Audrey mengulurkan tangannya dan menunjuk ke laci di samping.Zayden menuju laci itu. Setelah mencari-cari, dia menemukan antiseptik dan plester. "Mungkin akan sedikit sakit, bertahanlah," kata Zayden dengan nada lembut, seolah-olah sedang menghibur Audrey.Audrey merasa jantungnya langsung berdebar. Dia baru menyadari entah sejak kapan, setiap tindakan Zayden ini bisa membuatnya berdebar. Namun, dia memberi tahu dirinya sendiri untuk tidak terbawa perasaan. Audrey segera mengalihkan pandangannya, tidak berani terus memandang Zayden. "Nggak apa-apa, kamu obati saja."Zayden membersihkan luka Audrey dengan cekatan, lalu membalutnya dengan baik. "Sudah selesai, lebih hati-hati kelak."Audrey menganggukkan kepalanya dan bangkit untuk kembali ke dapur. Melihat situasi itu, Zayden mengernyitkan alisnya. "Apa lagi yang ingin kamu lakukan?"Zayden membatin, 'Tangannya sudah terluka, apa dia masih tidak bisa beristirahat sejenak?'"Barang di sini berantakan, aku akan rapikan." Saat mengatakan
Baca selengkapnya