All Chapters of Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Chapter 121 - Chapter 130

323 Chapters

121. Reaksi Bram

Part 121Alangkah terkejutnya Bram ketika melihat tas Dhea dan Sania ada di dalam sana, tas Dhea berpendar-pendar cahaya sepertinya itu ponsel, ketika Bram menelpon Sania juga, sepertinya ponsel kedua wanita yang dia sayangi ada di sana."Aish, shiit!" umpat lelaki itu."Kenapa ponsel mereka berdua terkurung di dalam mobil? Apa itu sebabnya mereka tidak mengangkat telponku?"Bram segera menghubungi Amar Ghani, manajer mall ini. Karena sebenarnya mall ini adalah bagian dari perusahaan HG Aditama grup, milik kakeknya Hanggono Aditama."Amar, aku diparkiran mall! Cepat kamu ke sini!" perintah Bram to the point."Pak Bram? Iya, pak. Saya segera ke sana!" Belum sampai sepuluh menit, Amar, seorang pria berusia empat puluh tahunan datang menemui Bram, lelaki ini sendiri heran, kenapa cucu pemilik perusahaan datang bahkan ingin menemuinya diparkiran."Pak Bram? Kenapa bapak di sini! Mari, Pak. Silahkan kita bertemu di ruangan saya," ujar lelaki itu dengan sopan."Amar, aku tidak mau menemui
Read more

122. Dhea dibawa ke mana?

Part 122 Dhea terbangun saat mobil mengerem dengan kuat, kepalanya bahkan terantuk kursi di depannya. Kedua matanya yang tertutup sangat sulit mengenali lingkungan sekitar, ini masih siang atau sudah malam? "Kenapa berhenti di sini, Bang?" tanya salah seorang. "Aku akan membeli ponsel. Jay, Ragat, kau tinggal di sini, jagain gadis ini. Aku sama Arlan akan turun sebentar," perintah lelaki yang dipanggil bang. "Oke, Bang." Setelah kepergian dua orang itu, suasana kembali hening, dua orang yang berjaga sama sekali tidak bercakap-cakap. Sekitar lima belas menit kemudian, kedua orang itu telah kembali. "Ini, ambil ponsel ini satu-satu buat kalian, sudah ku isi kartu SIM-nya." "Oh, baik Bang. Ini HP mahal, Bang. Harganya lima jutaan ini," seru salah satu dari mereka. "Iya, ambillah. Aku sudah bilang, jika melakukan aksi apapun jangan membawa ponsel atau alat komunikasi apapun, kita bisa dilacak. Zaman sekarang sudah canggih, makanya kita letakkan saja ponsel kita di rumah." "Iya
Read more

123. Menemukan Dhea

Part 123Kediaman tuan Hanggono Aditama jelas gempar ketika menerima telpon dari Bram jika Sania dan Dhea diculik. Nyonya Hartina bahkan sampai lemas memikirkan cucu dan cucu menantunya itu, mereka wanita yang masih muda dan sangat cantik, bagaimana jika mereka berdua menjadi korban kejahatan dan diperkosa. Wanita tua itu menangis tidak berhenti, tiba-tiba darah tingginya kambuh dan harus dilarikan ke rumah sakit, sementara tuan Hanggono juga kesehatannya drop.Anggara sebagai anak satu-satunya itu disibukkan mengurus kedua orang tuanya, dibantu oleh semua pelayan di rumah keluarga ayahnya itu. Sementara Nirmala juga pura-pura ikut sibuk dan bersimpati terhadap musibah yang dialami oleh keluarga suaminya."Bram, apa yang terjadi? Kenapa Sania dan Dhea bisa diculik?" tanya Anggara melalui telpon pada putra sulungnya.Bram menjelaskan kronologis kenapa dia mengetahui Dhea dan Sania diculik pada ayahnya, jelas saja Anggara cemas, Sania adalah putrinya satu-satunya, dia selalu memanjaka
Read more

124. Pencarian mentah lagi

Part 124 "Pak, saya baru dapat kabar, kalau anggota kita yang di pelabuhan merak melihat ciri-ciri mobil yang sedang kita cari masuk ke kapal Ferry menuju Bakauheni." "Oh ya? Alhamdulillah!" Walaupun tidak sabar untuk segera menuju pelabuhan, namun Bram masih menyempatkan salat ashar berjamaah, setelah itu para pria itu langsung meluncur menuju pelabuhan. "Apa kau sudah menginstruksikan agar mobil itu ditahan agar tidak bisa masuk ke kapal?" tanya Bram. "Sudah terlambat, Pak. Mobil itu sudah masuk kapal sekarang, tetapi kami akan menahan di Bakauheni." "Bagus, ayo cepat kita ke sana, semoga ada kapal berikutnya." "Kapal berikutnya akan berlayar tiga jam lagi, Pak." "Kalau gitu kita sewa kapal yacht saja." "Siap, Pak. Saya telpon dulu penyedia jasanya." ***** "Bang Marco?" "Mobilmu sudah naik kapal?" "Sudah, Bang." "Anak dan istrimu ke mana?" "Mereka sedang di geladak utama." "Baik. Jay, Ragat, segera kau pindahkan perempuan itu ke mobil Ramdani. Arlan, kau copot plat p
Read more

125. Tempat penyekapan Dhea.

Part 125 Malam ini Bram terpaksa menginap di hotel Novotel Bandar Lampung, sambil menunggu informasi selanjutnya. Hari sudah pukul setengah delapan malam ketika dia selesai mengunjungi Niko, anak itu berada di kota Palembang saat ini. Bram meminta Niko cukup standby di markasnya, untuk melacak keberadaan istri dan adiknya jika sudah mendapatkan informasi terbaru. "Pak Bram?" panggil Adi ketika memasuki kamar hotel, lelaki itu memiliki kartu kamar Bram sehingga bebas keluar masuk. "Ya," jawab Bram yang tengah membaringkan tubuhnya yang terasa penat. "Pak, ada informasi penting." "Katakan!" ujar Bram tidak sabaran, tubuhnya yang tadi berbaring kini langsung berdiri dan duduk di sofa yang berada di kamar itu. "Ini cctv gerbang masuk ke pelabuhan merak dan gerbang keluar dari Bakauheuni." Adi menyerahkan rekaman cctv yang masih berada di ponselnya. "Ya, apa ini? Apa yang kalian temukan?" tanya Bram penasaran karena belum memahami isi rekaman yang hanya terdiri dari keluar masuk m
Read more

126. Penyadapan

Part 126 Sepanjang jalan Bram merenung memikirkan nasib yang kini tengah menimpanya. "Kira-kira siapa yang mencoba menggangguku kali ini," tanya Bram sebenarnya ditujukan pada dirinya sendiri, tetapi karena Adi berada di sampingnya, tentu lelaki itu menanggapi. "Sudah pasti musuh anda, Pak?" "Tapi siapa? Apa Frans? Dia dulu mengancam akan menghancurkan kebahagiaanku." "Bisa jadi dia, bisa jadi juga yang lain, banyak orang yang iri dengan kedudukan anda." "Iya, tapi siapa? Apa Nirmala, Ajisaka? Om Sayuti? Hanafi?" "Ya, orang-orang yang anda sebut itu, termasuk orang yang iri terhadap capaian anda." "Apa Arjuna? Lingga?" "Kalau Lingga tidak mungkin, Pak. Lelaki itu sangat mencintai nona Sania, dia juga berteman dengan Bu Dhea." "Huh, mencintai tapi malah menenggelamkan ke laut, sungguh tidak masuk akal," dengus Bram. "Apalagi, Pak Arjuna, dia sepertinya tidak berani melakukan itu, secara saya lihat dia juga suka sama Bu Dhea." "Adi, Adi! Hati orang siapa yang tahu? Siapa ta
Read more

127. Sosok lugu Alamsyah

Part 127 Sudah tiga hari Dhea berada di rumah kebun, kali ini dia tidak lagi disekap di dalam kamar oleh Alamsyah. Hal itu bermula di hari kedua, saat itu Alamsyah membawakan makan siang untuk Dhea, berupa nasi putih dan ikan goreng. Dhea yang melihat lauk itu enggan untuk memakannya. "Makanlah, hanya ini yang bisa disediakan untukmu," ujar Alamsyah. "Apa ikan ini hanya kau goreng saja?" "Kau kan bisa melihatnya." "Ah, sudahlah. Aku tak berselera melihatnya, aku tidak bisa makan kalau tidak ada sambal pedas." "Kau jangan banyak permintaan, aku tidak pandai memasak. Makan kalau kau tidak ingin mati kelaparan!" "Biar saja aku mati kelaparan, aku juga sudah tidak tahu harus berbuat apa. Aku diculik, disekap. Entah apa salah dan dosaku pada orang-orang itu, kenapa melakukan hal ini. Padahal ibuku sedang sakit parah, dia sedang dirawat di rumah sakit karena terkena kanker ganas. Aku pergi ke Jakarta karena ingin merawatnya, tetapi orang-orang itu malah menculikku," ujar Dhea. Mend
Read more

128. Kami akan menghabisi perempuan itu

Part 128Alamsyah yang saat itu tengah merokok linting, melinting sendiri tembakau dan cengkehnya, terbatuk bahkan tersedak asap rokok yang dia hirup mendengar perkataan Dhea."Maksud kau?""Dua puluh kali lipat, jumlahnya jadi dua ratus juta. Cukup kan itu untuk bayar utang sama teman mamang dan membeli kembali rumah dan sawah mamang."Lelaki itu gemetar mendengar perkataan Dhea, kapan lagi dia mendapatkan uang sebanyak itu. Tetapi jika dia bekerja sama dengan Dhea, apa tidak berbahaya untuknya? Marco bukanlah penjahat sembarangan."Tap ... Tapi aku tak sanggup membantumu meloloskan diri, ak ... Aku masih ada anak dan istri, mereka bisa terancam dengan perbuatanku, aku ... Aku tidak bisa.""Aku tidak meminta Mamang membantuku melarikan diri, tugas Mamang mudah, kapan mamang pergi dari tempat ini menuju kota? Atau mengunjungi kota, Mamang cukup menelpon seseorang, memberitahukan keberadaan ku di sini. Biar orang itu yang menolongku.""Lantas, bagaimana kau bisa membayar ku?""Apa Mama
Read more

129. Rayuan maut Dhea

Part 129"Apa Abang-abang ini yang akan menjaganya?""Kami tak perlu menjaganya. Kami diperintahkan untuk menghabisi wanita itu, tugas kau, Rais ... Besok kalau hari sudah terang, kau gali tanah untuk menguburkan jasad perempuan itu.""Apa? Jadi ... Abang-abang ini datang ke sini untuk membunuh kakak cantik itu? Apa gak sayang, Bang?""Kakak cantik? Hmmm?" Wajah Rais tampak pias, karena salah seorang lelaki itu mencondongkan wajahnya ke arahnya, mata lelaki itu bahkan menelisik wajah Rais dengan seksama, bibirnya menyunggingkan senyum aneh. "Apa benar cantik, Bang?" tanya salah seorang dari mereka."Emang, cantik banget.""Bang, apa Bang Marco yang menyuruh menghabisi wanita itu?" tanya Rais takut-takut "Marco? Bos aku dan Marco berbeda. Bos ku seorang wanita cantik, dia menginginkan wanita itu mati, bayarannya gede banget, gak setimpal dengan bayaran bosnya Marco.""Bang Jay, kalau cuma dihabisi apa nggak sayang? Bagaimana kalau kita pakai dulu untuk senang-senang baru kit habisi.
Read more

130. Pelarian Dhea

Part 130"Arrhgg! Lepaskan! Lepaskan!" Ketiga orang lelaki di luar bilik saling memandang, itu jelas sekali suara Jay yang berteriak kesakitan, apa jangan-jangan Jaya di dalam bukan sedang endehoy, tetapi malah ...Memikirkan hal itu spontan ketiga lelaki itu langsung mendobrak pintu kamar, pemandangan di dalam kamar itu sangat mengenaskan, lelaki bertubuh kekar dan jantan yang selama ini mereka kagumi bisa dibuat seperti ayam sayur begitu oleh seorang wanita cantik. Wajah Jaya sudah babak belur, di sudut bibirnya bahkan berdarah. Posisinya sekarang tangan Jaya sedang dikunci oleh wanita kebelakang. Melihat ketiga lelaki di luar sudah mendobrak pintu bilik itu, Dhea dengan malas mencampakkan tubuh Jaya hingga lelaki itu jatuh tersungkur ke tanah."Sekarang giliran siapa?" tanya Dhea dengan suara kalem walaupun bibirnya menyunggingkan senyum menyeringai. Mendapat tantangan seperti itu membuat ketiga lelaki itu tersulut amarahnya. Dengan serentak mereka menerjang tubuh Dhea. Ternyat
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
33
DMCA.com Protection Status