Home / Pendekar / Feng Huang - Kitab 3: Pedang Surga / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Feng Huang - Kitab 3: Pedang Surga: Chapter 101 - Chapter 110

147 Chapters

Kekhawatiran Arrumanda dan Kearifan Raja

Dapunta Hyang melangkah dengan santai didampingi oleh Guru Ma di sisi kanan, sedangkan Daiyun berada di belakang keduanya.Obrolan keduanya terlihat sangat ringan dan dalam kehangatan sehingga sesekali sang Datu Maharaja tampak tersenyum bahkan tertawa pelan.Datu Telinga Utara menghela napas lega sembari memberi isyarat pada empat dayang bahwa sang raja sedang menuju ke arah mereka, pintu utama kuil yang terbuka lebar.Sang raja hanya sedikit mengernyitkan kening ketika mendapati bahwa Arrumanda berdiri bersama empat dayang, menunggu dirinya.Dia berputar menghadap Guru Ma.“Baiklah, Guru,” ucapnya dengan tangan menggenggam tangan sang Guru Besar. “Sampai nanti. Masih banyak hal yang ingin saya bicarakan dengan Anda.”“San chai, san chai,” Guru Ma sedikit membungkuk, begitu juga dengan Daiyun. “Senang berdiskusi dengan Anda, Yang Mulia. Semoga diberkahi.”“Terima kasih.”Dapunta Hyang tersenyum dan memberikan rasa hormatnya pada Biksu Budha tersebut dengan sedikit membungkukkan badan
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more

Kesaksian Meragukan

Sehari sebelum malam Bulan Mati.Galang berdiri di bagian belakang rumah keluarga Asman. Hanya dia seorang di sana, sementara sebagian anak buahnya sedang memeriksa di bagian dalam rumah, dan yang sebagian lainnya mencoba bertanya ini dan itu pada tetangga terdekat.Sayangnya, rumah-rumah terdekat dari tempat kejadian perkara itu sendiri berjarak belasan meter, dan tak jarang terhalang oleh pepohonan.Sang komandan menghela napas dalam-dalam menatap pada kuali di atas tungku dan di dalam kuali masih terdapat minyak. Tentu saja, tungku itu tidak sedang menyala.Tapi, tidak ada lagi dua jantung manusia yang sebelumnya pernah digoreng di dalam kuali yang sama kini.Tidak pula jasad Asman ataupun putrinya, Dainar yang ketika pertama ditemukan tergeletak di tanah, berdampingan dengan dada yang sama berlubang.Tatapan sang komandan beralih pada parang berkarat yang tertancap dalam di dinding sisi kanan dari pintu belakang.Sama, mayat Runiar dengan kepala terpapas juga tidak lagi ada di san
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

Misi Kecil Daiyun

Daiyun menyembunyikan diri dengan merapatkan punggung ke tembok ketika ujung matanya menemukan tiga Prajurit Sriwijaya yang sedang melangkah ke arah kanan.Dia bahkan sampai menahan napas sebab dia tahu di antara para prajurit ada pula mereka yang dari kalangan pesilat.Dengan kata lain, sekali gerakannya terdengar oleh para prajurit, maka dia juga akan membahayakan nyawa dan keberadaan Guru Ma di istana.Mungkin terdengar sepele, tapi Daiyun tak ingin ambil risiko. Terlebih lagi, apa yang sedang dia lakukan bukanlah sebuah permintaan dari sang Guru Besar, tidak pula melalui perudingan dengannya.Setelah tiga prajurit itu berlalu, barulah Daiyun bisa bernapas sedikit dengan lega.Dia telah mempersiapkan dirinya sebelum menjalankan misi kecilnya itu. Yakni dengan memakai pakaian yang sama dengan para prajurit, antisipasi terhadap hal-hal yang tidak ia inginkan nanti. Tertangkap basah, misalnya.Dengan menggunakan kain pengikat kepala untuk menyarukan kepalanya yang plontos, dia akhirny
last updateLast Updated : 2024-02-14
Read more

Dendam Orang-Orang Sakti

“Maafkan saya, Guru,” Daiyun bahkan menyentuhkan keningnya ke lantai. “Seandainya saya berunding terlebih dahulu dengan Guru, saya takut Guru akan melarang saya. Sementara, hati saya berkata bahwa saya harus membantu Tuan Muda Feng dan Nona Huang sesegera mungkin. Setidaknya, mengetahui akar permasalahannya.”Guru Ma menghela napas lebih dalam, tatapannya tetap teduh tertuju pada si Biksu Muda.“Angkatlah wajahmu, Daiyun.”Sang Biksu Muda mengikuti ucapan sang Guru Besar meski masih berlutut di sana.“Semua sudah terjadi dan percuma saja untuk disesali.”“Guru,” ucap Daiyun. “Saya rela menjalani hukuman seperti apa pun yang akan Guru perintahkan.”Guru Ma tersenyum tipis.“San chai, san chai. Tidak ada hukuman yang lebih baik untukmu selain dari mendalami Sutra. Pergilah, dan jangan berani melakukan hal semacam ini lagi.”Biksu Muda mengangguk.Setelah keluar dari kamar Guru Ma, Daiyun langsung menuju ke kamarnya. Di dalam kamar, dia membuka sebuah Sutra dan akan menghabiskan waktunya
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more

Persekutuan Sebelum Penyerangan

“Sebenarnya, Inyiak Marapi,” ungkap si Mata Malaikat. “Anak buahku bisa keluar kapan saja mereka mau.”Lagi, ucapan si Pemimpin Penjahat Bukit Tigapuluh itu membuat Inyiak Marapi, Kiuang Ameh, dan Ruyuang Salatan mengernyitkan dahi.“Itu benar,” timpal Siwan. “Mereka telah memegang kunci di tangan masing-masing, hanya menunggu waktu yang tepat saja bagi mereka keluar, lalu menyerang istano dari dalam bersama prajurit gadungan yang telah kami susupkan.”“Tidak banyak,” tambah si Mata Malaikat. “Tapi kegaduhan dari dalam akan sangat mempengaruhi orang-orang istano. Percaya padaku!”“Baiklah!” Kiuang Ameh mengangguk-angguk kecil. “Kupikir, kalian pasti sudah merencanakan hal ini dengan sangat baik.”“Yaah, aku setuju,” sambut Inyiak Marapi.“Sekarang,” lanjut Kiuang Ameh. “Katakan rencana utamanya pada kami, Amugar!”Si Mata Malaikat terkekeh lalu mereguk tuak di cangkirnya sampai habis.“Kita akan menyerang dari tiga arah!”“Tiga arah?” kening si Kiuang Ameh kembali mengernyit. “Apa yan
last updateLast Updated : 2024-02-18
Read more

Sebuah Mimpi

“Entahlah!” Dangmudo Basa mendesah panjang dengan tertunduk dan dua tangan berada di pinggang.Tapi empat pengawal pribadinya itu dapat melihat satu senyuman tak biasa di sudut bibirnya.“Mungkin benar kata-kata orang tua.”“Hah?!” Kanteh mengernyit.Begitu pula dengan tiga rekannya demi mendengar ucapan snag Putra Mahkota.Dangmudo Basa tertawa tanpa suara memandang langit nan membiru dan gerombolan burung terbang ke arah yang berbeda nun jauh di atas sana.“Jinak-jinak merpati,” gumamnya setengah tak terdengar. “Di saat kau mengira bahwa seorang gadis akan tertawan oleh hatimu, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Ahh, aku tidak akan pernah memahami hati wanita.”Mengertilah keempat pengawal itu dengan apa yang diucapkan oleh sang Putra Mahkota.Kirat datang menghampiri.“Jangan terlalu engkau pikirkan, Angku Mudo,” ucapnya seraya menyentuh bahu si pemuda rupawan. “Lagi pula, gadis itu seorang pendekar. Dan seorang pendekar, tidak terbiasa terikat dengan banyak hal. Salah satunya, a
last updateLast Updated : 2024-02-20
Read more

Bergerak dalam Senyap

“Benar, Paduko,” ujar seorang Datuk Hulubalang. “Orang-orang jadi bertanya-tanya. Jangan sampai hal ini menimbulkan keresahan pada rakyat.”Datuak Rajo Tuo melirik pada putranya.Ini adalah sedikit ujian bagi sang Putra Mahkota dalam hal kepemimpinan, sehingga, dia menunggu dan menyerahkan keputusan tersebut pada Dangmudo Basa.Sang anak memahami itu dan mengangguk kecil sebelum menghadap pada Sembilan Cadiak Pandai dan Tujuh Hulubalang Kerajaan.“Datuk-Datuk sekalian,” ucap sang Putra Mahkota. “Tidak ada hal yang istimewa, hanya sedikit kejutan bagi para prajurit saja. Ya, katakanlah, semacam latihan agar mereka selalu bersiap sedia.”Para Cadiak Pandai dan Hulubalang sama mengernyit, ada pula yang saling pandang satu sama lain.“Angku Mudo?” Datuk Cadiak Pandai yang sama masih menuntut penjelasan yang lebih baik daripada sekadar sebuah latihan kejutan.Dangmudo Basa mengendikkan bahu.Bagaimanapun, dia sangat yakin sang ayah tak hendak membeberkan cerita mengenai mimpinya yang cukup
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

Serangan Dimulai

Saliah keluar dari kamar penjaranya dengan tenang. Terlalu tenang sebab dia menutupi diri dengan pakaian ala Prajurit Minanga.Sementara tubuh kaku si prajurit palsu disembunyikan di bawah dipan dengan kondisi hampir telanjang.Tepat seperti dugaannya.Rekan-rekan si prajurit palsu telah mengambil alih kondisi di dalam penjara. Mereka mengeluarkan para tahanan yang rata-rata mendukung upaya untuk melakukan keributan yang telah direncanakan dan dipersiapkan.Satu hal yang dipikirkan oleh Saliah adalah tentang prajurit yang sebenarnya.Mereka, para prajurit asli itu mungkin sudah mati dan mayat mereka dibuang di tempat-tempat yang jauh dari pandangan.Sembari terus melangkah di antara para tahanan dan prajurit palsu, Saliah tetap berwaspada. Dia tidak takut sama sekali pada orang-orang itu. Lagi pula, tidak akan ada yang mengenalinya.Gerombolan yang lebih dari seratus orang itu akhirnya berhenti di dekat gerbang penjara.Empat orang penjaga pintu gerbang merentangkan tangan tanpa menol
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Mendobrak Gerbang Kotaraja

Kirat, Kanteh, dan Kamba tiba di kamar tidur utama sang raja.Mereka menemukan bahwa Datuak Rajo Tuo berdiri di dekat jendela yang menghadap ke halaman belakang.“Paduko!”Sang raja menghela napas dalam-dalam dengan tangan berada di belakang pinggang.“Firasat itu benar adanya, Kirat,” ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari bayang seratus orang yang bergerak menuju istana di halaman belakang itu. “Entah dosa apa yang telah kuperbuat sehingga bahkan para prajuritku sekalipun, membangkang terhadap istana.”“Paduko,” Kirat lebih mendekat bersama dua rekannya. “Menjauhlah dari jendela, itu tidak baik bagi keselamatan Anda!”Kamba melirik pada empat dayang muda yang terlihat cemas di sudut lain kamar.“Tetaplah kalian di sini,” ucapnya. “Temani Yang Mulia apa pun yang terjadi!”Dengan ragu-ragu, empat dayang sama menundukkan kepala.“Jangan pernah meninggalkan Yang Mulia,” ucap Kanteh pula yang ia tujukan pada Kirat dan Kamba.Kembali pada seratus orang yang semakin mendekat pada romb
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

Bantuan Kecil

“Takut kau bilang?” Kiuang Ameh mendengus dan menggeram. Lantas di berteriak lantang pada seratus orang bersama mereka. “Serang… Hancurkan Gerbang Selatan!” Gerakan mereka di sisi ini terpecah dalam tiga kelompok.Kelompok pertama adalah mereka yang menggunakan perahu mendekati Gerbang Selatan bersama Kiuang Ameh dan Ruyuang Salatan.Sedangkan dua kelompok lainnya bergerak di antara pepohonan yang ada di sisi kiri kanan kanal.“Hentikan mereka!” teriak seorang prajurit yang berjaga di balik pintu besi berjeruji.Lima prajurit yang berdiri di atas gerbang sama membidik dan melepaskan anak panah mereka untuk menghentikan langkah orang-orang yang berusaha mendobrak pintu gerbang.Begitu juga dengan mereka yang berada di balik pintu gerbang.Dengan menggunakan tombak dan pedang, mereka menusuk orang-orang liar yang mencoba mendobrak pintu besi berdaun ganda, lewat celah-celah di antara jeruji.“Bodoh!” Kiuang Ameh menggeram.Tanpa basa-basi, pria yang satu ini lantas mencebur ke dalam ka
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status