Dylan tampak sedang menindih seorang wanita.Wajah wanita itu tidak kelihatan, hanya terlihat kakinya yang mulus dan putih.Yvonne mengedipkan mata, Dylan punya pacar? Dia membawa pacarnya ke sini?"Dylan, lepaskan aku! Kalau nggak, aku bakal teriak!" Suara wanita itu terdengar marah.Dylan dan kekasihnya tidak terdengar sedang baik-baik saja. Yvonne tidak mau ikut campur, dia menutup pintu kamar dan bersikap seolah tidak melihat apa pun.Ketika membalikkan badan, Yvonne melihat Shawn yang berdiri di belakang sambil menatapnya.Apakah Yvonne ketahuan sedang mengintip Dylan? Sebenarnya Yvonne tidak bermaksud mengintip, dia hanya penasaran."Aku tidak melihat apa-apa," Yvonne menjelaskan.Shawn kembali ke kamar tanpa memedulikannya.Yvonne bingung melihat sikap Shawn. Shawn memercayai penjelasannya atau tidak? Dia tidak bisa membaca pikiran Shawn.Yvonne mengikuti Shawn sambil mengajaknya mengobrol. "Pak, bagaimana tidurmu tadi malam?"Shawn masuk ke kamar tanpa menjawab pertanyaan Yvonn
Yvonne tercengang melihat tubuh Shawn yang dipenuhi ruam-ruam merah."Kok bisa?" Yvonne kebingungan."Harusnya aku yang bertanya kepada kamu. Kamu taruh obat apa ke dalam air?" Shawn mengerutkan alis sambil menggaruk tubuhnya.Yvonne berbicara kepada Harvey yang berada di ujung telepon. "Aku ada urusan, nanti aku hubungi lagi."Setelah menutup telepon, Yvonne buru-buru masuk ke dalam kamar mandi untuk mengecek air rendaman. Yvonne mencium aroma obat yang dapat memicu alergi, tetapi Yvonne yakin tidak menaruh obat ini ke dalam bak mandi."Jangan dekat-dekat." Yvonne menghalangi Shawn. "Tunggu sebentar, aku ambilkan obat."Di saat Yvonne keluar dari kamar mandi, Shawn mencekiknya sambil menatap tajam. "Kamu sengaja?"Yvonne hampir kehabisan napas. "Pak, aku tidak punya alasan untuk menyakitimu. Percaya padaku, aku tidak melakukan apa-apa."Shawn tidak melepaskannya begitu saja, dia malah mencekik Yvonne dengan semakin erat.Wajah Yvonne terlihat memerah. "Berikan aku ... ke-kesempatan ..
Tahi lalat yang besar dan berbulu menempel di ujung hidung Yvonne.Setiap Yvonne bernapas, tahi lalatnya bergoyang seperti mau lepas. Shawn mencondongkan tubuh untuk memperhatikan tahi lalat tersebut. Di saat bersamaan, dia mencium aroma parfum yang menusuk hidung.Shawn mengerutkan alis. "Tahi lalatmu mau lepas."Yvonne langsung menutupi hidungnya. Dia mengedipkan mata yang mengenakan kontak lensa sambil menekan tahi lalatnya.Shawn menatapnya dengan curiga. "Jangan bilang, kamu menggunakan tahi lalat palsu untuk menambah kecantikan?"Otak Yvonne langsung berpikir cepat. "Bu-bukan .... Aku baru mengoleskan salep untuk menghilangkan tahi lalat ini."Yvonne sengaja mencopot tahi lalat tersebut dan menunjukkannya kepada Shawn. "Lihat, ini tahi lalatnya sudah kering, makanya ...."Shawn jijik melihatnya. "Bawa pergi!"Yvonne mengambil sehelai tisu, lalu membuang tahi lalatnya ke dalam tong sampah.Kemudian Yvonne lanjut mengoleskan salep ke tubuh Shawn. "Tunggu sampai kering, baru boleh t
Wanita itu menjawab dengan puas, "Dokter kepala sangat menyukainya, dia sendiri yang merekomendasikan Jane untuk naik jabatan. Kalau nggak menggunakan sedikit trik, bisa-bisa dia malah diangkat jadi dokter Utama.""Aku memasukkan obat alergi ke dalam ramuan obat-obatan Jane. Begitu mendengar rumor ini, pemegang saham yang berasal dari Negara Zava itu pasti bakal memecat Jane. Cepat atau lambat dia pasti akan ditendang dari rumah sakit.""Sayang, kamu pintar banget. Sana, mandi. Kita harus merayakannya," kata sang pria sambil melirik genit."Ih, nakal!" Sang wanita memukul dada sang pria.....Yvonne diam saja selama perjalanan pulang."Jane, tunjukkan saja rekaman itu ke petinggi rumah sakit. Mereka berdua pasti bakal dipecat," kata Jeff."Aku nggak suka sama politik kantor. Aku nggak nyangka, mereka malah menjebakku," jawab Yvonne."Semuanya demi naik jabatan. Dokter Utama adalah jabatan yang penting di rumah sakit.""Jeff, kalau kita menyerahkan rekaman ini ke rumah sakit, apakah men
Harvey tidak menyadari ada yang mengikutinya. Sesampainya di depan rumah Yvonne, dia langsung membuka pintu.Dylan membelalak saat melihat nomor rumah. Bukankah ini rumah Dokter Jane? Untuk apa Harvey di sini?Harvey mengenal Dokter Jane? Ada yang tidak beres.Dylan langsung mengetuk pintu rumah Yvonne, dia ingin tahu apa hubungan di antara Harvey dan Jane.Yvonne kelelahan, dia malas membuka pintu. Akhirnya Harvey yang bangun dan membuka pintu. Dia mengerutkan alis saat melihat kedatangan Dylan. "Ngapain kamu ke sini?"Dylan mendengus dingin. "Harusnya aku yang tanya, ngapain kamu di sini?"Sembari bertanya, sorotan mata Dylan tertuju kepada Jane yang dudul di sofa. Dylan juga melihat makanan-makanan yang ada di atas meja. Kalau tidak akrab, mereka tidak mungkin makan bersaman.Yvonne bangkit berdiri sambil menahan rasa lelahnya. "Pak Harvey pasienku. Ada apa mencariku?"Harvey menimpali, "Benar, aku pasiennya Jane. Aku lagi memintanya untuk mengobatiku."Dylan tidak percaya, tetapi d
Yvonne terkejut hingga membelalak. Untuk sesaat, otak Yvonne terasa berhenti bekerja.Apakah Shawn telah mengetahui identitasnya? Yvonne menelan air luda, dia sangat gugup.Shawn berhenti selangkah di depan Yvonne. "Kamu takut apa? Kamu sangat jelek, takut aku lecehkan?"Setelah bicara, Shawn berbalik dan beranjak ke tempat tidur.'Shawn sakit, ya?' pikir Yvonne. Benar juga, dia memang lagi sakit, sakit parah.Yvonne mengambil sebuah kursi, sementara Shawn berbaring di tepi tempat tidur.Yvonne mulai memijat Shawn. Pijatan Yvonne sangat enak, perlahan-lahan Shawn pun memejamkan mata dan tidur.Karena kelelahan, Yvonne memijat Shawn sampai ketiduran. Untungnya Shawn tidur lebih dulu daripada Yvonne.Ketika Yvonne bangun, dia buru-buru bangkit berdiri dan hendak pergi. Namun, tiba-tiba Shawn malah menarik tangan Yvonne.Yvonne menundukkan kepala, apakah Shawn mengigau lagi?Yvonne berusaha melepaskan cengkeraman tersebut, tetapi Shawn menggenggamnya dengan erat.Akhirnya Yvonne duduk kem
"Tidak perlu." Harvey menguping pembicaraan Shawn dan Dylan.Sepertinya Harvey berjaga semalaman di depan kamar Shawn, kedua matanya terlihat merah dan lelah."Harvey ...." Dylan mengerutkan alis. "Sejak kapan kamu masuk? Kamu menguping?""Kamu yang nggak menutup pintu, jangan salahkan aku dong." Kemudian Harvey menatap Shawn dan berkata, "Nggak perlu selidiki. Jane adalah dokter yang aku bayar untuk mendekatimu.""Jane sangat jelek, tapi kamu nggak membencinya, 'kan? Karena dia menggunakan parfum yang bisa memanipulasi pikiran manusia, makanya kamu nggak membenci dia. Aku membayar wanita jelek untuk menggodamu biar kamu jijik.""Harvey, tindakanmu konyol banget! Kamu nggak malu?" Dylan tidak memahami jalan pikiran Harvey.Sebenarnya Dylan juga bingung, kenapa Shawn tidak membenci wanita buruk rupa itu, ternyata semua ini adalah ulah Harvey."Aku nggak bisa mengalahkan Shawn di bidang bisnis, tapi aku punya 1001 cara untuk membuatnya kesal." Harvey menjelaskan dengan nada yang meyakink
Pemandangan tersebut terlalu menyakiti mata.Tampak seorang wanita berwajah aneh dan gemuk yang mengenakan pakaian seksi berwarna merah mudah sedang menunggangi Harvey.Sepertinya Harvey diikat, dia berbaring tak berdaya di atas tempat tidur, ekspresinya tampak menyedihkan.Yvonne tidak sanggup menyaksikannya, dia langsung membalikkan badan."Dokter Jane, kamu datang mencari Harvey?" Entah sejak kapan Dylan berdiri di belakang Yvonne."Em." Yvonne menjawabnya dengan tenang, "Aku datang untuk mengecek Pak Harvey ....""Dokter Jane sangat profesional," jawab Dylan dengan nada menyindir.Yvonne tidak mengerti, kenapa sikap Dylan berubah jadi sinis?"Pak Shawn tidak puas sama perawatan yang aku berikan, kayaknya Pak Dylan juga tidak begitu menyukaiku," jawab Yvonne."Tanyakan pada hati nuranimu, berhenti bersandiwara! Kali ini aku hanya memberikan pelajaran kepada Harvey, harusnya kamu bersyukur Pak Shawn tidak melukaimu. Kalau kamu dipecat dari rumah sakit, dengan wajahmu yang sejelek ini