Semua Bab Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Bab 111 - Bab 120

322 Bab

111. Butik ini, suamimu yang modalin

Part 111Dhea sungguh penasaran, jika memang itu adalah butiknya Adelia, siapa yang memberinya modal usaha itu kalau bukan dari suaminya, Bram. Akhirnya Dhea memutar kemudi, menuju toko tersebut demi menuntaskan rasa penasarannya.Dhea memarkirkan mobilnya di depan toko berdampingan dengan Honda jazz merah milik Adelia. Ketika keluar dari mobil, wanita itu mengamati toko dua pintu dengan tiga lantai tersebut, plang nama yang bertuliskan Lia beutiqe itu ditulis dengan huruf indah yang sangat estetik. Siapa yang memilihkan toko ini? Apa suaminya juga?Kaki Dhea melangkah perlahan ke arah ruko yang bagian terasnya saja melalu tangga berundak-undak, pintu kaca yang ada di sana juga bisa terbuka dan tertutup secara otomatis, ada seorang pelayan yang ditugaskan untuk menyambut pembeli."Selamat datang, Nona. Silahkan dilihat-lihat," ujar pelayan itu ramah.Bagaimana tidak ramah, pelayan itu sudah melihat Dhea ketika baru memarkirkan mobil, melihat mobil bagus yang dikemudikan Dhea, membuat
Baca selengkapnya

112. Membalas Bram 1

Part 112"Total semuanya tiga puluh juta empat ratus ribu rupiah, Nyonya," ujar Alin yang berdiri di stand kasir."Oh, banyak juga, ya? Tolong sampaikan terima kasih pada majikanmu, ya?""Anda harus membayarnya, Nyonya.""Membayar? Kau budek atau apa? Tidak dengarkah kau kata majikanmu tadi? Semua yang aku pilih akan digratiskan olehnya." Dhea menggebrak meja, dari tadi dia memendam amarah, baru kali ini bisa melampiaskan."Tapi itu hanya satu atau dua item saja, bukan sebanyak itu, Nyonya."Mendengar perkataan pelayan itu, membuat Dhea semakin marah. Apalagi mendengar pelayan dan majikan jalang di depannya ini dari tadi selalu memanggilnya 'nyonya' sebagai bahan ejekan halus."Mau satu atau dua, aku tidak akan membayar. Karena selain mulut majikanmu yang sudah menjanjikan gratis, ruko ini juga dimodali oleh suamiku, aku bahkan berhak mengambil ruko ini beserta isinya dan memperkarakannya pada polisi, kau dengar itu?" Dhea ingin memaki pelayan di depannya.Tetapi dia masih sadar, d
Baca selengkapnya

113. Membalas Bram 2

Part 113"Abang permisi dulu ya, Dhe! Terima kasih hadiahnya," ujar Aryan dengan gugup pasalnya dia tidak sengaja melihat keberadaan Bram tidak jauh dari mereka.Lelaki itu langsung pergi, tidak mau lama-lama di sana dan membuat perkara dengan bosnya sendiri, dia tentu tidak ingin dipecat apalagi baru naik jabatan beberapa hari saja.Dhea berdiri terpaku menatap kepergian Aryan, sementara Fikri dan Mario buru-buru pergi juga dari sana, tidak ingin menyaksikan bos mereka membuat keributan dengan istrinya. Arjuna juga pergi dari sana, tetapi sebelum pergi, lelaki itu hanya menepuk bahu kakaknya dengan pelan, pura-pura bersimpati padanya."Halo, Bu Dhea," sapa Fikri, sementara Mario hanya mengangguk hormat ke arahnya."Eh, pak Fikri, bang Mario," balas Dhea dengan mengangguk menghormati mereka."Kami permisi dulu, Bu Dhea," pamit Fikri lagi."Silahkan, silahkan, Pak.""Dhea? Kapan datang? Ayo, mampir ke ruangan Kak Juna," ujar Arjuna yang sudah mendekatinya."Ah, tadi Dhea sudah dari san
Baca selengkapnya

114. Menghadapi dengan lemah lembut

Part 114Dhea kembali lagi ke ruangan kerjanya sekaligus ruang kerja suaminya, ternyata suaminya belum kembali. Ke mana lelaki itu, pergi dengan tergesa-gesa karena mendapatkan jackpot dari permainannya sendiri. "Aish, dasar lelaki ambekan. Sudah tua juga masih kekanak-kanakan. Tampang aja garang, belum menyelesaikan masalah pakai kabur segala," keluh Dhea.Wanita itu memegang perutnya yang sudah mulai lapar, suara perutnya pun mulai terdengar bersahutan. Tidak perlu menunggu Bram, Dhea memesan makanan melalui aplikasi, memesan satu porsi saja, siapa tahu suaminya itu sudah makan di luaran sana. Dhea segera menghubungi Bram, tetapi panggilannya tidak juga dijawab.[Bang, Abang di mana? Jadi makan siang nggak? Aku sudah lapar!] tulis Dhea di pesan wa.Ceklis dua, cuma belum berwarna biru.Ketika makanan datang, Dhea langsung menyantapnya. Dhea memesan sebungkus mie kwetiau yang gerainya cukup dekat dari kantor. Setelah makan, pesannya belum juga dibalas, dibaca saja tidak. Dhea jadi b
Baca selengkapnya

115. Pergi kamu dari sini!

Part 115 "ADELIA!!!" Adelia sampai berjingkat mendengar teriakan menggelegar dari belakangnya. Dhea sebenarnya ingin tersenyum, sebab dia sudah berhasil memprovokasi perempuan itu untuk bertindak lebih jauh dengan cara yang sangat halus, bahkan mata Dhea berkaca-kaca. "Mas Bram?" cicit Adelia, dia sungguh tidak menyangka Bram sudah berdiri di belakangnya, apalagi lelaki itu memanggilnya dengan nama panjang begitu, biasanya lelaki itu akan memanggilnya dengan panggilan Lia, yang membuat seolah dia menjadi sangat istimewa. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu menampar istri saya?" tatapan tajam Bram sungguh mengerikan, dia tidak pernah menatap demikian pada Adelia. "Aku ... Aku terpaksa melakukannya karena istri Mas ini menghinaku, dia mengatakan aku ini wanita penggoda, aku tidak terima, Mas," bela Adelia dengan mata sendu, tentu dia harus bersedih agar terdengar seperti korban. "Bagian mana istri ku menghinamu? Dari tadi dia tidak ada mengucapkan kata makian sedikitpun apalagi k
Baca selengkapnya

116. Kita ke Jakarta besok

Part 116 "Mas ...," rengek Adelia. "Pergi! Pergi kamu dari sini!" ujar Bram dengan suara yang sedikit meninggi. Tak lagi tahan dengan pengusiran lelaki itu, Adelia akhirnya pergi dengan berlari, tangisnya pecah dan terdengar begitu pilu. Menyisakan kebisuan diantara suami istri yang kini berdiri berhadapan, Bram yang kemudian berinisiatif memangkas jarak diantara mereka, menatap istrinya dengan sendu dan mengulurkan tangan untuk mengelus pipi wanitanya ini. "Apa masih sakit?" tanya lelaki itu dengan lemah lembut, Dhea hanya menggeleng. "Maafkan Abang, ya? Selama ini Abang selalu menyakiti hati Dhea, Abang tidak bermaksud demikian, Sayang." Bram mengecup pipi Dhea yang tadi terkena tamparan Adelia. Mendapat perlakuan manis seperti ini malah membuat hati Dhea mellow dan terharu. Apalagi suaminya itu jelas-jelas sudah memarahi wanita itu di hadapannya. Dhea tidak menyangka saja, dia pikir Bram tidak akan berani berkata kasar pada cinta pertamanya ini, entah apa yang merasuki hati
Baca selengkapnya

117. Bertemu kakek dan nenek

Part 117Bram memilih penerbangan paling pagi ke Jakarta, Bram hanya akan dua hari saja di Jakarta sementara Dhea akan lima hari menunggu ibunya selesai kemoterapi. Ketika sampai di kediaman kakek Hanggono, Dhea pikir lelaki tua itu tinggal di sebuah rumah seperti white house ternyata kakeknya itu tinggal di rumah dengan konsep kebun dengan desain rumah tradisional rumah joglo yang di desain lebih modern, dengan furniture semua berbahan kayu jati. Suasana rumah yang klasik itu memberikan kesan hangat, sehingga rasa insicure yang menggelayuti Dhea luntur seketika. Halaman rumahnya sangat luas, di kota metropolitan seperti ini tentu harga tanah sangatlah mahal, rumah seluas ini tentu harga properti nya bernilai ratusan miliar.Ketika mereka tiba di halaman, mobil jemputan mereka parkir di sebelah mobil yang sudah berjajar di halaman rumah, Dhea membatin apa mobil sebanyak ini mobil kakek suaminya? Atau tengah ada acara di rumah ini?"Rame, Bang? Apa sedang ada acara?" tanya Dhea."Mung
Baca selengkapnya

118. Rencana resepsi pernikahan

Part 118 "Oh, orang kampung sudah datang rupanya?" cebik Nirmala menatap Dhea. Bram yang mendengar itu, segera membantu kakek dan neneknya duduk dan menggandeng istrinya untuk duduk di sebelahnya, di samping neneknya. "Asal Tante tahu, ya? Saya bangga punya istri orang kampung yang masih suci dan terjaga. Huh, saya saja bingung mau mengatakannya, anak kebanggaan Tante yang baru pulang dari Harvard itu saja suka sekali pada istriku ini," sindir Bram langsung tanpa Tedeng Aling-aling, Dhea saja terkejut mendengar mulut pedas suaminya, tetapi sepertinya keluarga ini biasa-biasa saja, apa memang begini cara berkomunikasi keluarga ini? "Apa kau bilang? Tidak mungkin anakku yang berkelas itu menyukai perempuan itu, apalagi istri orang. Seorang perempuan dari keluarga tidak jelas, anak yatim dan ibunya juga sakit-sakitan seperti itu. Seharusnya kau mencari istri itu yang berkelas seperti Siska ini." Dhea semakin terperangah, dia menolak cinta Aryan karena dihina oleh ibunya, sekarang di
Baca selengkapnya

119. Butik Daisy

Part 119"Kalian akan menginap di sini, kan? Inah sudah membersihkan kamarmu, menginaplah sampai resepsi pernikahan kalian selesai," ujar Hanggono. Sejak Bram berusia dua puluh lima tahun, lelaki itu tidak mau lagi tinggal bersama kakeknya, alasannya jarak rumah kakeknya dan kantor barunya sangat jauh, dia hany akan mengunjungi kakek dan neneknya di akhir pekan atau kadang sampai sebulan sekali."Baiklah, Kek. Tapi dalam dua hari ini, Dhea Adan aku akan mengunjungi ibunya, besok ibunya akan kemoterapi.""Ya, Asal kalian pulang ke sini. Ibunya sakit apa? Sekalian saja keluarganya diundang, biar Pak Maman yang menemui keluarganya.""Ibunya sakit kanker, sedang dirawat di rumah sakit Dharmais. Dhea anak yatim sejak delapan tahun yang lalu, saat itu dia mengalami kecelakaan yang menyebabkan ayah dan kedua adiknya meninggal dunia, sekarang wanita itu hanya memiliki seorang ibu yang juga tengah sakit."Sore itu Bram berbincang santai di gazebo belakang rumah kakeknya, sambil menikmati semi
Baca selengkapnya

120. Sania dan Dhea diculik

Part 120Dhea yang memiliki reflek bagus, segera melawan lelaki yang meraih lehernya dan menodong dengan sebilah pisau, kontan saja dia mengarahkan tendangan kerasnya ke arah selangkangan lawan, sehingga lelaki itu terjatuh dan pisau ditangannya terpental dengan suara kesakitan yang tak terkira. Lelaki itu berguling memegangi asetnya yang mungkin kini bengkak parah."Jangan bergerak. Bergerak se inci saja, nyawa perempuan ini melayang!" ancam pria tinggi besar yang kini sedang menodongkan pistol ke arah Sania.Kalau Dhea sendiri yang menghadapi mereka, Dhea tidak gentar untuk bertarung. Tetapi ini melibatkan Sania, gadis itu juga tampak begitu ketakutan di dalam cengkeraman lelaki itu. Dhea tidak berdaya melihat Sania yang berwajah cemas dan takut itu."Bawa perempuan itu ke mobil itu, yang satunya ke sana. Ikat dia dengan kuat," perintah lelaki yang menodongkan Sania pistol, tangan satunya meraih tas sandang gadis itu.Dia orang lelaki langsung meraih tubuh Sania, salah satu diantar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
33
DMCA.com Protection Status