All Chapters of Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Chapter 141 - Chapter 150

323 Chapters

141. Makanan kesukaan

Part 141"Ayo duduk, duduk dulu. Ayo, Nona. Saya akan buatkan makanan kesukaan Nona."Dengan langkah tergopoh-gopoh lelaki itu berjalan menuju dapur untuk menyiapkan hidangan para tamu."Kita tidak memesan menu?" tanya Ilham Lelaki itu mengedarkan pandangan dan tak satupun menemukan daftar menu di sana, dia melihat juga ke dinding juga tidak tertempel di sana."Semua menu masakan akan dikeluarkan nanti, pelanggan tinggal memilih mau makan apa," Jawa Fathan"Oh, konsepnya seperti rumah makan Padang, ya?" ujar Adi "Iya. Dulu ada salah satu makanan favorite Kamelia di sini, anak itu selalu memilih makan sop kerang, dia bisa menghabiskan tiga porsi sop kerang.""Oh ya? Aku jadi ingin tahu bagaimana rasanya."Dhea sangat penasaran dengan menu makanan yang disebutkan Fathan. Selama ini Dhea tidak pernah memakan seafood karena keadaan ekonomi, ketika menikah dengan Bram pun dia hanya menemui menu ikan dan daging, kalau seafood hanya udang dan kepiting. Tidak pernah menemukan kerang. Tidak
Read more

142. Menyediakan tempat tinggal

Part 142Dhea tercenung ketika dalam perjalanan ke Batam. Kapal yacht milik pribadi keluarga Fathan menjadi tumpangan mereka ke pulau Batam, ketika menggunakan kapal feri jarak tempuh sekitar dua jam lebih, dengan yacht bisa ditempuh kurang lebih sejam setengah. Semilir angin laut menggoyangkan jilbab pasmina nya, siang menjelang sore yang terik membuat matahari menyorot lebih tajam, untung saja Dhea sudah menyediakan kaca mata hitamnya.Duduk di geladak kapal sambil menikmati suasana membuatnya serasa mimpi, ini seperti pesiar mewah orang-orang kaya yang sering ditontonnya di sinetron televisi. Sudah dua orang hari ini yang ditemuinya mengatakan dia mirip seseorang bernama Kamelia Zahrain. Apakah memang seperti itu? Bahkan mereka yakin mengatakan jika kemiripannya mencapai sembilan puluh persen. Ini sungguh tak masuk akal, tetapi yah ... Mungkin ada keuntungan tersendiri bagi dirinya, jika tidak begitu, mana mungkin tuan muda Fathan ini mau memberi fasilitas kerjasama seperti saat
Read more

143. Welcome to the Lia's residen

143 Setelah sampai rumah yang dikatakan Fathan, ternyata mobil Lamborghini lelaki itu sudah terparkir cantik di pinggir jalan. Sopir dengan pelan memarkirkan kendaraannya di dekat mobil Fathan tersebut. "Kita sudah sampai, Non." "Oh, di mana rumahnya?" Dhea celingukan melihat lingkungan sekitar, tidak banyak rumah yang dibangun di sana, tetapi perhatiannya teralih pada rumah yang paling dekat dengan parkiran mobil mereka. "Ini, Nona. Yang dekat dengan kita, yang bercat putih ini." Mata Dhea tetap mengedarkan ke segala arah ketika turun dari mobil, terutama pada rumah mungil yang berdiri cantik di hadapannya. Rumah dengan pagar papan bercat putih setinggi pinggang orang dewasa, di depannya ada lampu jalan dengan tempat lampu yang berukir cantik, ada nomor rumah menunjukkan angka 20 dan ada tulisan dari ukiran logam bertuliskan "Welcome to Lia's residence" Lia's residence? Kediaman Lia? Apa ini rumah Kamelia dulu? Pantasan Fathan begitu ingin Dhea tinggal di sini. Tentu lelaki itu
Read more

144. Bertemu walikota

Part 144"Wah ... Ternyata ada pantai di belakang rumah ini! Pantai yang tidak jauh dari sini!" pekik wanita itu dengan senang. Suara ombak yang memecah suasana begitu terasa sangat menggoda, apalagi pasir putihnya. Pantai , tidak terlalu jauh, mungkin hanya berjarak tiga ratus meter dari rumah ini.Melihat itu, Dhea langsung bergegas turun ke lantai bawah, dia mencari pintu belakang. Setelah menemukan pintu belakang, dia sangat takjub dengan pemandangan di sini. Halaman belakang cukup luas, ada tiang jemuran di sisi kiri dan bangku panjang dengan sebuah meja berada di sisi kanan. Dari sini terlihat dengan jelas pemandangan air laut yang membiru itu."Ah, ini sangat indah!" "Apa kamu suka?" tanya Fathan yang mengikuti Dhea sampai halaman belakang."Iya, aku sangat suka. Sepertinya aku bakalan betah tinggal di sini.""Baiklah, sekarang kau mandi, bersihkan diri nanti kita makan malam bersama.""Ah iya, aku harus menghangatkan SOP kerang yang kubawa tadi."Dhea berlari masuk ke dalam
Read more

145. Terpaksa seminggu lagi di sini

Part 145 Pak Ibrahim juga langsung menyambut uluran tangan Adi dan Ilham, namun ketika Dhea akan menyalaminya juga, mendadak tangan lelaki itu berhenti untuk mengulur, tampak sekali wajah Pak walikota itu terkejut bukan kepalang. "Eh, ini?" tanya pak Ibrahim dengan tatapan terkejut. "Ini Bu Dhea, Ayah! Istrinya Pak Bramantyo dari Jakarta. Pemborong proyek pembangunan pabrik elektronik kita," ujar Fathan memperkenalkan. "Fathan ... Kamu tahu, kan?" tatapan mata pak Ibrahim yang mengintimidasi Fathan menyiratkan sesuatu, tentu saja Fathan tahu maksud ucapan ayahnya. "Iya, akupun terkejut, aku baru kemarin ketemu dengannya di balai kota tanjung pinang," ujar Fathan berbisik pada ayahnya. "Oh ... Perkenalkan, saya Ibrahim kemal Zahrain, orang tuanya Fathan." "Saya sudah tahu, anda wali kota di kota yang indah ini," jawab Dhea menyambut uluran tangan lelaki paruh baya itu. Jabatan hangat lelaki itu tampak begitu lain, tangan lelaki itu terasa bergetar. Tatapan mata Ibrahim berulang
Read more

146

Part 146 Hari ini membuat Dhea cukup lelah, tim yang dikirim perusahaan sudah datang kemarin, semua bekerja dengan teliti, sementara Dhea yang tidak paham dengan kerjaan proyek hanya bisa mengawasi. Sementara Adi sendiri sudah disuruh pulang oleh Bram, ini hari ketiga Dhea berada di kota ini. Suasana kota yang terasa begitu akrab ini membuat Dhea semakin betah disini, apalagi jika sore menjelang, dia akan meminta Bik Siti menemaninya jalan-jalan ke pantai yang hanya ditempuh sekitar sepuluh menit dari rumahnya. Dhea sudah satu kali diundang makan oleh keluarga Zahrain di kediamannya. Makan malam di hari keduanya tinggal di kota ini. Saat itu, Pak Ibrahim sendiri yang secara khusus mengundangnya, dia datang ke rumah kediaman keluarga Zahrain dijemput oleh Fathan. Ketika sampai di rumah besar itu, Dhea cukup kagum dengan bangunan tersebut. Rumah ini tidak seperti rumah keluarga Aditama keluarganya Bram, apalagi rumah kakeknya. Rumah keluarga Zahrain sangat artistik, pak Ibrahim mem
Read more

147

Part 147 "Eh anu ... Itu ...," Dhea bingung mau bicara apa.Kegugupan dan kebingungan bergabung menjadi satu, entah apa yang akan dia jawab, padahal waktu dilamar Bram saat itu tidak segugup ini. "Bagaimana?" kejar Ibrahim. Dhea menatap Ibrahim dan Fathan bolak-balik, Fathan sendiri hanya mengangguk dan tersenyum meyakinkan wanita itu, sementara Dhea hanya bisa mendesah lirih. "Kamu dan Fathan juga sudah begitu cocok menjadi kakak beradik, Fathan ini kakak yang baik, dia pasti bisa menjagamu." "Eh, anu ... Ini bukan masalah yang mudah bagi saya, hal seperti ini baru saya alami. Hal ini harus dipikirkan terlebih dahulu." Dhea tentu harus mempertimbangkan semua hal, apalagi melihat reaksi Sovia yang tidak bersahabat, tentu dia tidak ingin membuat ada orang yang kembali tidak menyukainya. "Kamu tidak perlu banyak berpikir, terima saja. Lagi pula mas Ibrahim ini tulus mengangkat kamu jadi anaknya." Dhea terkejut mendengar perkataan Sovia yang tiba-tiba, apa maksud orang ini mengat
Read more

148

Part 148Ketika Dhea sampai di kediaman Lia, jam sudah menunjukan pukul empat lewat tiga puluh menit, matahari sudah condong ke barat, Dhea paling suka melihat sunset dari balkon kamarnya. Setalah mandi dan memakai pakaian santai, Dhea turun ke bawah untuk membawa camilan dibawa ke balkon, saat itu bik siti sudah siap-siap membawa tas pakaian."Mau ke mana, Bik?""Oh, anu Non. Ini kan akhir pekan, biasanya kalau akhir pekan bibik pulang ke pulau Galang menjenguk anak dan orang tua di sana.""Suami bibik ke mana?" "Oh, suami saya itu, Bang Khaidir. Kami mau pulang bersama, tadi sudah ijin sama tuan Fathan, sekarang saya mau ijin sama Non Dhea.""Oh? Pak Khaidir itu suami Bik Siti? Kok kalian tidak tinggal bersama?" tanya Dhea dengan kaget."Tinggal bersama, Non. Non Dhea tahu rumah kayu di halaman belakang rumah ini? Kami tinggal di sana selama ini.""Oh? Bukankah Bik Siti tidur di kamar atas juga?""Ya nggak mungkinlah, Non. Kamar itu kadang-kadang di huni oleh tuan Fathan."Huh, Dhe
Read more

149

Part 149 Ketika Dhea membuka pintu, seseorang dengan tinggi menjulang sudah berdiri di depan pintu. Orang itu memakai jaket kulit hitam dilengkapi topi hitam. Posisinya yang menunduk membuat dhea tidak dapat melihat wajah orang yang dipastikan berjenis kelamin pria. Dhea memiringkan wajahnya untuk menelisik siapa manusia yang berjarak sekitar lima meter di hadapannya ini. Tiba-tiba insting waspada menghantui perasaannya. Bagaimana tidak, pengalaman buruk yang belum lama terjadi padanya membuatnya selalu mencurugai setiap situasi dan setiap orang yang tidak dia kenal. “Siapa anda?” ujar Dhea dengan suara bergetar. Bukannya menjawab pertanyaan Dhea, lelaki itu malah bergeming, wajahnya masih menunduk dengan kedua tangan masuk ke dalam saku jaketnya. “Siapa anda? Mau apa anda ke sini!” Kini Dhea mulai bereaksi keras tatkala lelaki itu tidak meresponnya sama sekali. Kini Dhea mulai kesal, dia bermaksud menutup kembali pintunya dan mengabaikan seseorang yang mungkin memiliki niat yan
Read more

150

Part 150"Abang! Kenapa malah Abang tarik?""Hush, kenapa, kenapa? dari tadi brisik banget! gak tahu apa aku sudah kangen banget?"Dhea terperangah menatap wajah suaminya yang ada di bawahnya. Lelaki ini, memanglah ..."Abang berbaring seperti ini nanti lukanya sakit," bisik wanita itu."Luka itu tidak terlalu menyakitkan. Masih menyakitkan jauh dari kamu selama tiga hari ini."Bram sangat menyukai situasi seperti ini, terutama senyum istrinya yang mengembang setelah mendengar perkataannya, mata bulat wanita itu sangat jernih berbinar dengan perasaan penuh."Dasar gombal," tepis Dhea sambil mencubit pinggang istrinya."Kalau gombal mana mungkin aku bela-belain jauh-jauh datang ke sini.""Iya deh, percaya ..."Bram yang dari tadi sudah menahan hasratnya, tak lagi menunda untuk meraih wajah istrinya dan melumat bibir istrinya dengan lembut. Awalnya lembut, tetapi lama-lama ciuman itu menuntut dan intens hingga Dhea kehabisan napas baru dilepaskan.Suara lonceng kembali menggema dari ara
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
33
DMCA.com Protection Status