Home / Urban / Menantu Quadrilion Berkaki Palsu / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Menantu Quadrilion Berkaki Palsu: Chapter 71 - Chapter 80

138 Chapters

71. Kedatangan Soeparman yang Mendadak

“Kelemahan dia adalah bisnis gelapnya yang aku sudah memiliki beberapa bukti yang bisa menguatkan untuk dilaporkan ke pihak berwajib. Jadi, aku bisa mengendalikan mereka kalau mau berbuat macam-macam sama kamu.”“Kelemahan dia bukan ada pada bisnis gelapnya, Mas, tapi ayahnya adalah kelemahannya. Jika kamu menggunakan Baidi untuk menghancurkan Keanu maka dia akan tunduk dan mengaku salah di hadapan banyak orang. Baidi adalah segalanya untuk dia dan tanpa ayahnya, dia gak akan bisa berbuat apa pun. Keanu memang jahat, tapi otaknya ada pada ayahnya. Dia hanyalah boneka yang dimanfaatkan oleh Baidi untuk memperoleh keuntungan,” kata Cahaya tegas sembari menatap lamat.Arya mengalihkan pandangan dan memikirkan semua ucapan yang dikatakan oleh Cahaya. Semua ucapan istrinya memang benar, semua kebutuhan selalu dikomandankan oleh Baidi. Keanu bisa dikatakan menjadi boneka untuk memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari kebangkrutan Sentosa.Namun, meskipun kelemahannya ada pada ayahnya, dia
Read more

72. Dua Nama Perempuan yang Mencurigakan

Arya pergi meninggalkan rumah sakit sembari mengusap daerah bibir dan menggerakkan bibir ke kiri sekilas lalu membuang napas perlahan. Ia menuju mobil parkiran yang diakui sebagai mobil Willy lalu masuk mobil. Sebelum menyalakan mesin, setir kemudi dipukul keras sebanyak dua kali olehnya karena Cahaya masih memiliki pikiran dan menganggap dirinya adalah orang yang tidak memiliki banyak materi.Arya menyalakan mesin lalu menginjak gas mobil menuju tempat kerjanya. Namun, anggapan dia menjadi motivasi untuknya dalam menjalankan misi untuk banyak orang.Selama perjalanan, ia mendapati beberapa orang adu mulut dengan berbagai macam ekspresi hingga wajah memerah. Apa yang dilihat oleh Arya menggambarkan suasana hari ini yang dikejutkan oleh Ayah yang datang secara tiba-tiba, masalah Arini yang membuat Keanu curiga karena tanda titik hitam kecil dan ucapan istrinya.Puluhan menit berlalu, Arya tiba di tempat kerja dan melihat tiga mobil mewah dengan warna merah, hijau dan biru dan tipe mobi
Read more

73. Informasi Tentang Maria Santa Agnesia

Inspektur Radit mengeluarkan handphone dan terlihat mencari sesuatu yang berhubungan dengan perempuan itu. Hitungan detik, ia memberikan handphone pada Arya dan terdapat foto jirigen dengan cairan yang berwarna sama, korek api dan tanda iluminati di bagian leher kanan.Lagi dan lagi, Arya dikejutkan sosok lain yang menjadi suruhan dari pengusaha yang tampak iri dengan usaha ayahnya. Bahkan, ia tidak tahu banyak tentang hal itu sehingga terkejut dengan kehadiran beberapa orang yang berusaha menghancurkan bisnis ayahnya.“Tolong kirimkan saya foto dia pada saya, Pak.”“Boleh minta nomor handphone-nya?”Arya memasukkan nomor handphone di handphone Inspektur Radit. Setelah itu diberikan kembali dan meminta Inspektur Radit ke ruangannya untuk membahas sosok perempuan itu.“Ikut ke ruangan saya, Pak.”“Ada apa, Pak?”“Ikut saja, Pak.”“Baik, Pak.”“Tolong bersihkan bensin itu dan jauhkan patung-patung yang telah dikenakan baju pengantin.”“Baik, Pak.”Inspektur Radit menuruti permintaan Ary
Read more

74. Perkenalan Dengan Perusahaan Minyak

Willy mengangguk pelan, tetapi dia belum mengalihkan kepala, tiba-tiba Ayah menoleh dan memanggil Arya dengan keras dan tampak akrab dengannya. Arya mematung selama satu menit lalu menurunkan tangan karena identitas yang sesungguhnya terbongkar dan berpikir bahwa ada seseorang yang mengenal dirinya di antara karyawan mereka dan berteman dengan sosok musuhnya.“Aryaa! Nah, sini. Ayo cepat sini!” seru Ayah Arya keras sembari menggerakkan jemari.Jemari memijat kening perlahan sembari menghela napas panjang dan pandangan tertunduk karena tidak habis pikir dengan sikap ayahnya yang bisa membahayakan posisinya. Ruangan kantor yang sangat besar dan terdapat banyak orang menjadi menoleh ke arahnya karena ulah Ayah. Ia menghampiri Ayah dengan menurunkan tangan dan berjalan tegap sembari tersenyum lebar pada karyawan yang pertama kali dilihat.Selama diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengurus semua perusahaan ayahnya, ia memijakkan kaki pertama kali di kantor sebesar ini. Desain interior p
Read more

75. Kurun Waktu Sebulan

“Maria Santa Agnesia.”Arya mengernyitkan dahi ketika melihat Ayah dan Willy saling bertatapan dari cermin lift. Tidak lama, pintu lift terbuka lalu keluar menuju ruangannya yang pernah dipakai oleh Ayah. Willy memperkenalkan tujuh ruangan dalam satu lantai.“Lantai lima ini ada tujuh ruangan yang terdiri dari dua ruangan Direktur. Satu ruang Direktur Keuangan, Direktur Sumber Daya Manusia, Direktur Operasional, Ruang CEO dan pemilik.”“Ruangan depan lift apakah ruanganku nanti, Yah, Pak Willy?” tanya Arya yang menebak posisi ruangan depan lift.“Betul. Itu adalah ruangan Tuan muda yang banyak fasilitasnya.”Willy membuka ruangan Tuan besar lalu mempersilakan Tuan besar dan Tuan muda untuk masuk ke dalam ruangannya. Arya memasuki ruangannya dengan pandangan yang takjub dengan ruangan yang sangat luas, barang-barang yang serba warna krim dengan bahan kaju jati untuk kursi kerja, sofa yang empuk, televisi yang sangat besar yang dihiasi dengan lampu gantung yang besar dan desain yang mew
Read more

76. Tantangan Ayah yang Sedikit Menegangkan

“Sanggup. Lihat saja nanti, aku pasti bisa menunjukkan bahwa mampu mencari tahu, membongkar dan mengungkapkan semua penjahat,” jawab Arya secepat kilat sembari menutup dokumen dan memberikan semua berkas pada Willy.“Oke, buktikan!” Ayah memerhatikan Arya secara tegap dan serius.Ketegangan di antara mereka berdua terasa sehingga menjadi canggung karena pertemuan yang sangat singkat setelah beberapa tahun tidak bertemu. Bahkan, Arya pun memandangi Ayah yang sudah terlihat sehat dan normal ketika mengingat beberapa minggu yang lalu sedang terbaring di ruangan dingin dan ranjang panjang berwarna putih dipasang alat rumah sakit yang membuat jantungnya berdegup dengan kencang saat memerhatikan Ayah sedang tidur.Hitungan detik, ekspresi serius terlukis senyuman lebar dan suara tawa yang menggelegar di ruangan ketika melihat Arya yang tegang. Suara itu adalah milik Ayah.“Astaga, Arya. Wajahmu serius sekali saat Ayah menantangmu.” Ayah menepuk lengannya yang kekar dengan sekuat tenaga hing
Read more

77. Menerima Tantangan dan Mempelajari Proses Bisnis

“Tidak ada, Pak. Semuanya lancar. Bahkan, alat dan teknologi perminyakan telah diperbarui oleh Pak Soeparman setahun yang lalu sebelum kondisi beliau drop dan mengalami koma.”Arya memandangi Adi yang mengungkapkan kondisi ayahnya. Bahkan, tanpa segan dan semangat, dia mengungkapkan bahwa semua alat dan teknologi telah diperbarui oleh Ayah. Apakah Ayah melakukan semua ini untuk Arya?Senyuman tipis tergambar di bibir sembari menundukkan kepala saat mengetahui Ayah adalah pria pekerja keras yang memedulikan fasilitas karyawan yang bekerja di perusahaannya. Ayah adalah pria yang bertanggung jawab demi kelancaran bisnis dan kesejahteraan karyawan.“Bisa tolong antarkan saya ke dalam untuk melihat dan mengetahui proses pengeboran minyak dan cara kerja minyak?”“Boleh, Pak. Saya antarkan.”Arya masuk ke ruangan pengolahan minyak lebih dalam. Kondisi ruangan semakin dalam malah semakin luas dan lebar dan terdapat beberapa pintu yang digunakan untuk karyawan keluar masuk. Tidak hanya itu, ia
Read more

78. Kegelisahan Arya

“Ada dua orang yang menegurnya dengan kalimat kasar dan di depan banyak orang.”“Sebutkan namanya sekarang juga!”“Jika Bapak sudah tahu namanya, apakah Bapak memecat mereka?” tanya salah satu karyawan yang menghadapnya.Arya mengambil dokumen dari tangan mereka lalu membuka map dokumen satu per satu. Ia membaca isi kertas dengan seksama hingga akhir. Bahkan, ia melakukan hal yang sama pada dokumen kedua. Setelah membaca semua dokumen yang membutuhkan tanda tangan, dua dokumen diberikan pada mereka.“Kenapa kamu ingin tahu yang saya lakukan pada mereka? Jika itu perlu, maka saya akan melakukannya.”“Mereka adalah karyawan terbaik di perusahaan dengan jabatan masing-masing.”“Apakah Bapak Soeparman mengetahui sikap mereka? Apa yang menjadi penilaian di sini yang menobatkan mereka menjadi karyawan terbaik? Kinerja?” cecar Arya ketus.“Bapak Soeparman belum mengetahui hal ini, Pak. Mereka mendapatkan itu karena teman-teman disogok uang untuk memilih mereka menjadi karyawan terbaik di per
Read more

79. Pertemuan Cahaya Dengan Soeparman

“Aku hanya ingin diam dan kamu gak perlu tanya hal apa pun padaku,” jawab Arya dengan intonasi penekanan seraya menoleh ke arahnya dan menatap tajam selama dua detik.Arya menjadi seorang lelaki dengan nada yang datar dan terlihat tidak memedulikan kehadiran istri di sampingnya, padahal mereka hendak bertemu dengan Ayah Arya yang tidak pernah ditunjukkan padanya sebagai perkenalan. Ya, Arya melakukan semua itu bukan untuk dirinya saja melainkan, untuk kebaikan banyak orang.Arya mengusap seluruh wajah. “Maafkan aku.”“Gak apa, Mas. Aku tahu alasan kamu begitu. Akhir-akhir ini kamu jarang tidur, sibuk dengan urusan yang seharusnya bisa diselesaikan secara baik-baik, tapi gak ada orang dewasa yang sadar akan hal itu sehingga masalah itu menguras pikiran dan waktumu,” balas Cahaya yang terdengar mengerti dan memahami kondisinya.Arya tidak mendengarkan ucapan Cahaya sama sekali karena pandangan yang fokus pada jalanan dengan kaki yang terus menginjak gas mobil. Jalan raya yang cukup rama
Read more

80. Apakah Kamu adalah Anak dari Soeparman?

“Belum, Mas Arya hanya bilang kalau bertemu dengan seseorang yang penting dan ternyata, orang penting adalah Bapak. Seorang Miliyuner yang sangat kaya raya dengan julukan Raja bisnis di seluruh penjuru dunia,” jawab Cahaya yang terlihat senang bertemu dengan Soeparman.“Kamu sangat senang bertemu dengan saya?” tanya Soeparman sembari tersenyum dan terkekeh selama lima detik.“Senang, Pak karena suami saya bisa kenal dengan Bapak dan pasti mengajak kerja sama karena dia bekerja di sebuah butik pakaian pengantin yang sangat terkenal di negara ini dan tidak ada lawannya,” jawab Cahaya yang tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.Arya sangat tidak percaya dengan ekspresi Cahaya ketika bertemu dengan ayahnya. Dia menjadi seorang perempuan yang cerewet dan ekspresif. Ia hanya memerhatikan istrinya sambil tersenyum tipis karena tidak pernah melihatnya seperti itu.Ekspresi Cahaya sangat natural dan tidak dibuat-buat. Apakah selama ini yang diinginkan olehnya adalah bisa bekerja dengan sese
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status