All Chapters of Feng Huang - Kitab 3: Pedang Surga: Chapter 81 - Chapter 90

147 Chapters

Pertarungan Phoenix dan Ular

Angin tajam menggores dalam permukaan tanah dan berakhir berbentur keras dengan parang di tangan si penjahat sehingga menghentikan perputaran tubuhnya, juga sekaligus melontarkannya dua langkah ke belakang.Brukk!“Keparat!” pria berparang menggeram, dari sela giginya yang terkatup rapat mengalir darah segar.“Belum terlambat untuk pergi dari sini,” ucap Feng dengan baik.“Oh, aku semakin ingin mencincangmu, bajingan!”Wuush!Pria berkeris kembali melancarkan serangan.Tapi si Pemuda Tiongkok itu kembali menyarungkan pedangnya setelah menghempaskan si penjahat berparah.Hal ini justru membuat penjahat berkeris semakin meradang sebab menganggap bahwa si Pemuda Tiongkok sedang merendahkan dirinya.“Terima seranganku, bajingan!”Swiing!Begitu menjejak tanah, si penjahat langsung mengibaskan keris di tangannya sedemikian rupa.Gerakan itu cukup indah di mata Feng. Tapi tentu saja, dia tidak ingin terluka atau mati sia-sia karena hal tersebut sehingga menggunakan pedang yang telah dia sar
last updateLast Updated : 2023-12-24
Read more

Makhluk Sosial

Ketiga penjahat menyadari bahwa dua orang yang mereka usik bukanlah orang sembarangan. Terlebih lagi, dengan ujung pedang di tangan sang gadis tepat berada di depan leher salah seorang dari mereka.“Adik!” Feng sedikit khawatir bila sang istri bertindak lebih jauh daripada yang semestinya.“Tidak, Kak Jian,” timpal Huang tanpa mengalihkan pandangannya dari ketiga penjahat yang menjemplok di tanah. “Sudah cukup jelas bahwa mereka bertiga adalah para penculik yang menargetkan para gadis untuk kemudian dijual sebagai wanita penghibur.”“Aku tahu,” kata Feng. “Tapi―”“Mereka harus mati, Kakak!” balas Huang dengan sorot mata yang begitu mengerikan pada ketiga penjahat. “Mereka pantas berada di Neraka!”Dalam ketakutan dan kekhawatiran mereka atas nyawa di badan, ketiga penjahat lantas berlutut dengan cepat di hadapan Huang dan Feng.“Pendekar Muda,” ucap si pimpinan yang kehilangan pedang lenturnya. “Mohon berbelaskasihan pada kami.”“Benar, Pendekar,” kata yang di kanan. “Kami mengaku sal
last updateLast Updated : 2023-12-25
Read more

Menuju Air Hitam

Zhou Hoaren meninggalkan penginapan di tepi rawa di Lubuk Linggau, meneruskan perjalanannya ke arah timur.Meski telah menunggangi seekor kuda hitam yang ia beli pada penduduk tempatan, namun si Pria Tiongkok sama sekali tak hendak terburu-buru.Seolah-olah, perjalanannya itu adalah sebuah darmawisata saja baginya. Sembari terus mengejar keinginannya, Hoaren juga menikmati setiap pemandangan yang ia temukan, atau keramaian yang ia lewati.Sementara itu, Feng dan Huang akhirnya tiba di Lubuk Linggau, satu setengah hari kemudian.Di satu kedai makan, pasangan suami-istri muda itu mendapatkan informasi bahwa orang yang mereka cari, yakni Zhou Hoaren pernah berada di kawasan tersebut.“Yaah,” ujar seorang pria paruh baya pada Huang. “Laki-laki Tiongkok itu baru-baru ini memang tinggal di satu penginapan di kawasan ini.”“Di mana itu?” desak Huang.“Hmm, sebuah penginapan yang ada di sisi timur,” jawab sang pria. “Berdekatan dengan sebuah rawa.”Huang saling lirik dengan suaminya dan menga
last updateLast Updated : 2023-12-26
Read more

Niat Terselubung

Sang ayah di keluarga itu memiliki badan yang lebih kurus dan sedikit lebih rendah daripada pemuda yang dikonfrontasi. Akan tetapi, dia punya ego dan kelicikan yang lebih tinggi.“Jangan menyalahkanku jika aku bertindak kasar padamu, Anak Muda!” bentaknya dengan menghunus parangnya yang memiliki ujung bengkok.“Uda …” remaja 15 tahun semakin gemetar di belakang kakak laki-lakinya.“Tenanglah, Adik,” bisik sang pemuda. “Aku tidak akan membiarkan orang-orang ini balanteh angan kepada kita hanya lantaran kita adalah anak yatim piatu!”“Ouh, kau punya urat juga rupanya untuk terus membantahku, hah?” teriak si pria dengan parang bengkoknya. “Balanteh angan kau bilang? Sudah kenyataan di depan mata kalian bahwa ketiding dan ikan-ikan itu milik kami, dan kalian masih saja berkilah!”Sang pemuda menjatuhkan ketiding yang setengahnya dipenuhi oleh ikan-ikan hasil dari lukah sebelumnya ke tanah.Tentu saja, pikirnya. Satu keluarga yang menuduh dia dan adiknya mencuri ketiding dan ikan hasil tan
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more

Kelicikan Dibalas Kelicikan

“Desa kecil ini berada di kawasan paling barat Air Hitam,” ucap pria 40 tahun pada tamunya. “Untuk sampai ke Sriwijaya di Palembang, engkau harus menempuh perjalanan ke timur. Setidaknya, akan menghabiskan waktu dua hari dengan berkuda.”“Begitu, ya?” Zhou Hoaren mengangguk-angguk. “Terima kasih sudah memberi saya petunjuk arah.”“Tidak,” si kepala keluarga terkekeh. “Jangan sungkan padaku, Anak Muda. Kau penyelamat keluarga kami. Dan maaf jika rumah kami tidak begitu nyaman bagimu.”“Oh, tidak,” kekeh Hoaren dan menyeruput secangkir teh hangat. “Anda punya rumah yang lebih besar dibandingkan rumah penduduk lainnya yang saya lihat dalam perjalanan ke sini tadi. Dan ini cukup nyaman, menyenangkan.”“Ahh, engkau sangat pandai memuji, Anak Muda.”Dan keduanya tertawa-tawa.Sedangkan di dapur, sang ibu sedang memberikan sebuah usulan pada putrinya.“Kau sudah lihat si Orang Gagah itu, bukan?” bisik sang ibu pada sang gadis.Sang gadis tersenyum senang dan mengangguk.“Dia pasti dari kelua
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more

Dilamun Mimpi

“Langit sudah gelap,” ucap sang suami seraya memandang ke arah luar dari jendela yang terbuka di ruang depan. Dia melirik lagi pada istrinya. “Tapi, putri kita dan si Anak Muda itu belum juga kembali.”“Apa yang engkau khawatirkan?” sang istri terkikik pelan. “Suamiku?”“Tentu saja aku khawatir,” balas sang suami. “Bagaimana jika ternyata si Pria Tiongkok itu menipu kita? Astaga … aku harus menyusul mereka ke sungai di belakang sekarang!”“Jangan konyol!”Sang suami menghentikan langkah, memandang dengan kening mengernyit pada istrinya.“Dengar,” lanjut sang istri, “mereka baru saja saling mengenal. Tentu saja, akan butuh waktu untuk bisa lebih intim. Apa kau tidak memahami ini, hmm?”Sang suami terdiam sejenak, lalu tersenyum lebar.“Kau benar,” ucapnya. “Yaah, kau benar, Istriku. Pasti butuh basa-basi yang sangat canggung sekali. Terlebih lagi, putri kita adalah seorang gadis pemalu yang belum pernah tersentuh laki-laki mana pun.”“Yaah, itulah yang aku maksud.”Suami-istri itu mela
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

Sebuah Balasan Pasti

Sang pemuda terkejut dan seketika merasa sedikit khawatir. Pun begitu terhadap sang adik yang langsung merapat ke belakangnya.“Uda …”Sang kakak memberikan isyarat dengan rentangan tangannya dan pandangan yang tak beranjak dari Feng dan Huang.Feng dan Huang saling pandang. Sikap kakak beradik di hadapan mereka mengindikasikan sesuatu. Sesuatu yang berkaitan dengan orang yang mereka cari.Huang tampil ke depan. “Kalian mengetahui sesuatu, bukan?”“Menjauhlah dari kami!” seru si pemuda. “Kami tidak ada urusan dengan kalian!”Kembali suami-istri itu saling pandang. Sikap pemuda itu menjadi bertolak belakang dengan sesaat sebelumnya.“Yaah,” bisik Huang pada suaminya. “Mereka pasti mengetahui sesuatu!”Feng menghela napas lebih dalam untuk tetap terlihat tenang, lalu tersenyum pada kakak beradik di hadapannya.“Dengar,” ucapnya. “Kami berdua bukanlah orang jahat. Tapi, orang yang kami cari ini, dia sangat berbahaya. Seorang buronan, dan kami berdua bertugas untuk menangkap, lalu membawa
last updateLast Updated : 2023-12-30
Read more

Karma Mengerikan

Zhou Hoaren langsung turun untuk menemui Dainar, gadis yang sedang memasak sesuatu di halaman belakang rumahnya.Sang gadis tersenyum manis ketika mendapati si Pria Tiongkok menghampirinya, berpikir bahwa sang pria telah benar-benar jatuh ke pelukannya.“Tuan,” sapanya dengan lembut.Sang pria berdeham, dua tangan berada di pinggang, dan memandangi sesuatu di dalam kuali hitam di hadapan sang gadis.“Apa yang engkau masak, Dainar?”“Ahh, bukan hal yang istimewa,” ucap sang gadis dan kembali menggunakan sendok besar untuk membalikkan potongan daging ikan di dalam kuali. “Hanya menggoreng bebera ekor ikan saja.”“Begitu, ya?” Hoaren menyeringai tipis.“Hmm, ngomong-ngomong,” kata sang gadis dengan tatapan malu-malu pada sang pria. “Apakah engkau suka ikan goreng, Tuan?”Sang pria terkekeh dan semakin menghampiri sang gadis. Dia meraih tangannya dan menariknya ke dalam pelukannya.“Tu-Tuan, jangan …” Dainar tertunduk. “Ki-Kita sedang berada di luar. Takutnya orang-orang melihat―”“Bagaim
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

Perangkap yang Telah Disusun

Seorang pria 30 tahunan yang sedang memikul dua keranjang berisi sayur-sayuran menghentikan langkahnya, tepat di jalan tanah di depan rumah Asman.“Siapa yang menjerit barusan?” gumamnya seraya memandang ke sana kemari. “Tidak mungkin hantu. Mana ada hantu di siang hari seperti ini!”Dia mereguk ludah.Tapi dia tidak salah mendengar, jeritan barusan yang dia dengar adalah jeritan Rusniar ketika menyaksikan Zhou Hoaren dengan sadis mencabut jantung suaminya, Asman.Tepat ketika tatapannya tertuju ke pintu depan rumah Asman yang terbuka, dia menemukan seorang Pria Tiongkok berpakaian serbabiru sedang berdiri di ambang pintu.“He-Hei!” serunya dengan mengangkat satu tangan. “Siapa yang berteriak barusan? Apakah kau mendengarnya?”Sang pria mengernyit dan semakin mendekati pagar depan dari halaman depan yang luas.“Hei, Bung,” katanya, lagi. “Apakah kau tamu Pak Asman dan istrinya?”Sosok yang tak lain adalah Hoaren sendiri itu melirik dengan tatapan tajam pada si pedagang sayur, dan sepa
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

Kegelisahan Dangmudo Basa

Kirat baru saja keluar dari Balai Pertemuan― aula Kerajaan Minangatamvan―dan menyusuri satu lorong yang akan menuntunkan ke arah halaman belakang istana.Dia menghentikan langkah ketika matanya menemukan Dangmudo Basa sedang berdiri tenang di tepi sebuah kolam besar, di tengah-tengah taman belakang.Dia mendesah panjang sebelum memutuskan untuk menghampiri sang Putra Mahkota.“Anda tahu bahwa kondisi Anda yang sekarang ini sangat terbuka untuk diserang dari mana saja, bukan?”Dangmudo Basa tersenyum dan menjatuhkan pandangannya ke permukaan kolam yang beriak kecil.Kolam besar yang berisi berbagai ikan hias itu mendapatkan airnya dari aliran sebuah anak sungai di balik tembok istana, dan akan terus kembali ke aliran itu sendiri demi menjaga kesegaran dan kebersihan air kolam itu sendiri.“Angku Mudo.”“Kirat,” sang Putra Mahkota menghela napas lebih dalam.Dia mendongak, menatap langit pagi yang begitu cerah, seolah menjanjikan pada semua makhluk di Bumi bahwa kehidupan akan baik-baik
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status