Share

Persekutuan Sebelum Penyerangan

“Sebenarnya, Inyiak Marapi,” ungkap si Mata Malaikat. “Anak buahku bisa keluar kapan saja mereka mau.”

Lagi, ucapan si Pemimpin Penjahat Bukit Tigapuluh itu membuat Inyiak Marapi, Kiuang Ameh, dan Ruyuang Salatan mengernyitkan dahi.

“Itu benar,” timpal Siwan. “Mereka telah memegang kunci di tangan masing-masing, hanya menunggu waktu yang tepat saja bagi mereka keluar, lalu menyerang istano dari dalam bersama prajurit gadungan yang telah kami susupkan.”

“Tidak banyak,” tambah si Mata Malaikat. “Tapi kegaduhan dari dalam akan sangat mempengaruhi orang-orang istano. Percaya padaku!”

“Baiklah!” Kiuang Ameh mengangguk-angguk kecil. “Kupikir, kalian pasti sudah merencanakan hal ini dengan sangat baik.”

“Yaah, aku setuju,” sambut Inyiak Marapi.

“Sekarang,” lanjut Kiuang Ameh. “Katakan rencana utamanya pada kami, Amugar!”

Si Mata Malaikat terkekeh lalu mereguk tuak di cangkirnya sampai habis.

“Kita akan menyerang dari tiga arah!”

“Tiga arah?” kening si Kiuang Ameh kembali mengernyit. “Apa yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status