalu berpikir, apa iya apa yan
Baca selengkapnya

213

Walaupun ternyata bukan suaminya yang datang, tetapi Dhea tidak kecewa dengan kedatangan lelaki itu. Bahkan mereka bertemu di ruang khusus VIP. Fathan yang melihat Dhea memakai pakaian tahanan, tidak bisa ditutupi tatapan kesedihan dari matanya. "Kak Fathan ...," panggil Dhea dengan suara lemah. "Dhea? Dhea ...." Hanya nama Dhea yang bisa lelaki itu sebut berulang kali. Tanpa bisa ditahan lagi, lelaki itu memeluk Dhea dengan erat. Baru dua bulan tidak bertemu, tetapi adik kesayangannya ini sudah bernasib seperti ini. Fathan sudah pernah kehilangan adik kandungnya dahulu, mana mungkin dia mau kehilangan lagi. Tak terasa air mata mengalirkan dari kedua netranya. Dhea yang menyadari hal itu juga menangis dengan terisak-isak. "Bagaimana kamu baru menghubungi Kakak, Dhea. Padahal kamu sudah lama di penjara. Apa kamu tidak menganggap keberadaan Kakak lagi?" "Maaf, Kak. Maaf ...." "Kakak sudah mendengar semua cerita tentangmu dan mencari info tentang apa yang terjadi padamu. Kamu haru
Baca selengkapnya

214

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, hingga sampai empat bulan Dhea berada di lembaga pemasyarakatan ini. Setiap hari, setiap saat sebenarnya dia hanya menunggu Bram untuk menjenguknya, dia ingin sekali mendengar alasan Bram menceraikannya. Mungkin Dhea sudah tahu alasannya apa, tetapi dia ingin mendengar langsung dari mulut suaminya, bukan .... mungkin sekarang sudah menjadi mantan suaminya. Tetapi yang ditunggu sampai saat ini tidak kunjung datang, apa dia benar-benar sudah melupakan aku? hati Dhea benar-benar miris memikirkannya. Saat ini kandungan Dhea juga sudah masuk tujuh bulan, gerakannya mulai lambat. Ketiga teman satu selnya selalu membantunya melakukan sesuatu. Dhea bahkan rajin mengikuti kajian dari ustazah Fatma bersama Melda. "Masyaallah, Mbak Dhea .... kandungannya sudah semakin besar, semoga sehat bayi dan ibunya, ya?" "Terima kasih, Ustazah. Mohon doanya supaya lancar ketika melahirkan nanti." "Itu pasti, Mbak Dhea. Semoga lancar ...." Dhea cukup
Baca selengkapnya

215

Kedatangan Fathan jelas untuk membawa Dhea dari tempat itu, namun Dhea juga merasa berat meninggalkan teman-temannya. Ketika dia mengatakan akan keluar dari sana, teman-teman merasa gembira bercampur sedih. Mereka sudah terbiasa dengan Dhea, wanita cantik yang selalu bersikap baik dan gambaran seorang putri real yang teraniaya. "Nanti kalau kalian keluar dari penjara, segera cari aku. Setelah keluar, aku bertekad untuk membuka usaha dan kalian akan aku terima berkerja di sana walaupun tidak melamar." "Dhea, aku sangat bersyukur. Aku akan berkelakuan baik di sini agar cepat dikurangi hukumannya." Hal yang sama juga dia pesankan pada teman-temannya di tahanan dulu, melihat para wanita malang itu, Dhea semakin semangat untuk mengembangkan diri dan menampung pekerja dari kalangan mereka. Setelah mereka keluar dengan status mantan napi, pasti akan kesulitan mencari penghidupan setelahnya. Ketika keluar dari lembaga pemasyarakatan, Di halaman LP tersebut ternyata sudah menunggu Ling
Baca selengkapnya

216

Setelah makan siang, Dhea bahkan diantar sendiri oleh Ibrahim menuju kamarnya. Sepertinya lelaki paruh baya itu tidak akan melepaskan Dhea sedetikpun. Dhea yang kesusahan menaiki tangga karena perutnya yang sudah besar dengan sabar dan telaten di papah oleh Ibrahim hingga sampai ke pintu kamarnya. Ketika memasuki kamar, Dhea merasa telah familiar dengan kondisi kamar yang benar-benar bernuansa remaja. Cat kamar yang didominasi warna pink dusty, tirai bergambar hello Kitty, bahkan sprei-nya juga hello Kitty. benar-benar kamar anak gadis remaja yang didominasi warna pink. Setiap ornamen di kamar itu juga didominasi oleh barang-barang lucu dan imut khas remaja. Ada boneka Teddy bear berwarna coklat muda yang memiliki warna berbeda diatas tempat tidur. "Kamar ini masih kamar yang sama, ayah tidak pernah memindahkan satu barangpun dari sini. Sejak kepergian mu, tidak ada satu orang pun yang boleh memasuki kamar ini kecuali pelayan yang bertugas membersihkan. Ayah selalu berharap agar sua
Baca selengkapnya

217

Tidak ada yang bisa dikakukan Ibrahim selain menuruti perkataan putrinya, dia juga penasaran, kenapa putrinya ini bisa kecelakaan dan hilang ingatan, kenapa pula dia tidak kembali tetapi malah jasad orang lain yang datang. "Jadi, Yang dikuburkan itu ternyata kemungkinan adalah jasad Dhea Annisa Putri anaknya ibu Paramitha. Tapi apa itu bisa disebut kamu ketukar?" ujar Ibrahim setelah mendengar kisah Dhea setelah siuman dari kecelakaan itu. "Aku benar-benat tidak ingat apapun, Ayah. Mungkin ibu tidak tega melihatku yang tanpa identitas, sementara dia juga kehilangan seluruh anggota keluarganya. Kami hanya saling melengkapi dan membutuhkan. Ibu tidak mungkin maksud jahat padaku." "Yah, tidak perlu dipikirkan, ibu Paramitha juga meninggal, menyusul suami dan putra-putrinya," ujar Ibrahim sambil mengelus kepala putrinya dengan sayang. "Ayah benar, ini memang sudah takdir." Ibrahim berdiam di kamar Dhea cukup lama, dia memang ingin melampiaskan rindu terpendam yang sudah delapan
Baca selengkapnya

218

Di ruangan kantor yang cukup luas, jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi ruangan kantor masih juga terang benderang karena masih ada penghuni ruangan besar yang masih duduk di kursi kerjanya dan mengutak-atik perangkat komputernya. Mata yang dipasangi kaca mata anti radiasi itu menambah kesan serius di wajah lelaki ini, sudah berbulan-bulan, hidupnya hanya dihabiskan sebagian besar di ruangan ini. Bahkan dia terkadang tertidur di sini karena ruangan ini juga ada kamar untuk istirahat. Pintu ruangan terbuka, muncul sosok tinggi tegap berkulit sawo matang, lelaki ini datang dengan membawa bungkusan plastik. "Pak, istirahat dulu. Ini makan malamnya saya bawakan." "Ini sudah jam sembilan malam, kenapa baru membawakan makanan?" "Saya baru saya tiba di bandara. Sesuai perintah bapak, saya harus mengikuti ke mana istri anda pergi. Ayo, makan dulu. Pasti anda belum makan." Lelaki itu langsung menutup layar komputernya dan berjalan dengan malas menuju sofa, di
Baca selengkapnya

219

"Ini siapa, Yah?" tanyanya dengan mata yang tampak jelas terkejut "Namanya Dhea Annisa Putri, Dia anak angkat ayah, juga adik angkatku," jawab Fathan. "Dia seperti ....?! bedanya dia tengah hamil saja, dia hamil sama siapa?!" "Ya, hamil sama suaminya lah, masak sama gue?" ujar Fathan sedikit jengkel "Ouh, kirain?" ujar lelaki itu dengan tertawa lebar "Dhea, duduk sini. Ini Viyatan, anak sulung Ayah," ujar Ibrahim memperkenalkan. "Wah, ayah mengangkat dia jadi anak pasti karena dia mirip Kamelia, kan?" ujar Viyatan dengan tatapan yang tidak bisa Dhea prediksi. "Halo, Kak Viyatan, saya Dhea!" ujar Dhea sambil mengulurkan tangan. "Halo, aku juga tidak keberatan menjadi kakakmu, siapapun yang akan kamu dukung nantinya, itu menentukan nasibmu di masa depan." Dhea mengernyit mendengar perkataan lelaki itu, merasa tidak paham apa maksudnya. Tetapi lelaki itu malah menyeringai membuatnya kurang nyaman. "Ayo, makan. Nanti makanannya sudah dingin," ujar Ibrahim yang sudah menyuap
Baca selengkapnya

220

Mendengar bentakan keras ayahnya, Novita langsung kaget, dulu walaupun ayahnya ini lebih sayang sama Kamelia, tetapi pria paruh baya ini tidak pernah memperlakukan Novita dengan kasar. Baru kali ini Novita dibentak seperti ini, tentu saja gadis itu sangat sedih sekaligus malu, dibentak seperti itu di depan para saudara lain ibu membuatnya sangat kesal. "Sekarang, Ayah tidak mau kamu melecehkan dan menghina saudaramu, ingat, Dhea ini adalah kakakmu, kamu suka maupun tidak!" Suara ibrahim sedikit melunak, tetapi sorot mata lelaki itu masih tajam menatap anak bungsunya. Melihat hal itu Novita juga matanya sudah berkaca-kaca, rasa sedih dan sakit hati tidak bisa dia sembunyikan dari wajahnya. "Ayah jahat!" pekik gadis itu sambil berlari menaiki tangga, sepertinya dia juga sudah menangis sesenggukan. "Dia hanya gadis remaja, ayah tidak perlu bertindak seperti itu," ujar Viyatan. "Justru dia masih remaja, harus diajarkan sopan santun biar tidak semakin ngelunjak. Ayah menyesal tid
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
33
DMCA.com Protection Status