Wanita itu menjawab dengan puas, "Dokter kepala sangat menyukainya, dia sendiri yang merekomendasikan Jane untuk naik jabatan. Kalau nggak menggunakan sedikit trik, bisa-bisa dia malah diangkat jadi dokter Utama.""Aku memasukkan obat alergi ke dalam ramuan obat-obatan Jane. Begitu mendengar rumor ini, pemegang saham yang berasal dari Negara Zava itu pasti bakal memecat Jane. Cepat atau lambat dia pasti akan ditendang dari rumah sakit.""Sayang, kamu pintar banget. Sana, mandi. Kita harus merayakannya," kata sang pria sambil melirik genit."Ih, nakal!" Sang wanita memukul dada sang pria.....Yvonne diam saja selama perjalanan pulang."Jane, tunjukkan saja rekaman itu ke petinggi rumah sakit. Mereka berdua pasti bakal dipecat," kata Jeff."Aku nggak suka sama politik kantor. Aku nggak nyangka, mereka malah menjebakku," jawab Yvonne."Semuanya demi naik jabatan. Dokter Utama adalah jabatan yang penting di rumah sakit.""Jeff, kalau kita menyerahkan rekaman ini ke rumah sakit, apakah men
Harvey tidak menyadari ada yang mengikutinya. Sesampainya di depan rumah Yvonne, dia langsung membuka pintu.Dylan membelalak saat melihat nomor rumah. Bukankah ini rumah Dokter Jane? Untuk apa Harvey di sini?Harvey mengenal Dokter Jane? Ada yang tidak beres.Dylan langsung mengetuk pintu rumah Yvonne, dia ingin tahu apa hubungan di antara Harvey dan Jane.Yvonne kelelahan, dia malas membuka pintu. Akhirnya Harvey yang bangun dan membuka pintu. Dia mengerutkan alis saat melihat kedatangan Dylan. "Ngapain kamu ke sini?"Dylan mendengus dingin. "Harusnya aku yang tanya, ngapain kamu di sini?"Sembari bertanya, sorotan mata Dylan tertuju kepada Jane yang dudul di sofa. Dylan juga melihat makanan-makanan yang ada di atas meja. Kalau tidak akrab, mereka tidak mungkin makan bersaman.Yvonne bangkit berdiri sambil menahan rasa lelahnya. "Pak Harvey pasienku. Ada apa mencariku?"Harvey menimpali, "Benar, aku pasiennya Jane. Aku lagi memintanya untuk mengobatiku."Dylan tidak percaya, tetapi d
Yvonne terkejut hingga membelalak. Untuk sesaat, otak Yvonne terasa berhenti bekerja.Apakah Shawn telah mengetahui identitasnya? Yvonne menelan air luda, dia sangat gugup.Shawn berhenti selangkah di depan Yvonne. "Kamu takut apa? Kamu sangat jelek, takut aku lecehkan?"Setelah bicara, Shawn berbalik dan beranjak ke tempat tidur.'Shawn sakit, ya?' pikir Yvonne. Benar juga, dia memang lagi sakit, sakit parah.Yvonne mengambil sebuah kursi, sementara Shawn berbaring di tepi tempat tidur.Yvonne mulai memijat Shawn. Pijatan Yvonne sangat enak, perlahan-lahan Shawn pun memejamkan mata dan tidur.Karena kelelahan, Yvonne memijat Shawn sampai ketiduran. Untungnya Shawn tidur lebih dulu daripada Yvonne.Ketika Yvonne bangun, dia buru-buru bangkit berdiri dan hendak pergi. Namun, tiba-tiba Shawn malah menarik tangan Yvonne.Yvonne menundukkan kepala, apakah Shawn mengigau lagi?Yvonne berusaha melepaskan cengkeraman tersebut, tetapi Shawn menggenggamnya dengan erat.Akhirnya Yvonne duduk kem
"Tidak perlu." Harvey menguping pembicaraan Shawn dan Dylan.Sepertinya Harvey berjaga semalaman di depan kamar Shawn, kedua matanya terlihat merah dan lelah."Harvey ...." Dylan mengerutkan alis. "Sejak kapan kamu masuk? Kamu menguping?""Kamu yang nggak menutup pintu, jangan salahkan aku dong." Kemudian Harvey menatap Shawn dan berkata, "Nggak perlu selidiki. Jane adalah dokter yang aku bayar untuk mendekatimu.""Jane sangat jelek, tapi kamu nggak membencinya, 'kan? Karena dia menggunakan parfum yang bisa memanipulasi pikiran manusia, makanya kamu nggak membenci dia. Aku membayar wanita jelek untuk menggodamu biar kamu jijik.""Harvey, tindakanmu konyol banget! Kamu nggak malu?" Dylan tidak memahami jalan pikiran Harvey.Sebenarnya Dylan juga bingung, kenapa Shawn tidak membenci wanita buruk rupa itu, ternyata semua ini adalah ulah Harvey."Aku nggak bisa mengalahkan Shawn di bidang bisnis, tapi aku punya 1001 cara untuk membuatnya kesal." Harvey menjelaskan dengan nada yang meyakink
Pemandangan tersebut terlalu menyakiti mata.Tampak seorang wanita berwajah aneh dan gemuk yang mengenakan pakaian seksi berwarna merah mudah sedang menunggangi Harvey.Sepertinya Harvey diikat, dia berbaring tak berdaya di atas tempat tidur, ekspresinya tampak menyedihkan.Yvonne tidak sanggup menyaksikannya, dia langsung membalikkan badan."Dokter Jane, kamu datang mencari Harvey?" Entah sejak kapan Dylan berdiri di belakang Yvonne."Em." Yvonne menjawabnya dengan tenang, "Aku datang untuk mengecek Pak Harvey ....""Dokter Jane sangat profesional," jawab Dylan dengan nada menyindir.Yvonne tidak mengerti, kenapa sikap Dylan berubah jadi sinis?"Pak Shawn tidak puas sama perawatan yang aku berikan, kayaknya Pak Dylan juga tidak begitu menyukaiku," jawab Yvonne."Tanyakan pada hati nuranimu, berhenti bersandiwara! Kali ini aku hanya memberikan pelajaran kepada Harvey, harusnya kamu bersyukur Pak Shawn tidak melukaimu. Kalau kamu dipecat dari rumah sakit, dengan wajahmu yang sejelek ini
"Huhu ...." Aurora sangat sedih, dia menangis tersedu-sedu."Katakan, fakta apa?" Dylan menggoyangkan bahu Aurora."Kamu masih berani tanya? Semua gara-gara kamu!" Aurora menggigit lengan Dylan.Ini adalah kedua kalinya Aurora menggigit Dylan."Kamu binatang, ya? Suka banget mengigit orang?" Dylan merintih kesakitan."Kamu yang binatang, semua keluargamu binatang! Huhu ...."Wajah Dylan berkedut. "Jaga ucapanmu! Aku nggak bakal sungkan-sungkan."Dylan marah mendengar Aurora yang memarahi keluarganya."Kalau hebat, sini pukul aku!" Aurora duduk di lantai, rambutnya berantakan dan penampilannya acak-acakan.Aurora terlihat menyedihkan sekaligus menyebalkan."Orang aneh." Dylan menggosok bekas gigitan Aurora, lalu membalikkan badan dan pergi.Namun Aurora malah memeluk kaki Dylan. "Semua gara-gara kamu! Kamu nggak boleh pergi."Dylan menundukkan kepala, wanita ini memiliki penyakit kejiwaan, ya?Dylan berusaha menarik kakinya dan buru-buru pergi. Namun saat menoleh ke belakang, dia meliha
Entah apakah Aurora terlalu mabuk atau memerlukan tempat untuk melampiaskan emosi terpendam setelah mengetahui identitasnya yang sesungguhnya.Aurora dan Dylan sedang dilanda hasrat yang menggebu-gebu.Napas Dylan terengah-engah, tetapi akal sehatnya masih bekerja. Sebelum bertindak lebih jauh, dia bertanya kepada Aurora, "Kamu sendiri yang mau, ya?"Mata Dylan tampak memerah, dia telah dikuasai oleh hawa nafsu.Karena terlalu bersemangat, Dylan sampai merobek sedikit pakaian Aurora.Tak ada yang tahu apakah Aurora mendengar jelas pertanyaan Dylan. Dalam keadaan mabuk, Aurora memeluk dada Dylan sambil mengangguk. "Em."Dylan makin bersemangat begitu mendengar jawaban Aurora. Tanpa ragu, Dylan pun menindihnya.....Satu jam kemudian, Dylan mengenakan pakaian dan bergegas pergi. Sepuluh menit lagi pesawat akan lepas landas.Dylan berlari, untungnya dia tidak ketinggalan, tetapi Shawn sudah berada di dalam pesawat dan menunggunya.Melihat Shawn yang kesal, Dylan bergegas menjelaskan, "Maa
Siapa lagi yang mempermainkan Shawn?Harvey sudah diberi pelajaran, dia tidak mungkin menggunakan cara yang sama untuk mengerjai Shawn.Siapa pengirim pesan ini? Apa maunya?Meskipun tahu ini hanya pesan tipuan, Shawn tetap membalasnya.[ Beri tahu aku, di mana dia? ]Shawn meletakkan kembali ponselnya. Jauh di dalam lubuk hati, sebenarnya dia mengharapkan adanya keajaiban.Pengirim pesan itu membalas dalam hitungan detik. [ Aku akan memberitahumu, tapi ada syaratnya. ][ Lepaskan Thiago, aku akan memberi tahu keberadaan Yvonne. ]Shawn membaca pesan tersebut dengan tenang.[ Baik, setuju. ]Kemudian Shawn menelepon Dylan untuk memberikannya tugas. "Selidiki siapa yang akhir-akhir ini menemui Thiago.""Baik."Setelah menutup panggilannya, Shawn kembali menerima sebuah pesan.[ Kita bertemu di pelabuhan. ]Shawn tersenyum sinis, dia tidak akan membiarkan Thiago kabur. Pengirim pesan mengajak bertemu di pelabuhan agar Thiago dapat melarikan diri dengan menggunakan kapal. Namun Shawn tid