Setelah mengatakan itu, Audrey menahan rasa sakit di hatinya dan berbalik, lalu pergi. Zayden menahan rasa kesal di hatinya dan tidak menghalangi Audrey lagi. Saat sosok Audrey menghilang dari hadapannya, Zayden baru mengentakkan kakinya dan menendang tong sampah di depannya. "Sialan!"Selama ini, Zayden selalu menghindari wanita. Audrey adalah satu-satunya wanita yang ingin dia dekati. Namun sayangnya, tidak peduli apa pun yang dia lakukan, selalu sia-sia saat menghadapi Audrey. Bahkan niat baiknya untuk mengajak Audrey makan di luar agar Audrey tidak perlu memasak di dapur pun ditolak Audrey. Dia langsung kehilangan selera makan juga karena merasa sangat marah. Dia pergi meninggalkan restoran sendirian dengan kesal.....Setelah keluar dari restoran, Audrey berjalan sendirian di jalanan. Dia memang bukan orang yang kejam. Jika ada yang baik kepadanya, dia selalu ingin membalas kebaikan orang itu berkali-kali lipat. Dia sudah berusaha keras untuk mengatakan perkataan tadi kepada Zayde
Caleb mengangguk. "Di sini tempatnya. Tuan Zayden menunggumu di atas, ayo kita cepat pergi."Audrey mengikuti di belakang Caleb dan naik ke kapal pesiar itu, Begitu masuk, Audrey merasa terkejut lagi saat melihat ruangan yang begitu besar dihiasi dengan mewah. Terdapat menara sampanye di bawah lampu kristal yang mencolok. Berbagai macam sampanye impor yang mahal itu ditata dengan indah dan membuat semua orang yang melihatnya merasa terpukau.Audrey datang terlambat, sehingga sebagian besar tamu juga sudah masuk. Dari kejauhan, dia bisa melihat sekelompok wanita elegan sedang berbaur dan mengobrol dengan para tuan muda. Tadinya dia mengenakan gaun panjang yang sangat sederhana ini karena tidak ingin menarik perhatian. Tak disangka, penampilannya itu malah sungguh tidak pantas dengan pesta itu.Untungnya, Zayden tidak berada di tengah acara itu, melainkan berada di lantai dua yang sepi. Dia hanya bisa menahan perasaan gelisahnya dan mengikuti di belakang Caleb. Setelah keduanya berjalan
Christian tidak tertarik untuk berbaur dan mengobrol dengan mereka, tetapi Timothy dan orang tuanya ada di belakangnya. Christian juga tidak ingin mereka mengetahui rencananya, sehingga dia terpaksa tersenyum dan mengobrol dengan para wanita itu.Melihat putranya sepertinya benar-benar sudah melupakan wanita itu, Vivi menghela napas lega.Audrey berdiri di lantai dua dan matanya tertuju kepada Christian yang berbaur di pesta dengan santai. Dia juga mengerti pesta ini yang dikatakan untuk menyambut kepulangan Christian, sebenarnya lebih bermaksud untuk memperkenalkan lebih banyak wanita keluarga terhormat kepada Christian. Dia akhirnya mengerti mengapa Zayden mengajaknya ke pesta ini. Bagaimanapun juga, Zayden mengira anak di kandungannya adalah milik Christian. Oleh karena itu, Zayden ingin melihatnya menangis tersedu-sedu.Namun, saat melihat Christian sedang mengobrol dengan para wanita itu, Audrey tidak merasa marah. Awalnya, dia mengira dia akan sedih jika melihat pria yang pernah
Jarang sekali Audrey tidak menghindari tatapan Zayden seperti biasanya. Semua yang terjadi hari ini benar-benar membuatnya marah. Sebab, di mata Zayden, apa pun yang dia lakukan selalu salah. Zayden selalu saja menganggapnya sebagai wanita yang penuh dengan motif tersembunyi dan rencana jahat, sehingga tidak pantas untuk dipercayai.Zayden melihat mata Audrey yang sangat indah dan jernih itu sedang menatapnya dengan tulus. Dia tidak tahu harus mengatakan apa dan hanya menatap mata Audrey dengan bengong. Posisi keduanya saling memandang dengan tenang. Tidak ada seorang pun yang berbicara untuk memecah keheningan di antara mereka.Zayden tiba-tiba memiliki pemikiran yang aneh. Dia mulai meragukan apakah dirinya ini benar-benar telah salah paham? Jika tidak, mengapa dia tidak melihat ada sedikit pun kebohongan di tatapan Audrey?Saat Zayden hendak mengatakan sesuatu, terdengar suara ketukan pintu dari luar. "Tuan Zayden, Pak Timothy menyuruhmu segera ke bawah sebentar."Mendengar nama Tim
Namun, Christian juga tidak bodoh. Dia tidak akan mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya dikatakan di hadapan begitu banyak orang dan memberi Zayden kesempatan untuk mencelakainya. Christian hanya bisa diam-diam mengepalkan tinjunya dengan erat. Dia harus bersabar hingga mendapat kekuasaan dan mencari cara untuk menemukan ibu Audrey.Timothy yang berdiri di samping tidak mengerti maksud sindiran dalam percakapan mereka. Melihat kedua orang itu sepertinya sedang asyik mengobrol, dia juga merasa lega.Melihat suasana hati Timothy sedang baik, Shania juga segera mengangkat gaunnya dan mendekat. Sikap Zayden terhadapnya masih sangat dingin beberapa hari ini. Hal ini membuat Shania mulai berencana untuk mencari dukungan Timothy. Dengan adanya dukungan Timothy, kesempatannya untuk muncul di hadapan Zayden tentu juga akan lebih banyak.Melihat Shania datang, Timothy juga langsung melambaikan tangannya ke arah Zayden. "Zayden, acara dansa akan segera dimulai, bagaimana kalau kamu menari b
Ucapan Shania membuat Timothy tenang. Timothy menarik napas dalam-dalam, lalu menepuk-nepuk punggung tangan Shania. Dia merasa sangat bersalah dengan kejadian hari ini.Timothy berkata, "Apa yang kamu bilang memang benar, jangan sampai ada masalah yang muncul malam ini. Zayden yang berutang padamu."Shania merasa lebih tenang setelah mendengar perkataan Timothy. Namun, Shania tidak menunjukkannya, dia menggeleng dan berucap, "Aku yang kurang baik sehingga Zayden nggak suka denganku. Aku nggak menyalahkan dia."Timothy mendesah saat melihat Shania yang pengertian. Dia cukup menyukai Shania. Timothy berjanji, "Kamu tenang saja. Bagaimanapun, Keluarga Moore pasti akan bertanggung jawab agar kamu nggak merasa dirugikan."....Setelah pergi, Zayden juga tidak tertarik lagi untuk mengikuti acara perjamuan. Jadi, dia tidak berbincang dengan siapa pun dan langsung meninggalkan lokasi perjamuan. Hanya saja, Zayden yang baru meninggalkan kerumunan dihalangi oleh seorang pria.Pria itu berujar, "
Setelah kehilangan kendali untuk beberapa saat, Shania segera menenangkan dirinya, lalu kembali ke acara perjamuan. Sementara itu, Vivi sedang memperhatikan Christian yang berdansa bersama seorang wanita yang disukainya. Melihat putranya yang keras kepala akhirnya berubah pikiran, Vivi merasa gembira.Saat hendak mengambil makanan, Vivi diadang oleh Shania. Vivi mengernyit dan bertanya, "Nona Shania, ada apa?"Sejak terakhir kali Vivi yang berniat jahat malah dijebak oleh Audrey, dia tidak berani sembarangan mendekati orang-orang yang berhubungan dengan Zayden. Jadi, dia juga tidak ingin bersikap ramah kepada Shania.Shania tidak memedulikan sikap Vivi kepadanya, dia mengamati sekeliling untuk memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka berdua. Kemudian, Shania berbisik, "Tadi aku melihat Audrey di lantai 2, sepertinya dia juga datang. Apa Keluarga Moore yang mengundangnya atau ...."Awalnya, Vivi tidak berniat untuk berbincang dengan Shania. Namun, begitu mendengar nama Audrey, rau
Sebelum Audrey sempat merespons, pintu kamar telah ditutup. Audrey menutup hidungnya saat mencium bau alkohol yang tajam. Audrey hendak memapah Zayden, tetapi dia baru menyadari bahwa pria ini bukan Zayden.Audrey mengernyit, ada apa ini? Jangan-jangan, pelayan itu salah melihat kamar. Tadi, Audrey mendengar pelayan menyebut "Tuan Moore", jadi dia mengira orang yang mabuk adalah Zayden. Tidak disangka, orang ini hanya memiliki marga yang sama dengan Zayden.Audrey yang merasa tidak berdaya pun mendorong bahu pria itu dan berujar, "Tuan, bangun. Kamu salah masuk kamar."Rowen membuka mata. Saat melihat wanita di hadapannya, hasrat Rowen terbangkitkan. Dia mengulurkan tangan dan hendak merangkul pinggang Audrey, lalu berujar, "Cewek cantik, kamu sudah nggak sabar, ya?"Audrey terkejut begitu mendengar ucapan Rowen. Tampaknya, pria ini berniat jahat. Audrey membentak, "Aku nggak kenal denganmu, cepat keluar! Kalau nggak, aku akan teriak!"Audrey berusaha menahan ketakutannya. Meskipun tid