Di saat bersamaan, seorang wanita berjalan ke depannya.Pupil Dylan sontak membesar, wajahnya tampak memerah dan marah."Aurora, kamu kelewatan!" Dylan menatapnya dengan bengis.Aurora beranjak ke sofa yang ada di samping tempat tidur, lalu menyilangkan kedua kakinya sambil tersenyum. "Ngapain teriak-teriak? Aku hanya membuka pakaianmu. Lagi pula masih tersisa celana dalam, nggak perlu panik. Em, tapi kalau kamu nggak bersedia menjawab pertanyaanku, aku nggak keberatan mengguntingnya ....""Lepaskan aku!" Dylan berteriak. Meskipun Dylan marah, Aurora sama sekali tidak takut. Dia malah menatap Dylan dengan polos. "Sekarang kamu berada di tanganku. Kalau aku nggak mau melepaskanmu, kamu bisa apa? Beraninya memerintah aku. Masih mabuk?"Dylan tidak mau mengakuinya, tetapi faktanya dia memang tidak berdaya.Dylan menelan semua kemarahannya, lalu tersenyum dan berkata, "Nona Aurora yang cantik dan baik hati, melihat aku adalah bawahan kakakmu, tolong lepaskan aku.""Oke." Aurora mengangguk
Read more