Part 152"Iya, Abang kenal kan sama pak Ibrahim?""Kenal, kalau menurut pandangan Abang, Pak Ibrahim itu orang yang sangat teliti. Dia pasti tidak mudah percaya sama orang, baru ketemu denganmu kok sudah menganggapnya sebagai anak?""Yah, mungkin dia orang yang begitu. Tapi sepertinya ada alasannya, dan alasannya itu putrinya yang sudah meninggal.""Apa maksudmu?""Sejak pertama ketemu sama Fathan, lelaki itu memperhatikan diriku dengan seksama, aku risih kan? Tetapi ketika dia bilang aku sangat mirip dengan adiknya yang sudah meninggal dunia, aku jadi luluh. Maaf aku tidak memberi tahu Abang dulu kalau keluarga mereka sudah mengangkat ku jadi anak. Seharusnya sebelum mengambil keputusan itu aku ijin dulu sama Abang, cuma ya, saat itu aku terdesak, jadi ya mengiyakan saja. Apalagi pak Ibrahim begitu sedih ketika bertemu denganku, aku gak tega melihatnya.""Ya, itu terserah dengan keputusanmu, Sayang. Yang membuatku penasaran, apa benar yang mereka katakan, jika kamu itu mirip putri me
Read more