“Di belakangmu, ada dua pria asing sedang mengawasi kita. Satu pria, sudut kananmu mengenakan jaket cokelat dengan kacamata hitam dan rambut lurus. Sudut kirimu ada satu pria lain berkulit hitam, pakaian serba hitam dan mengenakan kacamata hitam. Mereka baru saja menuruni pesawat dan pandangan mengarah ke kita.” Kedua pundak Cahaya naik secara bersamaan disertai dengan napas naik turun cepat. Keterkejutan yang didapatkan olehnya, seperti kaki yang membeku saat berada di gunung es. Namun, Arya dengan cepat menenangkan istrinya yang terkena serangan panik. “Sayang, dengerin aku. Apa pun yang terjadi nanti, aku gak akan tinggal diam. Sekarang, kamu ambil lalu buang napas perlahan. Lakukan yang kukatakan.” “A-aku gak bisa lakuin itu. A-aku ingin pergi dari si-sini sek-sekarang juga,” kata Cahaya terbata-bata. Saat Cahaya menghadapi situasi yang terdesak dan pikiran sedang penuh dengan masalah maka akan mengalami seranga
Baca selengkapnya