“Saya mau pesan yang bisa digunakan untuk berbicara santai dan serius, Mbak. Apakah ada space meja yang diinginkan? Isitilahnya itu gak ingin terganggu agar bisa fokus untuk berbincang,” jawab Arya lalu melirik Cahaya.“Betul, Mbak. Suami ingin pembicaraannya gak didengar oleh siapa pun,” imbuh Cahaya lalu tersenyum lebar.“Ada, Bu. Saya antar dan bisa lihat situasi dan memilih meja yang menurut Bapak dan Ibu nyaman,” kata pelayan restoran lalu mengantarkannya ke bagian restoran bak ruang tamu yang sangat luas.Bagian restoran dengan atap yang tinggi dan lebar dilengkapi dengan banyak meja dan kursi yang kokoh dengan jumlah kursi yang berbeda dan ukuran yang berbeda. Arya melangkah ke kanan sambil memperhatikan suasana sekitar karena pencahayaan yang cukup dan tidak terlalu bising ketika sedang berbincang ditambah nyaman karena seperti dalam ruangan yang cocok untuk berbisnis dan membicarakan hal penting sekaligus menjalankan rencananya.“Boleh, Mbak. Saya mau meja yang dekat patung b
“Berapa nomor rekening kalian? Aku mau transfer soal ini,” kata Arya yang berpura-pura bertransaksi dengan Antrawan dan satu pengawalnya.Antrawan dan satu pengawal menyebutkan nomor rekening padanya secara asal. Mereka tahu bahwa Arya hanya berpura-pura untuk mengelabuhi lelaki pengintai dari kejauhan. Setelah itu, Arya menunjukkan layar handphone pada mereka bertuliskan kalian cerdas.Antrawan dan satu pengawalnya menunjukkan ibu jari sambil tersenyum lebar lalu menepuk tangannya. Setelah itu, ia mengajak mereka untuk masuk ke dalam dan memesan menu dengan tempat yang mudah dipantau olehnya.“Pesan menu yang kalian suka nanti aku transfer di nomor rekening kalian. Fotoin jumlahnya dan kirim ke saya.”“Oke, terima kasih, ya.”“Sama-sama.”Arya kembali ke ruangan restoran sembari mengirim pesan kepada Annisa Sophia untuk menanyakan keberadaannya. Tidak lama, saat ia fokus pada handphone, seorang perempuan menabraknya dan jemari yang terdapat tato bintang bisa dikenalinya. Bola mata me
Raut wajah yang sedari datar menjadi tegang dan bertiga menatapnya tajam. Pertanyaan Arya tampaknya membuat mereka tidak terima. Namun, saat Arya menoleh ke arah Sentosa yang sedari juga menegang menjadi mengembalikan posisi duduk dengan normal sembari mengusap bibirnya sekilas.“Apa maksudmu? Kamu kira temanku menjual anaknya demi harta? Apakah kamu gak lihat bahwa dia gak pernah merestuimu dengan Cahaya? Apakah kamu gak lihat kondisi keuangan Sentosa yang berantakan dan sebagai Menantu seharusnya becus mengurus masalah keuangan keluarganya, dong malah bukan membiarkan mertua sengsara sampai harus mengemis untuk meminjam uang demi menyelamatkan bisnisnya?” cecar Baidi dengan intonasi penekanan.“Aku gak akan membiarkan hal itu kalau tahu kondisi bisnis mertuaku sedang berantakan. Aku tahu dari Cahaya bahwa kalian berbuat semena-mena. Aku gak akan membiarkan hal itu terjadi,” jawab Arya lalu mengangkat map dan membaca tulisan yang ada pada kertas itu.Arya membaca dengan mengernyitkan
Keanu tersenyum miring saat Arya mengancamnya. Senyuman yang terlihat takut akan sikapnya yang tidak mengada-ada. Senyuman yang lebar memudar dalam sekejap saat menatap Arya yang tidak ada tanda lucu sama sekali.Langkah Keanu mundur hingga terduduk di kursi semula dan tampak tertegun dengan sikap Arya yang sangat serius. Bola mata melirik Ayah mertua dan Baidi yang terdiam beribu bahasa sembari menatapnya dari tempat duduk masing-masing. Sikap mereka seakan mati tak tahu harus berbuat apa.“Kamu boleh meludahi Keanu, tapi lihat saja, apa yang aku perbuat sama kamu. Hidupmu gak akan pernah damai dan tenang sebelum aku mati,” ancam Baidi dengan intonasi penekanan.Ancaman yang tak terima saat Keanu diludahi bak tanaman yang diludahi oleh banyak orang secara sembarangan. Namun, Arya hanya tersenyum miring lalu tertawa ketika mendengar ancaman dia yang selalu melindungi anak lelakinya. Keanu hampir tidak pernah diberi kesempatan untuk melakukan apa pun dalam hidupnya.Tangan Cahaya memeg
“Gak, aku gak turun. Aku tunggu di luar saja untuk memantau keadaan.”Arya keluar dari mobil lalu memasuki toko baju pengantin dengan mempercepat langkah dan memperhatikan keadaan sekitar bahwa sepi atau seseorang sedang mengintai. Bukan hanya seorang melainkan banyak orang yang mengintai keberadaannya.Bola mata bergerak tajam ke seluruh sudut bangunan yang akan dimasuki olehnya. Setelah dirasa aman dan tidak ada seorang atau banyak orang mengintai, Arya masuk ke toko pengantin sembari mengirim pesan ke Arini untuk menanyakan keberadaannya. Namun, ketika Arya hendak mengirim pesan, suara Arini terdengar mesra di telingnya saat membicarakan baju pengantin.Arya menutup pintu toko pakaian tersebut sembari mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Arini pun menyadari kehadirannya lalu memberikan kode dengan menggerakkan kepala ke kiri. Arya mengikuti kode Arini dengan mempercepat langkah untuk menghampiri Cahaya.Arya melihat Cahaya yang baru saja keluar dari ruangan ganti pakaian den
Keanu membisu sambil menatap Arya dan Cahaya secara bergantian. Dia tampak tidak ikhlas untuk melepaskan Cahaya, apalagi Cahaya sudah membuatnya tersipu malu. Sikap seorang lelaki yang jatuh cinta sangat terlihat meskipun berusaha disembunyikan.“Baiklah. Kesempatan terakhir kalian untuk tinggal bersama. Aku juga bukanlah pria yang kejam dan tega membiarkan seorang perempuan yang pernah menjadi istri dari pria tampan, tapi sayangnya gak berguna sama sekali,” balas Baidi sambil tertawa dan menepuk lengan Keanu yang hanya tersenyum miring dan memandangi Cahaya.“Oke, Ayah pulang sama aku dan mau diantar sampai ke rumah?” Cahaya menawarkan ayahnya untuk diantar pulang sampai ke rumah.“Gak perlu, Ayah sudah sama supir. Kamu yang pulang ke rumah Ayah, ya.” Sentosa meminta anak perempuannya pulang ke rumah bersamanya.Arya mematung ketika Sentosa meminta istrinya untuk tinggal di rumahnya. Ia dan Cahaya sudah lama tidak tinggal di rumah besar itu yang penuh dengan memori kelam. Rumah terak
Arya membuka secarik kertas yang tidak ada lipatan sama sekali bak sengaja disimpan oleh pemiliknya. Kebanyakan orang menyimpan kertas yang masih rapi digunakan untuk mencairkan uangnya dalam sistem menggunakan uang pribadi saat pembelian barang atau membayar utang yang masih belum lunas.Kertas putih mulus itu terdapat tulisan sebuah nama tempat hiburan malam dengan kelas atas yang biasa didatangi oleh pebisnis atau orang yang memiliki banyak uang. Tidak hanya itu, ia melihat nama barang yang dibeli dan waktu transaksi. Waktu transaksi pada hari ini sekitar jam delapan malam dengan keterangan dua karton minuman keras termahal yang memiliki bentuk setengah bulat yang dilapisi emas di dalam minumannya.“Dia membeli minuman keras termahal di dunia dengan jumlah yang sangat banyak? Untuk apa? Ada yang gak beres ini,” gumamku sambil memperhatikan kertas putih dan tidak lama, terdapat sebuah nomor yang dituliskan kecil pada bagian bawah kertas.Arya memasukkan kertas putih seperti struk be
“Aku mau jenguk Ayah yang sakit. Rumah dia ada di luar negeri. Jadi, sebelum acara besar dan implementasi rencana yang kedua, aku harus berkunjung ke rumahnya,” jawab Arya singkat.“Aku kira kalian sudah pindah ke Indonesia.”Arya menggeleng pelan. “Panjang ceritanya dan gak akan kukasih tahu juga. Ngebutlah, waktuku mempet sekali ini.”“Siap, Bos.”“Kirim rekening kalian ke nomorku nanti aku transfer untuk kerjaan kalian hari ini.”“Iya, Tuan muda.”Arya meminta Annisa Sophia untuk mengebut saat mengendarai mobil. Tepat pukul sepuluh kurang sepuluh menit, ia tiba di depan Bandara lalu keluar dari mobil.“Terima kasih, jangan lupa kirim nomor rekening ke nomorku.”“Oke, kamu hati-hati.”Arya mengangguk dan tidak memberi pesan apa pun pada mereka. Ia memasuki Bandara sembari menunjukkan tiket elektronik ke petugas lalu mengikuti prosedur yang ada. Setelah mengikuti prosedur, petugas lain memberitahu gate dan meminta penumpang untuk segera naik ke pesawat.Ia masuk ke pesawat dengan kur
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya
“Jenazah masih di depan. Saya ingin memperkenalkan Dua Dokter dan perawat yang autopsi jenazah dan mengetahui jenazah bahwa jenazah itu bukan Pak Soeparman. Jadi, mereka bekerja sama untuk kita.”“Oke, nama saya Arya.”“Dokter senior yang pertama kali mengetahui jenazah itu mengenakan topeng wajah manusia bernama Dokter Xiu Lie yang sedang bertugas di Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Kedua adalah seorang pria yang berambut cokelat emas adalah Dokter yang bekerja sama dengan beliau bernama Dokter Anggara. Lalu, dua perawat yang semuanya wanita cantik adalah Suster Dara yang punya lesung pipi, berambut pendek dan satunya berambut panjang memiliki warna hitam adalah Suster Novi.”“Salam kenal,” balas Arya sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.Mereka tersenyum lebar ketika bersalaman dengannya. Mereka juga tampak tidak keberatan untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian palsu atas jenazah yang bukan Soeparman.“Sebelumnya sudah diberitahu oleh Pak Willy dan kalian past
“Bekerja sebagai pengawas di rumahku ketika pemakaman nanti karena banyak orang yang datang dan hampir semua orang adalah orang penting.”“Maaf, saya gak bisa.” Pria yang bekerja sebagai montir menolak tawarannya.“Hanya hari ini saja dengan bayaran yang lebih besar dari gaji kamu sebanyak tiga kali lipat.”Mata dan mulut pria itu membesar dan terbuka lebar. Dia terkejut saat mendengar bayaran yang lebih besar dari gajinya dengan bekerja hanya satu hari. Dia membisu dan terpaku selama satu menit lalu menggeleng cepat, menutup mulut dan berkedip.“Baik, Pak. Saya mau. Saya kira harus setiap hari.”“Tidak. Aku membutuhkan jasa kamu hanya hari ini. Ikut saya sekarang dan saya yang akan izinkan kamu kepada atasanmu.”“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak.”Pria itu menyalami tangannya sampai meletakkan dahi di tangan. Arya tersenyum lebar sembari menepuk pundaknya sekilas lalu mengusap tangannya.“Sama-sama. Pak, saya izin bawa dia untuk bekerja dengan saya hari ini saja.”“Silakan, Tu
“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek