Home / Urban / Menantu Quadrilion Berkaki Palsu / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Menantu Quadrilion Berkaki Palsu: Chapter 41 - Chapter 50

138 Chapters

41. Kondisi Ayah Arya yang Terbaru

“Jangan saya saja untuk kali ini. Kamu di sini saja sama yang lain.” Arya melarang asisten rumah tangga untuk mengantar makanan dan minuman ke gudang. “Baik, Tuan muda.” Setelah menyiapkan makanan dan minuman untuk Fariq, Arya membawa dan menuju ke gudang yang diawali oleh tukang kebun. Arya membuka pintu gudang perlahan dan melihat Fariq sedang tiduran di lantai dengan meringkuk. Ia meletakkan makanan dan minuman di sisi kiri dekat dinding. Pak Bon memasang lampu di gudang setelah itu memompa kasur busa dan menata bantal dan guling. Arya membangunkan Fariq lalu dia terbangun dan terkejut saat melihat kasur busa beserta perlengkapan tidur ditambah makanan dan minuman. Dia terpaku melihat semua sajian yang diberikan oleh Arya. Arya tidak akan membiarkan atau menelantarkan sanderanya tanpa diberi makan, minum dan alas tidur. Ia menyuruh Fariq untuk tidur di atas kasur busa untuk istirahat. “Pindah di sana. Kamu tidur di situ
Read more

42. Pasukan Bantuan

“Iya, kamu gak akan lama di sini asal kamu bisa kompromi denganku. Jika kamu melenceng maka gak akan segan membawamu ke bui karena pemerintah atau pemilik bangunan punya rekaman video dari kamera yang tersembunyi,” jawab Arya tegas lalu mengalihkan tangannya yang bergemetar dan dimasukkan ke dalam kantong celana.“Kamu bisa mempercayaiku untuk hal ini karena aku kepikiran dengan anak dan istriku.”“Anak dan istrimu aman selama kamu menjaga janji dan komitmen atas ucapanmu. Aku gak akan pernah bosan mengingatkanmu soal itu karena kapasitas otak manusia berbeda-beda.”“Iya. Saya akan menepati janji dan komitmen ucapan.”Arya menarik lengan bajunya dan digiring ke gudang. Pintu gudang dibuka lebar dengan ditemani Cahaya. Fariq masuk ke dalam gudang seraya memperhatikannya dan Cahaya lalu melangkah santai dan duduk di atas ranjang.“Kalau butuh apa-apa atau sesuatu terjadi padamu, bunyikan lonceng emas tadi.”“Siap. Terima kasih.”Arya hanya mengangguk lalu menutup pintu gudang dengan rap
Read more

43. Lelaki Pengintai

“Saya mau pesan yang bisa digunakan untuk berbicara santai dan serius, Mbak. Apakah ada space meja yang diinginkan? Isitilahnya itu gak ingin terganggu agar bisa fokus untuk berbincang,” jawab Arya lalu melirik Cahaya.“Betul, Mbak. Suami ingin pembicaraannya gak didengar oleh siapa pun,” imbuh Cahaya lalu tersenyum lebar.“Ada, Bu. Saya antar dan bisa lihat situasi dan memilih meja yang menurut Bapak dan Ibu nyaman,” kata pelayan restoran lalu mengantarkannya ke bagian restoran bak ruang tamu yang sangat luas.Bagian restoran dengan atap yang tinggi dan lebar dilengkapi dengan banyak meja dan kursi yang kokoh dengan jumlah kursi yang berbeda dan ukuran yang berbeda. Arya melangkah ke kanan sambil memperhatikan suasana sekitar karena pencahayaan yang cukup dan tidak terlalu bising ketika sedang berbincang ditambah nyaman karena seperti dalam ruangan yang cocok untuk berbisnis dan membicarakan hal penting sekaligus menjalankan rencananya.“Boleh, Mbak. Saya mau meja yang dekat patung b
Read more

44. Menjalankan Rencana Awal

“Berapa nomor rekening kalian? Aku mau transfer soal ini,” kata Arya yang berpura-pura bertransaksi dengan Antrawan dan satu pengawalnya.Antrawan dan satu pengawal menyebutkan nomor rekening padanya secara asal. Mereka tahu bahwa Arya hanya berpura-pura untuk mengelabuhi lelaki pengintai dari kejauhan. Setelah itu, Arya menunjukkan layar handphone pada mereka bertuliskan kalian cerdas.Antrawan dan satu pengawalnya menunjukkan ibu jari sambil tersenyum lebar lalu menepuk tangannya. Setelah itu, ia mengajak mereka untuk masuk ke dalam dan memesan menu dengan tempat yang mudah dipantau olehnya.“Pesan menu yang kalian suka nanti aku transfer di nomor rekening kalian. Fotoin jumlahnya dan kirim ke saya.”“Oke, terima kasih, ya.”“Sama-sama.”Arya kembali ke ruangan restoran sembari mengirim pesan kepada Annisa Sophia untuk menanyakan keberadaannya. Tidak lama, saat ia fokus pada handphone, seorang perempuan menabraknya dan jemari yang terdapat tato bintang bisa dikenalinya. Bola mata me
Read more

45. Menandatangani Surat Bermap Kuning

Raut wajah yang sedari datar menjadi tegang dan bertiga menatapnya tajam. Pertanyaan Arya tampaknya membuat mereka tidak terima. Namun, saat Arya menoleh ke arah Sentosa yang sedari juga menegang menjadi mengembalikan posisi duduk dengan normal sembari mengusap bibirnya sekilas.“Apa maksudmu? Kamu kira temanku menjual anaknya demi harta? Apakah kamu gak lihat bahwa dia gak pernah merestuimu dengan Cahaya? Apakah kamu gak lihat kondisi keuangan Sentosa yang berantakan dan sebagai Menantu seharusnya becus mengurus masalah keuangan keluarganya, dong malah bukan membiarkan mertua sengsara sampai harus mengemis untuk meminjam uang demi menyelamatkan bisnisnya?” cecar Baidi dengan intonasi penekanan.“Aku gak akan membiarkan hal itu kalau tahu kondisi bisnis mertuaku sedang berantakan. Aku tahu dari Cahaya bahwa kalian berbuat semena-mena. Aku gak akan membiarkan hal itu terjadi,” jawab Arya lalu mengangkat map dan membaca tulisan yang ada pada kertas itu.Arya membaca dengan mengernyitkan
Read more

46. Ancaman Baidi dan Arya

Keanu tersenyum miring saat Arya mengancamnya. Senyuman yang terlihat takut akan sikapnya yang tidak mengada-ada. Senyuman yang lebar memudar dalam sekejap saat menatap Arya yang tidak ada tanda lucu sama sekali.Langkah Keanu mundur hingga terduduk di kursi semula dan tampak tertegun dengan sikap Arya yang sangat serius. Bola mata melirik Ayah mertua dan Baidi yang terdiam beribu bahasa sembari menatapnya dari tempat duduk masing-masing. Sikap mereka seakan mati tak tahu harus berbuat apa.“Kamu boleh meludahi Keanu, tapi lihat saja, apa yang aku perbuat sama kamu. Hidupmu gak akan pernah damai dan tenang sebelum aku mati,” ancam Baidi dengan intonasi penekanan.Ancaman yang tak terima saat Keanu diludahi bak tanaman yang diludahi oleh banyak orang secara sembarangan. Namun, Arya hanya tersenyum miring lalu tertawa ketika mendengar ancaman dia yang selalu melindungi anak lelakinya. Keanu hampir tidak pernah diberi kesempatan untuk melakukan apa pun dalam hidupnya.Tangan Cahaya memeg
Read more

47. Permintaan Arya Sebelum Pernikahan Keanu Dengan Istrinya

“Gak, aku gak turun. Aku tunggu di luar saja untuk memantau keadaan.”Arya keluar dari mobil lalu memasuki toko baju pengantin dengan mempercepat langkah dan memperhatikan keadaan sekitar bahwa sepi atau seseorang sedang mengintai. Bukan hanya seorang melainkan banyak orang yang mengintai keberadaannya.Bola mata bergerak tajam ke seluruh sudut bangunan yang akan dimasuki olehnya. Setelah dirasa aman dan tidak ada seorang atau banyak orang mengintai, Arya masuk ke toko pengantin sembari mengirim pesan ke Arini untuk menanyakan keberadaannya. Namun, ketika Arya hendak mengirim pesan, suara Arini terdengar mesra di telingnya saat membicarakan baju pengantin.Arya menutup pintu toko pakaian tersebut sembari mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Arini pun menyadari kehadirannya lalu memberikan kode dengan menggerakkan kepala ke kiri. Arya mengikuti kode Arini dengan mempercepat langkah untuk menghampiri Cahaya.Arya melihat Cahaya yang baru saja keluar dari ruangan ganti pakaian den
Read more

48. Krisna Diusir Sentosa

Keanu membisu sambil menatap Arya dan Cahaya secara bergantian. Dia tampak tidak ikhlas untuk melepaskan Cahaya, apalagi Cahaya sudah membuatnya tersipu malu. Sikap seorang lelaki yang jatuh cinta sangat terlihat meskipun berusaha disembunyikan.“Baiklah. Kesempatan terakhir kalian untuk tinggal bersama. Aku juga bukanlah pria yang kejam dan tega membiarkan seorang perempuan yang pernah menjadi istri dari pria tampan, tapi sayangnya gak berguna sama sekali,” balas Baidi sambil tertawa dan menepuk lengan Keanu yang hanya tersenyum miring dan memandangi Cahaya.“Oke, Ayah pulang sama aku dan mau diantar sampai ke rumah?” Cahaya menawarkan ayahnya untuk diantar pulang sampai ke rumah.“Gak perlu, Ayah sudah sama supir. Kamu yang pulang ke rumah Ayah, ya.” Sentosa meminta anak perempuannya pulang ke rumah bersamanya.Arya mematung ketika Sentosa meminta istrinya untuk tinggal di rumahnya. Ia dan Cahaya sudah lama tidak tinggal di rumah besar itu yang penuh dengan memori kelam. Rumah terak
Read more

49. Mengunjungi Ayah Tanpa Sepengetahuan Cahaya

Arya membuka secarik kertas yang tidak ada lipatan sama sekali bak sengaja disimpan oleh pemiliknya. Kebanyakan orang menyimpan kertas yang masih rapi digunakan untuk mencairkan uangnya dalam sistem menggunakan uang pribadi saat pembelian barang atau membayar utang yang masih belum lunas.Kertas putih mulus itu terdapat tulisan sebuah nama tempat hiburan malam dengan kelas atas yang biasa didatangi oleh pebisnis atau orang yang memiliki banyak uang. Tidak hanya itu, ia melihat nama barang yang dibeli dan waktu transaksi. Waktu transaksi pada hari ini sekitar jam delapan malam dengan keterangan dua karton minuman keras termahal yang memiliki bentuk setengah bulat yang dilapisi emas di dalam minumannya.“Dia membeli minuman keras termahal di dunia dengan jumlah yang sangat banyak? Untuk apa? Ada yang gak beres ini,” gumamku sambil memperhatikan kertas putih dan tidak lama, terdapat sebuah nomor yang dituliskan kecil pada bagian bawah kertas.Arya memasukkan kertas putih seperti struk be
Read more

50. Kekhawatiran Cahaya yang Bertubi-tubi

“Aku mau jenguk Ayah yang sakit. Rumah dia ada di luar negeri. Jadi, sebelum acara besar dan implementasi rencana yang kedua, aku harus berkunjung ke rumahnya,” jawab Arya singkat.“Aku kira kalian sudah pindah ke Indonesia.”Arya menggeleng pelan. “Panjang ceritanya dan gak akan kukasih tahu juga. Ngebutlah, waktuku mempet sekali ini.”“Siap, Bos.”“Kirim rekening kalian ke nomorku nanti aku transfer untuk kerjaan kalian hari ini.”“Iya, Tuan muda.”Arya meminta Annisa Sophia untuk mengebut saat mengendarai mobil. Tepat pukul sepuluh kurang sepuluh menit, ia tiba di depan Bandara lalu keluar dari mobil.“Terima kasih, jangan lupa kirim nomor rekening ke nomorku.”“Oke, kamu hati-hati.”Arya mengangguk dan tidak memberi pesan apa pun pada mereka. Ia memasuki Bandara sembari menunjukkan tiket elektronik ke petugas lalu mengikuti prosedur yang ada. Setelah mengikuti prosedur, petugas lain memberitahu gate dan meminta penumpang untuk segera naik ke pesawat.Ia masuk ke pesawat dengan kur
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status