Home / Urban / Menantu Quadrilion Berkaki Palsu / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Menantu Quadrilion Berkaki Palsu: Chapter 1 - Chapter 10

138 Chapters

OB Bernama Arya

“Dasar Obe gak becus! Kerja tuh lihat situasi di sekitar kamu! Jangan memaju-mundurkan alat pel ini kalau ada orang lewat!” teriak seorang pria dengan amarah yang memuncak sambil menendang alat pel yang ada di hadapannya. “Untung saja ak—” bentakan tamu pria itu terhenti ketika melihat wajah tukang bersih-bersih yang hampir membuatnya terjatuh. “Ah, ternyata kamu, Arya. Pantesan aja kerjaanmu gak pernah bener sama sekali!” Tukang bersih-bersih yang bernama Arya memasang wajah datar di saat mendengar hinaan yang terlontar. Walaupun yang membuat lantai basah bukanlah hanya dirinya saja, melainkan rekan kerja yang bertugas mengepel lantai bar yang ada di rooftop hotel bintang lima. Arya membungkuk hormat. “Maaf, saya akan mengeringkan lantainya saat ini juga.” “Maaf, maaf. Kamu kira menyelesaikan masalahku yang hampir terjatuh ini hanya selesai dengan permintaan maaf saja?” balas seorang tamu pria dengan tatapan nyalang sambil menunj
Read more

Tunduklah!

Arya mendengar kalimat yang melecehkan istrinya itu membuat tangan kekar mengepal erat hingga semua urat rahang menyembul keluar sampai wajah memerah dan urat kening pun tampak di permukaan. Hidung mengerut dengan napas naik turun cepat dan semakin mengepal sangat erat. “Nah, betul itu. Kamu terima saja tawaran dia yang jarang sekali menawarkan bantuan ke orang lain untuk memperbaiki kehidupannya!” imbuh Krisna yang ikut tertawa menggelegar. “Hanya dua jam saja, loh Arya. Sentuhan Keanu sangatlah lembut dan membuat ketagihan.” Penari striptis mempertegas cara bermain Keanu di ranjang. Api di dalam Arya semakin membara dan membakar kepalanya yang dingin. Tanpa banyak bicara, ia berbalik badan dan melangkah dengan cepat lalu melayangkan dan menghempaskan pukulannya di wajah Krisna dengan sangat keras hingga tersungkur di lantai. Lalu, ia memukul bagian perut dan wajah Keanu yang berani melecehkan istrinya. “Kalian bo
Read more

Dipecat

“Hei, Keanu. Kamu jangan macam-macam sama istriku!” teriak Arya sampai wajah memerah dan urat di leher menyembul. Keanu tersenyum miring saat melihat Arya merasa terancam dan takut terjadi dengan istrinya. Nada dering masih terdengar di jelas sambil menunjukkan layar handphone miliknya pda Arya dan melangkah dengan wajah yang menyebalkan. Lalu, ia mendaratkan pukulan keras di wajahnya saat jarak sudah dekat.“Kalau kamu gak mau istrimu kenapa-napa maka tunduklah. Aku bisa membuat hidupmu lebih baik dari pada ini. Jika sebaliknya, maka jangan pernah mimpi ada kedamaian dalam kehidupan rumah tanggamu sampai membuatmu mati dan mengambil Cahaya dari tanganmu,” ujar Keanu lalu menekan pipinya dan mengembalikan posisi wajah ke arahnya.Wajah Arya babak belur sampai sudut bibir mengeluarkan darah sembari menatap Keanu sayu yang tampak tersenyum puas ketika melihat dirinya kesakitan dan tidak bisa berbuat apa pun. Pernyataan Keanu dibalas dengan tertawa menggelegar
Read more

Mendatangi Kediaman Keluarga Sentosa

Tangan mungil dan mulus dicium lembut. Arya tersenyum tipis sambil menggeleng pelan lalu duduk di samping Cahaya. Ia hanya menjawab dengan gelengan kepala pelan. Ia tidak mengungkapkan hal yang sebenarnya terjadi agar tidak menambah beban hidupnya yang sudah cukup berat di kantor. “Bagaimana gak apa-apa? Wajahmu luka-luka begini dan kayaknya … darah kamu banyak, Mas. Kamu tunggu di sini, aku ambil obat dulu buat ngobatin lukamu.” Cahaya cemas dengan kondisi wajah suaminya yang habis mengeluarkan banyak darah. Arya menundukkan pandangan sambil memandangi sepuluh jemari tangan yang darahnya masih ada di setiap jari seraya diusap perlahan. Lalu, jemari yang terluka disembunyikan dengan membalikkan posisi telapak tangan. Cahaya kembali dengan membawa obat salep, wadah berisi es batu dan kain handuk kecil. Luka lebam yang ada di wajah dikompres pelan oleh sang istri tercinta. Arya merasa bersalah darinya karena tidak berkata jujur kep
Read more

Pewaris Tunggal

Seorang lelaki paruh baya yang membentak Arya adalah Dwiky Sudarmadji, paman Cahaya, kakak ipar Arman Sentosa. Lelaki paruh baya itu terlihat tidak terima dengan perbuatannya yang memukul keponakan kesayangan. Ya, Krisna adalah keponakan kesayangan sejak kecil. “Paman coba tanya saja Mas Krisna. Dia dulu yang memulai,” jawab Arya sambil menatap Krisna yang duduk di sofa dengan bersandar di kepala sofa. “Kamu jangan mengelak. Jelas-jelas kamu yang salah di sini. Seharusnya, kamu bisa menjelaskan semuanya di sini ketika diminta pertanggung jawaban!” sungut Dwiky sampai menggebrak meja. “Dia pasti ngelak soalnya sudah ketahuan. Mana ada maling yang ngaku kalau sudah tertangkap basah,” sindir Bella sambil menatap sinis dari atas sampai bawah. “Aku memang gak salah. Dia yang salah. Aku kerja di sana dan dia jatuh sendiri,” sanggah Arya dengan intonasi penekanan. “Halah.” Dwiky tidak percaya dengan sanggaha
Read more

Black Card

“Eng-gak. Saya hanya mengintai aja,” jawab Willy lalu terkekeh sambil merogoh saku jas sebelah kanan. “Sama aja. Kamu pulang sana. Aku sedang gak mood bercanda dan adu mulut sama yang lain,” usir Arya sambil mengarahkan Willy untuk menjauhi pintu rumahnya. “Tunggu, Tuan. Tuan jangan terburu-buru mengusir saya. Saya tahu kalau sedang gak mood adu mulut karena pikiran sedang penuh masalah, kan? Selain dipecat dari pekerjaan, Tuan juga mendapatkan masalah dari mertua dan dua pria yang menyebalkan.” Willy terus berbicara sambil menoleh ke arah Arya yang memasang wajah masam di belakangnya. Arya diam beribu bahasa saat Willy berbicara tentang dirinya. Dia benar-benar sudah mematai-matainya sampai mengetahui hampir seluruh permasalahannya. Arya menggaruk hidung dan rasanya ingin sekali memukul tangan kanan ayahnya yang banyak bicara. Kekesalan dalam diri ditahan dengan menarik dan membuang napas perlahan lalu meletakkan kedua tangan
Read more

Bawah Lampu Oranye di Restoran

“Sakit kanker paru-paru. Tuan besar sudah mengidap penyakit itu bertahun-tahun, tapi disembunyikan dari istri kedua, Kakak Tuan dan Tuan muda,” ungkap Willy yang tidak berani menatap Arya. Arya tertegun dan mematung saat mendengar kabar Ayah yang mengidap penyakit yang mematikan. Penyakit yang sudah lama ada di tubuhnya dan hanya tangan kanan-nya yang mengetahui penyakitnya. Bagaimana bisa Ayah Arya menyembunyikan penyakit mematikan itu? Apakah semua karena memajukan bisnis hingga besar agar anaknya bisa meneruskan bisnis yang sudah dirintis olehnya? “Pulanglah, Tuan muda,” mohon Willy dengan posisi yang masih sama. “Bapak Willy pulanglah. Aku mau istirahat dan jangan memintaku seperti itu. Aku bukan orang jahat,” balas Arya sambil mengembalikan posisi Willy dengan tegak dan membalikkan badannya sekaligus mengantarkan hingga depan rumah. Willy pergi dari rumah Arya menggunakan mobil berwarna hitam sport deng
Read more

Bagaikan Menjual Anak Dengan Kemakmuran Bisnis

Arman Sentosa tertawa sambil melirik dan mengusap tangan Cahaya yang sedari tadi diam tanpa kata dengan memasang wajah masam yang tidak menyukai pertemuan di antara mereka. Pertemuan yang bertujuan untuk menjodohkannya dengan lelaki yang tidak pernah dicintai olehnya. Keluarga Stagle memang berteman lama sampai bekerja sama antar perusahaan dengan saling menanam dan berbagi dari hasil saham. Keuntungan perusahaan Sentosa semakin meningkat karena dukungan dari keluarga Keanu yang terkenal bisa mendongkrak perkembangan bisnis yang bekerja sama dengannya. Perkembangan usaha Sentosa sangat sukses karena adanya Stagle dibalik seluruh kinerja bisnis yang menghasilkan puluhan milyar. Arman Sentosa merasa utang budi karena didukung dan diberi saham yang banyak dari perusahaan Stagle sehingga menjodohkannya dengan Keanu Stagle. “Kalau saya setuju aja dengan perjodohan ini karena mereka berdua cocok dan bisa menghasilkan turunan yang berpo
Read more

Rencana Meninggalkan Rumah Sewaan

Cahaya masih menangis sesenggukkan sambil memeluk erat tubuhnya. Ia tidak menjawab pertanyaannya, padahal sudah mengetahui tentang kejadian di restoran mewah. Walaupun sudah mengetahui semuanya, Arya tetap ingin tahu jawaban dari sang istri dengan jujur atau tidak. Arya membiarkan Cahaya untuk meluapkan rasa kekesalan, kemarahan dan kecewa kepadanya dengan memeluk erat. Isak tangis Cahaya semakin mereda setelah puluhan lama memeluk dirinya. Ia hanya membutuhkan pelukan dan sandaran pundak untuk meluapkan semuanya. Cahaya menyeka air mata lalu melepas pelukannya perlahan dari tubuh atletis Arya. Ia menatap wajah suaminya yang tampan, berkarisma dan simpatik dengan lamat sambil dielus perlahan. Wajah yang tidak pernah bosan untuknya meskipun telah berbuat kesalahan. “Paras yang rupawan ini tidak akan terlupakan olehku dan akan selalu ada dalam benak dan hatiku. Kamu yang sudah memenangkan hatiku sampai tidak ada ruang untuk siapa p
Read more

Kalah Cepat

Arya membuka mata perlahan dengan lebar lalu duduk di atas sofa sambil mengusap mata. Ia melihat Cahaya yang sibuk memindahkan koper di ruang tamu. Sontak, Arya terkejut dengan situasinya yang memindahkan tiga koper. “Apa yang kamu lakukan?” “Aku memindahkan koper, Mas. Kamu cuci muka dulu setelah itu pergi dari rumah ini dan jangan menunda lagi. Kamu semalam ketiduran makanya kita cepat pergi dari sini sebelum Ayah datang ke rumah ini,” jawab Cahaya yang bersiap untuk pergi dari rumahnya. “Iya, aku semalam ketiduran dengan berniat menunggu waktu untuk membangunkanmu.” “Gak apa-apa. Kamu cuci muka aja sekarang dan jangan ditunda lagi karena mereka pasti akan tiba dalam beberapa jam ke depan. Jadi, bergerak cepat, Mas.” Arya bergegas mencuci muka dan menggosok gigi yang telah disiapkan oleh Cahaya lalu membawa semua perlengkapan untuk dimasukkan ke dalam tas ransel agar tidak membuka koper lagi. Setela
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status