"Audrey, apa maksudmu? Apa ... yang aku takuti?"Shania yang panik mulai berbicara dengan terbata-bata. Bisa dibilang, perkataan Audrey tepat mengenai hal yang paling ditakutinya. Namun, Audrey sama sekali tidak tertarik dengan ketakutan Shania. Dia hanya menatap Shania dengan tenang dan berkata, "Kamu mengerti sendiri apa maksudku."Setelah berkata demikian, Audrey langsung mengulurkan tangannya untuk mendorong dan tidak memedulikan Shania lagi. Wajah Shania menjadi pucat dan bibirnya bergetar. Dia tiba-tiba mencengkeram tangan Audrey. "Katakan dengan jelas, apa yang kutakuti? Kamu ini hanya wanita yang diusir Keluarga Moore, apa yang perlu ditakuti? Apa kamu pikir kamu masih bisa bersama dengan Zayden? Jangan bermimpi!"Audrey terus memberontak, tetapi cengkeraman Shania sangat kuat dan membuatnya sulit untuk melepaskan diri. Melihat mata Shania yang memerah dan ekspresinya yang terlihat gila, Audrey merasa agak takut. Bagaimanapun juga saat Audrey sedang hamil, tidak ada untungnya
Setelah mengatakan itu, Audrey menahan rasa sakit di hatinya dan berbalik, lalu pergi. Zayden menahan rasa kesal di hatinya dan tidak menghalangi Audrey lagi. Saat sosok Audrey menghilang dari hadapannya, Zayden baru mengentakkan kakinya dan menendang tong sampah di depannya. "Sialan!"Selama ini, Zayden selalu menghindari wanita. Audrey adalah satu-satunya wanita yang ingin dia dekati. Namun sayangnya, tidak peduli apa pun yang dia lakukan, selalu sia-sia saat menghadapi Audrey. Bahkan niat baiknya untuk mengajak Audrey makan di luar agar Audrey tidak perlu memasak di dapur pun ditolak Audrey. Dia langsung kehilangan selera makan juga karena merasa sangat marah. Dia pergi meninggalkan restoran sendirian dengan kesal.....Setelah keluar dari restoran, Audrey berjalan sendirian di jalanan. Dia memang bukan orang yang kejam. Jika ada yang baik kepadanya, dia selalu ingin membalas kebaikan orang itu berkali-kali lipat. Dia sudah berusaha keras untuk mengatakan perkataan tadi kepada Zayde
Caleb mengangguk. "Di sini tempatnya. Tuan Zayden menunggumu di atas, ayo kita cepat pergi."Audrey mengikuti di belakang Caleb dan naik ke kapal pesiar itu, Begitu masuk, Audrey merasa terkejut lagi saat melihat ruangan yang begitu besar dihiasi dengan mewah. Terdapat menara sampanye di bawah lampu kristal yang mencolok. Berbagai macam sampanye impor yang mahal itu ditata dengan indah dan membuat semua orang yang melihatnya merasa terpukau.Audrey datang terlambat, sehingga sebagian besar tamu juga sudah masuk. Dari kejauhan, dia bisa melihat sekelompok wanita elegan sedang berbaur dan mengobrol dengan para tuan muda. Tadinya dia mengenakan gaun panjang yang sangat sederhana ini karena tidak ingin menarik perhatian. Tak disangka, penampilannya itu malah sungguh tidak pantas dengan pesta itu.Untungnya, Zayden tidak berada di tengah acara itu, melainkan berada di lantai dua yang sepi. Dia hanya bisa menahan perasaan gelisahnya dan mengikuti di belakang Caleb. Setelah keduanya berjalan
Christian tidak tertarik untuk berbaur dan mengobrol dengan mereka, tetapi Timothy dan orang tuanya ada di belakangnya. Christian juga tidak ingin mereka mengetahui rencananya, sehingga dia terpaksa tersenyum dan mengobrol dengan para wanita itu.Melihat putranya sepertinya benar-benar sudah melupakan wanita itu, Vivi menghela napas lega.Audrey berdiri di lantai dua dan matanya tertuju kepada Christian yang berbaur di pesta dengan santai. Dia juga mengerti pesta ini yang dikatakan untuk menyambut kepulangan Christian, sebenarnya lebih bermaksud untuk memperkenalkan lebih banyak wanita keluarga terhormat kepada Christian. Dia akhirnya mengerti mengapa Zayden mengajaknya ke pesta ini. Bagaimanapun juga, Zayden mengira anak di kandungannya adalah milik Christian. Oleh karena itu, Zayden ingin melihatnya menangis tersedu-sedu.Namun, saat melihat Christian sedang mengobrol dengan para wanita itu, Audrey tidak merasa marah. Awalnya, dia mengira dia akan sedih jika melihat pria yang pernah
Jarang sekali Audrey tidak menghindari tatapan Zayden seperti biasanya. Semua yang terjadi hari ini benar-benar membuatnya marah. Sebab, di mata Zayden, apa pun yang dia lakukan selalu salah. Zayden selalu saja menganggapnya sebagai wanita yang penuh dengan motif tersembunyi dan rencana jahat, sehingga tidak pantas untuk dipercayai.Zayden melihat mata Audrey yang sangat indah dan jernih itu sedang menatapnya dengan tulus. Dia tidak tahu harus mengatakan apa dan hanya menatap mata Audrey dengan bengong. Posisi keduanya saling memandang dengan tenang. Tidak ada seorang pun yang berbicara untuk memecah keheningan di antara mereka.Zayden tiba-tiba memiliki pemikiran yang aneh. Dia mulai meragukan apakah dirinya ini benar-benar telah salah paham? Jika tidak, mengapa dia tidak melihat ada sedikit pun kebohongan di tatapan Audrey?Saat Zayden hendak mengatakan sesuatu, terdengar suara ketukan pintu dari luar. "Tuan Zayden, Pak Timothy menyuruhmu segera ke bawah sebentar."Mendengar nama Tim
Namun, Christian juga tidak bodoh. Dia tidak akan mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya dikatakan di hadapan begitu banyak orang dan memberi Zayden kesempatan untuk mencelakainya. Christian hanya bisa diam-diam mengepalkan tinjunya dengan erat. Dia harus bersabar hingga mendapat kekuasaan dan mencari cara untuk menemukan ibu Audrey.Timothy yang berdiri di samping tidak mengerti maksud sindiran dalam percakapan mereka. Melihat kedua orang itu sepertinya sedang asyik mengobrol, dia juga merasa lega.Melihat suasana hati Timothy sedang baik, Shania juga segera mengangkat gaunnya dan mendekat. Sikap Zayden terhadapnya masih sangat dingin beberapa hari ini. Hal ini membuat Shania mulai berencana untuk mencari dukungan Timothy. Dengan adanya dukungan Timothy, kesempatannya untuk muncul di hadapan Zayden tentu juga akan lebih banyak.Melihat Shania datang, Timothy juga langsung melambaikan tangannya ke arah Zayden. "Zayden, acara dansa akan segera dimulai, bagaimana kalau kamu menari b
Ucapan Shania membuat Timothy tenang. Timothy menarik napas dalam-dalam, lalu menepuk-nepuk punggung tangan Shania. Dia merasa sangat bersalah dengan kejadian hari ini.Timothy berkata, "Apa yang kamu bilang memang benar, jangan sampai ada masalah yang muncul malam ini. Zayden yang berutang padamu."Shania merasa lebih tenang setelah mendengar perkataan Timothy. Namun, Shania tidak menunjukkannya, dia menggeleng dan berucap, "Aku yang kurang baik sehingga Zayden nggak suka denganku. Aku nggak menyalahkan dia."Timothy mendesah saat melihat Shania yang pengertian. Dia cukup menyukai Shania. Timothy berjanji, "Kamu tenang saja. Bagaimanapun, Keluarga Moore pasti akan bertanggung jawab agar kamu nggak merasa dirugikan."....Setelah pergi, Zayden juga tidak tertarik lagi untuk mengikuti acara perjamuan. Jadi, dia tidak berbincang dengan siapa pun dan langsung meninggalkan lokasi perjamuan. Hanya saja, Zayden yang baru meninggalkan kerumunan dihalangi oleh seorang pria.Pria itu berujar, "
Setelah kehilangan kendali untuk beberapa saat, Shania segera menenangkan dirinya, lalu kembali ke acara perjamuan. Sementara itu, Vivi sedang memperhatikan Christian yang berdansa bersama seorang wanita yang disukainya. Melihat putranya yang keras kepala akhirnya berubah pikiran, Vivi merasa gembira.Saat hendak mengambil makanan, Vivi diadang oleh Shania. Vivi mengernyit dan bertanya, "Nona Shania, ada apa?"Sejak terakhir kali Vivi yang berniat jahat malah dijebak oleh Audrey, dia tidak berani sembarangan mendekati orang-orang yang berhubungan dengan Zayden. Jadi, dia juga tidak ingin bersikap ramah kepada Shania.Shania tidak memedulikan sikap Vivi kepadanya, dia mengamati sekeliling untuk memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka berdua. Kemudian, Shania berbisik, "Tadi aku melihat Audrey di lantai 2, sepertinya dia juga datang. Apa Keluarga Moore yang mengundangnya atau ...."Awalnya, Vivi tidak berniat untuk berbincang dengan Shania. Namun, begitu mendengar nama Audrey, rau
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis