Share

125. Tempat penyekapan Dhea.

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Part 125

Malam ini Bram terpaksa menginap di hotel Novotel Bandar Lampung, sambil menunggu informasi selanjutnya. Hari sudah pukul setengah delapan malam ketika dia selesai mengunjungi Niko, anak itu berada di kota Palembang saat ini.

Bram meminta Niko cukup standby di markasnya, untuk melacak keberadaan istri dan adiknya jika sudah mendapatkan informasi terbaru.

"Pak Bram?" panggil Adi ketika memasuki kamar hotel, lelaki itu memiliki kartu kamar Bram sehingga bebas keluar masuk.

"Ya," jawab Bram yang tengah membaringkan tubuhnya yang terasa penat.

"Pak, ada informasi penting."

"Katakan!" ujar Bram tidak sabaran, tubuhnya yang tadi berbaring kini langsung berdiri dan duduk di sofa yang berada di kamar itu.

"Ini cctv gerbang masuk ke pelabuhan merak dan gerbang keluar dari Bakauheuni."

Adi menyerahkan rekaman cctv yang masih berada di ponselnya.

"Ya, apa ini? Apa yang kalian temukan?" tanya Bram penasaran karena belum memahami isi rekaman yang hanya terdiri dari keluar masuk m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   126. Penyadapan

    Part 126 Sepanjang jalan Bram merenung memikirkan nasib yang kini tengah menimpanya. "Kira-kira siapa yang mencoba menggangguku kali ini," tanya Bram sebenarnya ditujukan pada dirinya sendiri, tetapi karena Adi berada di sampingnya, tentu lelaki itu menanggapi. "Sudah pasti musuh anda, Pak?" "Tapi siapa? Apa Frans? Dia dulu mengancam akan menghancurkan kebahagiaanku." "Bisa jadi dia, bisa jadi juga yang lain, banyak orang yang iri dengan kedudukan anda." "Iya, tapi siapa? Apa Nirmala, Ajisaka? Om Sayuti? Hanafi?" "Ya, orang-orang yang anda sebut itu, termasuk orang yang iri terhadap capaian anda." "Apa Arjuna? Lingga?" "Kalau Lingga tidak mungkin, Pak. Lelaki itu sangat mencintai nona Sania, dia juga berteman dengan Bu Dhea." "Huh, mencintai tapi malah menenggelamkan ke laut, sungguh tidak masuk akal," dengus Bram. "Apalagi, Pak Arjuna, dia sepertinya tidak berani melakukan itu, secara saya lihat dia juga suka sama Bu Dhea." "Adi, Adi! Hati orang siapa yang tahu? Siapa ta

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   127. Sosok lugu Alamsyah

    Part 127 Sudah tiga hari Dhea berada di rumah kebun, kali ini dia tidak lagi disekap di dalam kamar oleh Alamsyah. Hal itu bermula di hari kedua, saat itu Alamsyah membawakan makan siang untuk Dhea, berupa nasi putih dan ikan goreng. Dhea yang melihat lauk itu enggan untuk memakannya. "Makanlah, hanya ini yang bisa disediakan untukmu," ujar Alamsyah. "Apa ikan ini hanya kau goreng saja?" "Kau kan bisa melihatnya." "Ah, sudahlah. Aku tak berselera melihatnya, aku tidak bisa makan kalau tidak ada sambal pedas." "Kau jangan banyak permintaan, aku tidak pandai memasak. Makan kalau kau tidak ingin mati kelaparan!" "Biar saja aku mati kelaparan, aku juga sudah tidak tahu harus berbuat apa. Aku diculik, disekap. Entah apa salah dan dosaku pada orang-orang itu, kenapa melakukan hal ini. Padahal ibuku sedang sakit parah, dia sedang dirawat di rumah sakit karena terkena kanker ganas. Aku pergi ke Jakarta karena ingin merawatnya, tetapi orang-orang itu malah menculikku," ujar Dhea. Mend

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   128. Kami akan menghabisi perempuan itu

    Part 128Alamsyah yang saat itu tengah merokok linting, melinting sendiri tembakau dan cengkehnya, terbatuk bahkan tersedak asap rokok yang dia hirup mendengar perkataan Dhea."Maksud kau?""Dua puluh kali lipat, jumlahnya jadi dua ratus juta. Cukup kan itu untuk bayar utang sama teman mamang dan membeli kembali rumah dan sawah mamang."Lelaki itu gemetar mendengar perkataan Dhea, kapan lagi dia mendapatkan uang sebanyak itu. Tetapi jika dia bekerja sama dengan Dhea, apa tidak berbahaya untuknya? Marco bukanlah penjahat sembarangan."Tap ... Tapi aku tak sanggup membantumu meloloskan diri, ak ... Aku masih ada anak dan istri, mereka bisa terancam dengan perbuatanku, aku ... Aku tidak bisa.""Aku tidak meminta Mamang membantuku melarikan diri, tugas Mamang mudah, kapan mamang pergi dari tempat ini menuju kota? Atau mengunjungi kota, Mamang cukup menelpon seseorang, memberitahukan keberadaan ku di sini. Biar orang itu yang menolongku.""Lantas, bagaimana kau bisa membayar ku?""Apa Mama

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   129. Rayuan maut Dhea

    Part 129"Apa Abang-abang ini yang akan menjaganya?""Kami tak perlu menjaganya. Kami diperintahkan untuk menghabisi wanita itu, tugas kau, Rais ... Besok kalau hari sudah terang, kau gali tanah untuk menguburkan jasad perempuan itu.""Apa? Jadi ... Abang-abang ini datang ke sini untuk membunuh kakak cantik itu? Apa gak sayang, Bang?""Kakak cantik? Hmmm?" Wajah Rais tampak pias, karena salah seorang lelaki itu mencondongkan wajahnya ke arahnya, mata lelaki itu bahkan menelisik wajah Rais dengan seksama, bibirnya menyunggingkan senyum aneh. "Apa benar cantik, Bang?" tanya salah seorang dari mereka."Emang, cantik banget.""Bang, apa Bang Marco yang menyuruh menghabisi wanita itu?" tanya Rais takut-takut "Marco? Bos aku dan Marco berbeda. Bos ku seorang wanita cantik, dia menginginkan wanita itu mati, bayarannya gede banget, gak setimpal dengan bayaran bosnya Marco.""Bang Jay, kalau cuma dihabisi apa nggak sayang? Bagaimana kalau kita pakai dulu untuk senang-senang baru kit habisi.

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   130. Pelarian Dhea

    Part 130"Arrhgg! Lepaskan! Lepaskan!" Ketiga orang lelaki di luar bilik saling memandang, itu jelas sekali suara Jay yang berteriak kesakitan, apa jangan-jangan Jaya di dalam bukan sedang endehoy, tetapi malah ...Memikirkan hal itu spontan ketiga lelaki itu langsung mendobrak pintu kamar, pemandangan di dalam kamar itu sangat mengenaskan, lelaki bertubuh kekar dan jantan yang selama ini mereka kagumi bisa dibuat seperti ayam sayur begitu oleh seorang wanita cantik. Wajah Jaya sudah babak belur, di sudut bibirnya bahkan berdarah. Posisinya sekarang tangan Jaya sedang dikunci oleh wanita kebelakang. Melihat ketiga lelaki di luar sudah mendobrak pintu bilik itu, Dhea dengan malas mencampakkan tubuh Jaya hingga lelaki itu jatuh tersungkur ke tanah."Sekarang giliran siapa?" tanya Dhea dengan suara kalem walaupun bibirnya menyunggingkan senyum menyeringai. Mendapat tantangan seperti itu membuat ketiga lelaki itu tersulut amarahnya. Dengan serentak mereka menerjang tubuh Dhea. Ternyat

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   131. Pelarian Dhea 2

    Part 131Dhea terkejut mendengar suara yang tiba-tiba di kegelapan itu. Suara tawa terkekeh terdengar bersahutan tanda yang di depannya ini lebih dari satu orang. Kemudian sorot cahaya senter menerangi wajahnya, dua orang lelaki kekar yang tadi berantem dengannya sudah berada di hadapannya."Jangan bergerak! Kalau tidak, timah panas ini akan menembus kepalamu dalam hitungan detik, Dor!" Kedua orang itu kembali terkekeh, salah satu dari mereka memegang sepucuk senjata api di tangan kanannya. "Angkat tangan!"Dhea dengan cepat mengikuti kemauan kedua lelaki ini, dengan pongah keduanya mendekati Dhea dan mengeluarkan tali tambang untuk mengikat tangan Dhea. Tetapi sebelum lelaki itu menelikung tangan Dhea, secepatnya Dhea sudah menendang selangkangan si pria pembawa pistol dan merebut benda itu secepatnya. Dengan tangan kanannya, wanita itu menarik pelatuk senjata itu mengarahkan pada kaki lelaki di sebelahnya, namun beberapa kali dia tarik, tidak ada peluru yang meluncur dari sana."H

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   132. Pertemuan yang tragis

    Part 132"Kurang ajar! Berani kau menampar istriku? Berani, ha? Mau cari mati kalian?" teriakan itu menyusul aksi brutal seorang pria yang menghajar kedua lelaki itu tanpa ampun, sementara lelaki yang memegang Dhea juga sudah habis di hajar oleh Adi. Melihat lelaki yang kini dengan emosi melampiaskan kekesalannya karena sudah berhari-hari pencarian yang membuatnya stress ini, Dhea langsung menjatuhkan tubuhnya ke tanah, tak lupa dia sujud syukur, dia sangat bersyukur, akhirnya di saat yang kritis dan terdesak ini, Allah mengirimkan suaminya dalam waktu yang sangat tepat. Wanita itu tak bisa berkata-kata lagi, bulir bening mengalir ke pipinya karena rasa haru yang sedemikian besar. Dia kembali menatap suaminya yang kini juga tengah mencari-cari keberadaannya. Kedua mata mereka berserobok, rasa rindu dan kuatir tercetak jelas di wajah lelaki itu, rasanya sudah seabad dia tak melihat wanitanya ini, hanya ada satu tekadnya selama ini untuk menemukan istrinya.Dengan cepat Bram berlari

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   133. Pasca operasi Bram

    Part 133 Setelah dua jam perjalanan dengan kecepatan di atas delapan puluh kilo meter per jam, mobil yang dikendarai Adi sudah mencapai depan pintu UGD rumah sakit Siloam, perawat dan dokter jaga malam itu bergerak dengan gesit memindahkan tubuh Bram ke blankar. Dhea tergopoh-gopoh mengikuti langkah paramedis yang berjalan cepat tersebut. Adi menyusul kemudian karena dia harus memarkirkan mobilnya. "Keluarga pasien?!" panggil seorang perawat "Iya, saya suster." Dhea yang duduk di ruang tunggu depan UGD dengan gelisah itu secepat kilat menemui perawat tersebut, karena di jam dua belas malam ini hanya Bram satu-satunya pasien yang masuk ruang UGD. "Dokter mau berbicara dengan anda, Bu." Perawat itu dengan cepat mengajak Dhea memasuki ruang UGD, di sana Bram sudah berganti pakaian, semua pakaiannya yang berlumuran darah itu sudah diganti. "Ibu siapanya pasien?" tanya dokter muda yang berjaga malam ini. "Saya istrinya, Dok." "Pasien harus dioperasi secepatnya, Bu. Kami harus me

Bab terbaru

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   324

    "Berhenti kau betina jalang!" "Dasar perempuan sialan! Mau lari ke mana lagi kau, ha?" "Mau kabur? Kamu pikir bisa, ha?" "Arrhg! Lepaskan! Lepaskan!" "Bang, jangan sakiti perempuan itu." "Diaam kamu Rais!" Penggalan dialog-dialog itu terlintas di kepala Dhea membuat kepalanya sangat sakit. Tetapi tekadnya yang kuat membuatnya terus berlari Jangan sampai tertangkap oleh penculik itu. DOR!!! Suara tembakan itu terdengar jelas. "ABANG, JANGAN TINGGALKAN DHEA, BANG!" teriak Dhea berbalik memeluk suaminya dengan tubuh gemetar dan air mata yang menetes deras. "Abang, Abang ...." "Dhea, Abang tidak apa-apa." Bram merasakan betapa istrinya ini sangat ketakutan, wanita ini memeluk tubuhnya erat dan meraba punggungnya dengan gerakan acak dan gemetar. "Abang nggak apa-apa," bisik Bram memenangkan istrinya. "Terdengar suara tembakan, punggung Abang tertembak." "Tidak, punggung Abang tidak tertembak." "Aku melihatnya sendiri orang itu menembak punggung Abang! Abang, Abang

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   323

    "Akh!" Bram memekik tertahan mana kala kakinya kesandung akar pohon membuatnya terjatuh, Dhea yang memegang tangannya otomatis juga ikut terjatuh. "Bang, Abang nggak apa-apa? ada yang terluka? sakit?" tanya wanita itu dengan kuatir. Ponsel yang dipegang Dhea dipakai sebagai senter terjatuh. wanita itu segera bangkit dan mengambil ponselnya dan mengarahkan senter pada suaminya yang tengah berusaha bangkit. "Nggak apa-apa. Hanya tersandung saja," lelaki itu berjalan meraba-raba. Dhea segera meraih tangan suaminya, lelaki itu hanya bisa mempercayai Dhea pada saat seperti ini. "Pegang tangan Dhea erat-erat, Bang. Dhea akan menjadi mata Abang. Jalan yang Dhea tempuh ini sedikit sulit karena masih semak belukar. Kalau kita melewati jalan setapak, para penjahat itu pasti bisa dengan mudah menyusul kita." "Iya, Dhea tidak perlu mengkuatirkan Abang. Sekarang ayo cepat kita jalan." Walaupun langkah mereka terseok-seok, tetapi mereka berusaha berjalan dengan cepat, untuk berlari tentu s

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   322

    Dhea dan Bram makan malam di villa itu, Dhea tidak menyangka masakan hari ini dibuat oleh pemuda dua puluhan bernama Soleh ini. Dengan sayang Dhea menyuapi suaminya, hal ini mengingatkan mereka saat Bram pertama datang di kediaman Lia di rumah tepi pantai. Saat itu lelaki ini hanya bisa melamun dan tidak memiliki gairah hidup, akhirnya Kamelia lah yang terus membujuknya makan dan menyuapinya. "Sudah, Abang sudah kenyang," ujar Bram menolak suapan yang sudah berapa kalinya dari tangan Dhea. "Kalau Abang ke Jerman, Dhea tetap di jakarta, ya? menghandle semua bisnis di sini." "Bagimana bisa suami sedang berobat aku malah sibuk mengurusi bisnis." "Ini demi kebaikan kita, Sayang. Kita baru saja memimpin perusahaan, rasanya tidak bertanggung jawab kalau kita tinggalkan." "Bang, bagiku Abang lebih penting dari perusahaan ini. Bagaimana kalau aku resign saja, biar saja perusahaan ini dikelola oleh orang lain. Kita juga tidak kekurangan uang." "Nenek sudah berpesan agar kita yang m

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   321

    "Adi__" Suara Bram tercekat, lelaki itu menyadari jika seseorang yang datang bukanlah Adi. Adi baru saja datang menyapanya sekitar lima menit yang lalu, karena dia banyak melamun tidak terlalu menanggapi. Lagipula setelah tiga hari ini dia kehilangan penglihatan, pendengaran dan penciumannya jauh lebih sensitif, setiap gerakan dan aroma seseorang akan dikenali dengan mudah. Orang yang berjalan ke arahnya dengan perlahan ini bukan Adi. Dhea yang melihat lelaki itu tampak bingung hanya bisa menahan napas dan perasaannya, tetapi tetap saja air mata lolos ke pipinya, pertahannya juga jebol, Isak tangisnya tidak bisa dia tahan lagi. Mendnegar isakan itu membuat Bram terkejut, mata lelaki itu melebar terbelalak. Otaknya memutar, memindai suara isakan kecil itu, tanpa berpikir lama dia sudah bisa mengenali suara itu. "Dhea ...," panggil lelaki itu lirih. Mendnegar panggilan itu, jebol sudah pertahan Dhea, wanita itu menangis histeris melihat keadaan suaminya seperti ini. Bram y

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   320

    Jangan takut, Bu Dhea ada lembur malam ini, mungkin akan pulang sedikit malam, karena ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditunda. Jadi, mari kita makan dulu, ini juga ada kopi gingseng yang dipesan dari cafe, sangat cocok untuk bapak-bapak yang berkerja sebagai pengawal biar tidak ngantuk," bujuk Anita. Secara diam-diam Anita mengirim pesan kalau para pengawal sudah berada di meja kopi dekat pantai, Dhea bisa bebas menyelinap. Dengan sedikit berlari, Dhea menuju lift, untuk lift belum penuh karena baru setengah jam lagi waktunya pulang kerja.. Sampai parkiran, Dhea menekan kunci mobil untuk menemukan di mana mobil Anita. Dengan cepat Dhea memasuki mobil Anita, dia mengamati pintu keluar dari tempat parkir. Setelah jam empat sore, bnyak orang yang sudah keluar dari kantor sehingga mencari keberadaan Adi sedikit banyaknya ada gangguan. "Ah, itu dia? kenapa dia berjalan dengan terburu-buru?!" seru Dhea bicara sendiri. Dhea segera menghidupkan mesin, melihat Adi memasuki mobil

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   319

    Anita langsung menjalankan perintah Dhea. Dia sudah bersiap menuju ruang staf dan disambut oleh seseorang yang memperhatikannya. Dia adalah seorang lelaki yang selama dua hari ini selalu mengajaknya bicara dan selalu mencari kesempatan untuk bertemu. "Dek Anita? Kenapa ke sini?" "Eh, Mas Heru. Apa ini lantai ruangan pak Malik, ya? maklum saya baru di sini jadi belum hapal semua ruangan." "Oh, bukan. Ini lantai ruangan direktur utama, lantai ruangan pak Malik ada di lantai tiga. Pak Malik direktur pemasaran, kan?" "Iya. Maaf kalau begitu, saya akan mencari ke lantai tiga." "Ini sudah masuk jam makan siang, kenapa tidak makan siang dulu? bagimana kalau kita ke kantin dulu, makanan di kantin juga enak-enak, kok." "Oh, baik kalau begitu." Memang itu yang dimau Anita. Dia tidak mungkin mengawasi Adi sendirian, dia harus memanfaatkan sumberdaya, apalagi dilihat dari gelagatnya Heru purwanto, staf ahli direktur utama ini tertarik padanya dari pandangan pertama. "Dek Anita ken

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   318

    Pekerjaan Dhea sangat terbantu dengan keberadaan Anita di sampingnya. Adi yang baru datang dari Palembang juga hanya sesekali menemui Dhea untuk melihat dan membimbing pekerjaannya. Setiap ada kesempatan Dhea langsung melakukan video call dengan Naima. Sepertinya Bram juga meminta Ibrahim untuk mengirim Bik Siti dan Mang Khaidir membantu Naima mengasuh Angga membuat Dhea sedikit lega. Ini sudah hari ketiga suaminya ke luar kota, Bram hanya menghubunginya ketika malam tiba, alasannya karena kesibukan jadi tidak sempat untuk menghubungi. Dhea sebenarnya juga melakukan video call, tetapi Bram selalu menolak, dia bilang sedang bersama rekan kerja dari luar kota sehingga tidak enak jika melakukan panggilan video. Awalnya Dhea percaya saja, hingga di hari ketiga dia tidak sengaja melihat Fikri yang buru-buru keluar dari kantor dan memasuki mobil kijang Innova pada jam kantor, mobil yang tidak pernah dikendarainya sehingga tidak membuat siapapun akan menduga kalau itu adalah Fikri, tanga

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   317

    Di vidio terlihat Angga yang sedang tertidur dipangkuan Naima, sementara Azka tidur di bangku belakang. "Dia sudah tidur?" ujar Dhea sambil tersenyum mengamati putranya yang tertidur dengan lelap. "Iya, Bu. Baby Angga pinter banget, diperjalanan dia langsung tertidur. Ibu jangan kuatir, baby Angga akan saya rawat dengan baik. Ibu fokus dengan pekerjaan ibu, kalau di perusahaan sudah stabil, baru saya bawa kembali baby Angga ke jakarta, Bu. Kalau ibu kangen ibu bisa video call, ibu juga bisa berkunjung ke Palembang." Suster Naima tidak tega melihat Dhea yang sudah meleleh air matanya, bagaimana bisa tahan dipisahkan dengan anaknya yang masih bayi, apalagi Angga juga masih menyusui. "Baiklah, jaga baik-baik anak saya ya, Suster. Saya akan memerah ASI saya di sini, dan saya akan membayar orang untuk mengantar ke Palembang. Saya tidak ingin anak saya tidak diberi ASI saya, walaupun kini saya jauh, saya tidak bisa membiarkan dia tidak mendapatkan kasih sayang ibunya." Dhea mengak

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   316

    Dhea datang membawa segelas jus mangga yang masih penuh, belum diminum sama sekali, rencananya setelah dia duduk baru dia akan menikmati jus tersebut. "Minuman ini belum kamu minum kan, Sayang?" tanya Bram. "Belum." "Ayo, kita pulang!" "Ha? kok cepat nian, aku belum makan, belum minum." Dhea terkejut mendengar ajakan suaminya yang tampak terburu-buru, melihat jus mangga yang baru saja dia bawa membuatnya sangat sayang jika tidak diminum. "Jangan meminum jus itu, kita beli di luar saja!" Tanpa menghiraukan tatapan protes istrinya, Bram langsung mengamit tangan istrinya dan beranjak untuk pergi dari lokasi pesta. Dia tidak lupa berpamitan pada semua orang, terutama direksi yang menjadi panitia penyelenggara. "Saya pamit dulu, putra saya sedang kurang sehat dan terpaksa kami tinggal. Istri saya juga harus menyusuinya." Semua orang mengangguk dengan maklum keputusan Bram yang pergi terlebih dahulu meninggalkan lokasi pesta, semntara mendengar alasan suaminya Dhea juga m

DMCA.com Protection Status