Share

145. Terpaksa seminggu lagi di sini

Author: Nainamira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Part 145

Pak Ibrahim juga langsung menyambut uluran tangan Adi dan Ilham, namun ketika Dhea akan menyalaminya juga, mendadak tangan lelaki itu berhenti untuk mengulur, tampak sekali wajah Pak walikota itu terkejut bukan kepalang.

"Eh, ini?" tanya pak Ibrahim dengan tatapan terkejut.

"Ini Bu Dhea, Ayah! Istrinya Pak Bramantyo dari Jakarta. Pemborong proyek pembangunan pabrik elektronik kita," ujar Fathan memperkenalkan.

"Fathan ... Kamu tahu, kan?" tatapan mata pak Ibrahim yang mengintimidasi Fathan menyiratkan sesuatu, tentu saja Fathan tahu maksud ucapan ayahnya.

"Iya, akupun terkejut, aku baru kemarin ketemu dengannya di balai kota tanjung pinang," ujar Fathan berbisik pada ayahnya.

"Oh ... Perkenalkan, saya Ibrahim kemal Zahrain, orang tuanya Fathan."

"Saya sudah tahu, anda wali kota di kota yang indah ini," jawab Dhea menyambut uluran tangan lelaki paruh baya itu.

Jabatan hangat lelaki itu tampak begitu lain, tangan lelaki itu terasa bergetar. Tatapan mata Ibrahim berulang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
senja
ada rahasia apa tante sovia
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   146

    Part 146 Hari ini membuat Dhea cukup lelah, tim yang dikirim perusahaan sudah datang kemarin, semua bekerja dengan teliti, sementara Dhea yang tidak paham dengan kerjaan proyek hanya bisa mengawasi. Sementara Adi sendiri sudah disuruh pulang oleh Bram, ini hari ketiga Dhea berada di kota ini. Suasana kota yang terasa begitu akrab ini membuat Dhea semakin betah disini, apalagi jika sore menjelang, dia akan meminta Bik Siti menemaninya jalan-jalan ke pantai yang hanya ditempuh sekitar sepuluh menit dari rumahnya. Dhea sudah satu kali diundang makan oleh keluarga Zahrain di kediamannya. Makan malam di hari keduanya tinggal di kota ini. Saat itu, Pak Ibrahim sendiri yang secara khusus mengundangnya, dia datang ke rumah kediaman keluarga Zahrain dijemput oleh Fathan. Ketika sampai di rumah besar itu, Dhea cukup kagum dengan bangunan tersebut. Rumah ini tidak seperti rumah keluarga Aditama keluarganya Bram, apalagi rumah kakeknya. Rumah keluarga Zahrain sangat artistik, pak Ibrahim mem

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   147

    Part 147 "Eh anu ... Itu ...," Dhea bingung mau bicara apa.Kegugupan dan kebingungan bergabung menjadi satu, entah apa yang akan dia jawab, padahal waktu dilamar Bram saat itu tidak segugup ini. "Bagaimana?" kejar Ibrahim. Dhea menatap Ibrahim dan Fathan bolak-balik, Fathan sendiri hanya mengangguk dan tersenyum meyakinkan wanita itu, sementara Dhea hanya bisa mendesah lirih. "Kamu dan Fathan juga sudah begitu cocok menjadi kakak beradik, Fathan ini kakak yang baik, dia pasti bisa menjagamu." "Eh, anu ... Ini bukan masalah yang mudah bagi saya, hal seperti ini baru saya alami. Hal ini harus dipikirkan terlebih dahulu." Dhea tentu harus mempertimbangkan semua hal, apalagi melihat reaksi Sovia yang tidak bersahabat, tentu dia tidak ingin membuat ada orang yang kembali tidak menyukainya. "Kamu tidak perlu banyak berpikir, terima saja. Lagi pula mas Ibrahim ini tulus mengangkat kamu jadi anaknya." Dhea terkejut mendengar perkataan Sovia yang tiba-tiba, apa maksud orang ini mengat

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   148

    Part 148Ketika Dhea sampai di kediaman Lia, jam sudah menunjukan pukul empat lewat tiga puluh menit, matahari sudah condong ke barat, Dhea paling suka melihat sunset dari balkon kamarnya. Setalah mandi dan memakai pakaian santai, Dhea turun ke bawah untuk membawa camilan dibawa ke balkon, saat itu bik siti sudah siap-siap membawa tas pakaian."Mau ke mana, Bik?""Oh, anu Non. Ini kan akhir pekan, biasanya kalau akhir pekan bibik pulang ke pulau Galang menjenguk anak dan orang tua di sana.""Suami bibik ke mana?" "Oh, suami saya itu, Bang Khaidir. Kami mau pulang bersama, tadi sudah ijin sama tuan Fathan, sekarang saya mau ijin sama Non Dhea.""Oh? Pak Khaidir itu suami Bik Siti? Kok kalian tidak tinggal bersama?" tanya Dhea dengan kaget."Tinggal bersama, Non. Non Dhea tahu rumah kayu di halaman belakang rumah ini? Kami tinggal di sana selama ini.""Oh? Bukankah Bik Siti tidur di kamar atas juga?""Ya nggak mungkinlah, Non. Kamar itu kadang-kadang di huni oleh tuan Fathan."Huh, Dhe

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   149

    Part 149 Ketika Dhea membuka pintu, seseorang dengan tinggi menjulang sudah berdiri di depan pintu. Orang itu memakai jaket kulit hitam dilengkapi topi hitam. Posisinya yang menunduk membuat dhea tidak dapat melihat wajah orang yang dipastikan berjenis kelamin pria. Dhea memiringkan wajahnya untuk menelisik siapa manusia yang berjarak sekitar lima meter di hadapannya ini. Tiba-tiba insting waspada menghantui perasaannya. Bagaimana tidak, pengalaman buruk yang belum lama terjadi padanya membuatnya selalu mencurugai setiap situasi dan setiap orang yang tidak dia kenal. “Siapa anda?” ujar Dhea dengan suara bergetar. Bukannya menjawab pertanyaan Dhea, lelaki itu malah bergeming, wajahnya masih menunduk dengan kedua tangan masuk ke dalam saku jaketnya. “Siapa anda? Mau apa anda ke sini!” Kini Dhea mulai bereaksi keras tatkala lelaki itu tidak meresponnya sama sekali. Kini Dhea mulai kesal, dia bermaksud menutup kembali pintunya dan mengabaikan seseorang yang mungkin memiliki niat yan

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   150

    Part 150"Abang! Kenapa malah Abang tarik?""Hush, kenapa, kenapa? dari tadi brisik banget! gak tahu apa aku sudah kangen banget?"Dhea terperangah menatap wajah suaminya yang ada di bawahnya. Lelaki ini, memanglah ..."Abang berbaring seperti ini nanti lukanya sakit," bisik wanita itu."Luka itu tidak terlalu menyakitkan. Masih menyakitkan jauh dari kamu selama tiga hari ini."Bram sangat menyukai situasi seperti ini, terutama senyum istrinya yang mengembang setelah mendengar perkataannya, mata bulat wanita itu sangat jernih berbinar dengan perasaan penuh."Dasar gombal," tepis Dhea sambil mencubit pinggang istrinya."Kalau gombal mana mungkin aku bela-belain jauh-jauh datang ke sini.""Iya deh, percaya ..."Bram yang dari tadi sudah menahan hasratnya, tak lagi menunda untuk meraih wajah istrinya dan melumat bibir istrinya dengan lembut. Awalnya lembut, tetapi lama-lama ciuman itu menuntut dan intens hingga Dhea kehabisan napas baru dilepaskan.Suara lonceng kembali menggema dari ara

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   151

    Part 151"Abang, Abang begitu hapal tempat ini."Dhea mendekati suaminya yang masih berdiri memegang pagar balkon, wanita itu terkejut tatkala melihat wajah suaminya sudah basah oleh air mata."Abang? Kenapa Abang menangis? Apa ada sesuatu?""Ah, tidak! Abang hanya teringat sesuatu. Ayo, kita salat dulu," jawab Bram sambil menyusut air matanya dengan ibu jarinya."Ayo kita salat magrib dulu. Waktu salat sangat mepet," ujar lelaki itu sambil mendekati Dhea "Ayo, kita ke kamarku. Kamarku ada di sebelah sana."Bram tidak menjawab ucapan istrinya, dia hanya mengikuti dari belakang. Namun langkah lelaki itu begitu berhati-hati, seolah-olah tengah memikirkan sesuatu."Masuk, Bang. Di sana kamar mandinya, Abang bisa mengambil wudhu di sana. Aku akan mengambil wudhu di kamar sebelah saja.""Oh, ternyata seperti ini suasana di dalam kamar ini? Masih bernuansa pink," gumam Bram, mata lelaki itu menelisik ke semua ruangan."Apa?" tanya Dhea yang tidak jelas mendengar perkataan suaminya."Ah, ti

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   152

    Part 152"Iya, Abang kenal kan sama pak Ibrahim?""Kenal, kalau menurut pandangan Abang, Pak Ibrahim itu orang yang sangat teliti. Dia pasti tidak mudah percaya sama orang, baru ketemu denganmu kok sudah menganggapnya sebagai anak?""Yah, mungkin dia orang yang begitu. Tapi sepertinya ada alasannya, dan alasannya itu putrinya yang sudah meninggal.""Apa maksudmu?""Sejak pertama ketemu sama Fathan, lelaki itu memperhatikan diriku dengan seksama, aku risih kan? Tetapi ketika dia bilang aku sangat mirip dengan adiknya yang sudah meninggal dunia, aku jadi luluh. Maaf aku tidak memberi tahu Abang dulu kalau keluarga mereka sudah mengangkat ku jadi anak. Seharusnya sebelum mengambil keputusan itu aku ijin dulu sama Abang, cuma ya, saat itu aku terdesak, jadi ya mengiyakan saja. Apalagi pak Ibrahim begitu sedih ketika bertemu denganku, aku gak tega melihatnya.""Ya, itu terserah dengan keputusanmu, Sayang. Yang membuatku penasaran, apa benar yang mereka katakan, jika kamu itu mirip putri me

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   153

    Part 153Tin ... Tin ...Kedua suami istri ini terkejut mana kala sebuah mobil menepi dan membunyikan klakson. Kaca jendela mobil terbuka menampilkan seorang lelaki tampan di balik kemudi."Hei, Pak Bram? Anda mau ke mana?""Pak Fathan? Anda sendiri mau ke mana?""Saya sebenarnya mau berkunjung ke kediaman Dek Dhea, tapi sepertinya kalian akan pergi, ya?""Iya, kami akan ke lantai, biasa ... Berburu kuliner," jawab Dhea dengan riang tanpa menyadari raut wajah suaminya sudah lain tatkala Fathan memanggil dek Dhea."Kalau begitu naik, akan saya antar ke tempat kuliner yang enak.""Oh ya? Ayo, Bang ... Kita numpang sama bang Fathan saja," ujar Dhea yang langsung mengamit dan menyeret tangan suaminya.Bram tak bisa mengelak walau rasa jengkel masih menggelayuti perasaannya apalagi ketiga Dhea memanggil Fathan dengan panggilan Abang. Dhea menempati tempat duduk di belakang, sementara Bram memilih duduk di sebelah Fathan, agar tidak terlihat tidak sopan jika dibelakang semua rasanya Fathan

Latest chapter

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   324

    "Berhenti kau betina jalang!" "Dasar perempuan sialan! Mau lari ke mana lagi kau, ha?" "Mau kabur? Kamu pikir bisa, ha?" "Arrhg! Lepaskan! Lepaskan!" "Bang, jangan sakiti perempuan itu." "Diaam kamu Rais!" Penggalan dialog-dialog itu terlintas di kepala Dhea membuat kepalanya sangat sakit. Tetapi tekadnya yang kuat membuatnya terus berlari Jangan sampai tertangkap oleh penculik itu. DOR!!! Suara tembakan itu terdengar jelas. "ABANG, JANGAN TINGGALKAN DHEA, BANG!" teriak Dhea berbalik memeluk suaminya dengan tubuh gemetar dan air mata yang menetes deras. "Abang, Abang ...." "Dhea, Abang tidak apa-apa." Bram merasakan betapa istrinya ini sangat ketakutan, wanita ini memeluk tubuhnya erat dan meraba punggungnya dengan gerakan acak dan gemetar. "Abang nggak apa-apa," bisik Bram memenangkan istrinya. "Terdengar suara tembakan, punggung Abang tertembak." "Tidak, punggung Abang tidak tertembak." "Aku melihatnya sendiri orang itu menembak punggung Abang! Abang, Abang

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   323

    "Akh!" Bram memekik tertahan mana kala kakinya kesandung akar pohon membuatnya terjatuh, Dhea yang memegang tangannya otomatis juga ikut terjatuh. "Bang, Abang nggak apa-apa? ada yang terluka? sakit?" tanya wanita itu dengan kuatir. Ponsel yang dipegang Dhea dipakai sebagai senter terjatuh. wanita itu segera bangkit dan mengambil ponselnya dan mengarahkan senter pada suaminya yang tengah berusaha bangkit. "Nggak apa-apa. Hanya tersandung saja," lelaki itu berjalan meraba-raba. Dhea segera meraih tangan suaminya, lelaki itu hanya bisa mempercayai Dhea pada saat seperti ini. "Pegang tangan Dhea erat-erat, Bang. Dhea akan menjadi mata Abang. Jalan yang Dhea tempuh ini sedikit sulit karena masih semak belukar. Kalau kita melewati jalan setapak, para penjahat itu pasti bisa dengan mudah menyusul kita." "Iya, Dhea tidak perlu mengkuatirkan Abang. Sekarang ayo cepat kita jalan." Walaupun langkah mereka terseok-seok, tetapi mereka berusaha berjalan dengan cepat, untuk berlari tentu s

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   322

    Dhea dan Bram makan malam di villa itu, Dhea tidak menyangka masakan hari ini dibuat oleh pemuda dua puluhan bernama Soleh ini. Dengan sayang Dhea menyuapi suaminya, hal ini mengingatkan mereka saat Bram pertama datang di kediaman Lia di rumah tepi pantai. Saat itu lelaki ini hanya bisa melamun dan tidak memiliki gairah hidup, akhirnya Kamelia lah yang terus membujuknya makan dan menyuapinya. "Sudah, Abang sudah kenyang," ujar Bram menolak suapan yang sudah berapa kalinya dari tangan Dhea. "Kalau Abang ke Jerman, Dhea tetap di jakarta, ya? menghandle semua bisnis di sini." "Bagimana bisa suami sedang berobat aku malah sibuk mengurusi bisnis." "Ini demi kebaikan kita, Sayang. Kita baru saja memimpin perusahaan, rasanya tidak bertanggung jawab kalau kita tinggalkan." "Bang, bagiku Abang lebih penting dari perusahaan ini. Bagaimana kalau aku resign saja, biar saja perusahaan ini dikelola oleh orang lain. Kita juga tidak kekurangan uang." "Nenek sudah berpesan agar kita yang m

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   321

    "Adi__" Suara Bram tercekat, lelaki itu menyadari jika seseorang yang datang bukanlah Adi. Adi baru saja datang menyapanya sekitar lima menit yang lalu, karena dia banyak melamun tidak terlalu menanggapi. Lagipula setelah tiga hari ini dia kehilangan penglihatan, pendengaran dan penciumannya jauh lebih sensitif, setiap gerakan dan aroma seseorang akan dikenali dengan mudah. Orang yang berjalan ke arahnya dengan perlahan ini bukan Adi. Dhea yang melihat lelaki itu tampak bingung hanya bisa menahan napas dan perasaannya, tetapi tetap saja air mata lolos ke pipinya, pertahannya juga jebol, Isak tangisnya tidak bisa dia tahan lagi. Mendnegar isakan itu membuat Bram terkejut, mata lelaki itu melebar terbelalak. Otaknya memutar, memindai suara isakan kecil itu, tanpa berpikir lama dia sudah bisa mengenali suara itu. "Dhea ...," panggil lelaki itu lirih. Mendnegar panggilan itu, jebol sudah pertahan Dhea, wanita itu menangis histeris melihat keadaan suaminya seperti ini. Bram y

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   320

    Jangan takut, Bu Dhea ada lembur malam ini, mungkin akan pulang sedikit malam, karena ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditunda. Jadi, mari kita makan dulu, ini juga ada kopi gingseng yang dipesan dari cafe, sangat cocok untuk bapak-bapak yang berkerja sebagai pengawal biar tidak ngantuk," bujuk Anita. Secara diam-diam Anita mengirim pesan kalau para pengawal sudah berada di meja kopi dekat pantai, Dhea bisa bebas menyelinap. Dengan sedikit berlari, Dhea menuju lift, untuk lift belum penuh karena baru setengah jam lagi waktunya pulang kerja.. Sampai parkiran, Dhea menekan kunci mobil untuk menemukan di mana mobil Anita. Dengan cepat Dhea memasuki mobil Anita, dia mengamati pintu keluar dari tempat parkir. Setelah jam empat sore, bnyak orang yang sudah keluar dari kantor sehingga mencari keberadaan Adi sedikit banyaknya ada gangguan. "Ah, itu dia? kenapa dia berjalan dengan terburu-buru?!" seru Dhea bicara sendiri. Dhea segera menghidupkan mesin, melihat Adi memasuki mobil

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   319

    Anita langsung menjalankan perintah Dhea. Dia sudah bersiap menuju ruang staf dan disambut oleh seseorang yang memperhatikannya. Dia adalah seorang lelaki yang selama dua hari ini selalu mengajaknya bicara dan selalu mencari kesempatan untuk bertemu. "Dek Anita? Kenapa ke sini?" "Eh, Mas Heru. Apa ini lantai ruangan pak Malik, ya? maklum saya baru di sini jadi belum hapal semua ruangan." "Oh, bukan. Ini lantai ruangan direktur utama, lantai ruangan pak Malik ada di lantai tiga. Pak Malik direktur pemasaran, kan?" "Iya. Maaf kalau begitu, saya akan mencari ke lantai tiga." "Ini sudah masuk jam makan siang, kenapa tidak makan siang dulu? bagimana kalau kita ke kantin dulu, makanan di kantin juga enak-enak, kok." "Oh, baik kalau begitu." Memang itu yang dimau Anita. Dia tidak mungkin mengawasi Adi sendirian, dia harus memanfaatkan sumberdaya, apalagi dilihat dari gelagatnya Heru purwanto, staf ahli direktur utama ini tertarik padanya dari pandangan pertama. "Dek Anita ken

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   318

    Pekerjaan Dhea sangat terbantu dengan keberadaan Anita di sampingnya. Adi yang baru datang dari Palembang juga hanya sesekali menemui Dhea untuk melihat dan membimbing pekerjaannya. Setiap ada kesempatan Dhea langsung melakukan video call dengan Naima. Sepertinya Bram juga meminta Ibrahim untuk mengirim Bik Siti dan Mang Khaidir membantu Naima mengasuh Angga membuat Dhea sedikit lega. Ini sudah hari ketiga suaminya ke luar kota, Bram hanya menghubunginya ketika malam tiba, alasannya karena kesibukan jadi tidak sempat untuk menghubungi. Dhea sebenarnya juga melakukan video call, tetapi Bram selalu menolak, dia bilang sedang bersama rekan kerja dari luar kota sehingga tidak enak jika melakukan panggilan video. Awalnya Dhea percaya saja, hingga di hari ketiga dia tidak sengaja melihat Fikri yang buru-buru keluar dari kantor dan memasuki mobil kijang Innova pada jam kantor, mobil yang tidak pernah dikendarainya sehingga tidak membuat siapapun akan menduga kalau itu adalah Fikri, tanga

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   317

    Di vidio terlihat Angga yang sedang tertidur dipangkuan Naima, sementara Azka tidur di bangku belakang. "Dia sudah tidur?" ujar Dhea sambil tersenyum mengamati putranya yang tertidur dengan lelap. "Iya, Bu. Baby Angga pinter banget, diperjalanan dia langsung tertidur. Ibu jangan kuatir, baby Angga akan saya rawat dengan baik. Ibu fokus dengan pekerjaan ibu, kalau di perusahaan sudah stabil, baru saya bawa kembali baby Angga ke jakarta, Bu. Kalau ibu kangen ibu bisa video call, ibu juga bisa berkunjung ke Palembang." Suster Naima tidak tega melihat Dhea yang sudah meleleh air matanya, bagaimana bisa tahan dipisahkan dengan anaknya yang masih bayi, apalagi Angga juga masih menyusui. "Baiklah, jaga baik-baik anak saya ya, Suster. Saya akan memerah ASI saya di sini, dan saya akan membayar orang untuk mengantar ke Palembang. Saya tidak ingin anak saya tidak diberi ASI saya, walaupun kini saya jauh, saya tidak bisa membiarkan dia tidak mendapatkan kasih sayang ibunya." Dhea mengak

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   316

    Dhea datang membawa segelas jus mangga yang masih penuh, belum diminum sama sekali, rencananya setelah dia duduk baru dia akan menikmati jus tersebut. "Minuman ini belum kamu minum kan, Sayang?" tanya Bram. "Belum." "Ayo, kita pulang!" "Ha? kok cepat nian, aku belum makan, belum minum." Dhea terkejut mendengar ajakan suaminya yang tampak terburu-buru, melihat jus mangga yang baru saja dia bawa membuatnya sangat sayang jika tidak diminum. "Jangan meminum jus itu, kita beli di luar saja!" Tanpa menghiraukan tatapan protes istrinya, Bram langsung mengamit tangan istrinya dan beranjak untuk pergi dari lokasi pesta. Dia tidak lupa berpamitan pada semua orang, terutama direksi yang menjadi panitia penyelenggara. "Saya pamit dulu, putra saya sedang kurang sehat dan terpaksa kami tinggal. Istri saya juga harus menyusuinya." Semua orang mengangguk dengan maklum keputusan Bram yang pergi terlebih dahulu meninggalkan lokasi pesta, semntara mendengar alasan suaminya Dhea juga m

DMCA.com Protection Status