Tubuh Willy seakan membeku saat Cahaya mengajukan pertanyaan kepadanya. Willy tampak ragu akan menjawab pertanyaan Cahaya. Jika dia menggunakan nama asli maka kapanpun bisa terbongkar sosok yang sesungguhnya dan akan mencakup keseluruhan yang berkaitan dengannya. Arya melihat keraguan tangan kanan ayahnya pun ikut khawatir saat Willy menjawab nama asli atau menggunakan nama samaran. Pikiran Arya hanya ada dua saat ini untuk menunggu jawaban Willy dalam menjawab sebuah nama yang harus diketahui oleh Cahaya. Dia pun melirik Arya yang ada di sisi kiri selama tiga detik lalu menghela napas panjang sambil tersenyum dan mengembalikan posisi berdiri dengan sempurna. “Nama saya adalah Willy.” “Ah, Pak Willy. Baik, Pak. Terima kasih untuk tumpangannya,” balas Cahaya sambil tersenyum dan terkekeh. “Sama-sama. Oh, ya, Mbak dan Mas tidak perlu membayar uang sewa untuk menginap di rumah ini karena jarang dipakai dan ada orang.
Arya tetap melanjutkan langkahnya dengan mempercepat langkahnya dan berpura-pura tidak mendengar panggilan namanya. Namun, langkahnya dikejar oleh sosok yang memanggilnya. Pria itu adalah partner kerja di Bar hotel. Dia berhenti tepat di depan Arya sambil membungkukkan badan dengan napas naik turun cepat. Pria itu merangkulnya sekaligus meminta maaf kepadanya atas kejadian di Bar yang tidak membelanya sama sekali. “Eh, kamu. Ada apa?” “Bagaimana kabarmu? Kenapa kamu gak berhenti, waktu aku memanggilmu?” “Aku gak denger soalnya rame banget. Kabarku baik.” “Ba—” “Aku gak bisa lama-lama di sini karena ada sesuatu yang harus kuurus,” potong Arya secepat kilat sebelum membahas keadaan Cahaya. “Yah, padahal aku ingin berbincang denganmu soalnya lagi libur.” “Sorry, aku gak bisa. Lain kali aja.” “Okelah. Aku jalan duluan, ya soalnya mau bertemu dengan pa
“Gak, Mas. Aku gak marah dan malah senang karena kamu peduli dengan hal kecil yang mungkin jarang dinilai oleh kaum hawa saat pasangan membelikan istrinya baju, padahal pakaian adalah tujuan utama seorang wanita untuk mempercantik diri saat acara apa pun.” “Kenapa pakaian adalah tujuan utama seorang wanita untuk mempercantik diri?” “Karena siapa pun bisa menilai karakter seseorang dari cara berpakaian. Sebagus dan semahal apa pun pakaiannya ketika tidak sesuai atau tidak cocok dengan perempuan yang mengenakannya maka sama saja. Sebenarnya mempercantik diri dengan pakaian itu sangat mudah, Mas.” “Apa?” “Berterima kasih kepada suami yang membelikannya untuk istri,” jawab Cahaya sambil tersenyum lebar. Cahaya menjawab pertanyaan Arya dengan santai sambil memperagakan ke tubuhnya bahwa tujuan utama seorang perempuan untuk mempercantik diri dari segi pakaian. Semua orang bisa menilai siapa pun dari pakaian.
Arman membisu kembali saat Arya menekan beberapa pertanyaan tentang melepaskan anak perempuan satu-satunya kepada seorang pria yang hendak menyentuhnya sebelum menikah. Bahkan, dia pun tidak menyukai seorang pria yang menyentuh anak perempuan sebelum menikah. Namun, ketika diberitahu sosok Keanu yang sebenarnya malah membela dan mengatakan Arya menyebar fitnah. Semua itu terjadi karena Keanu dan ayahnya berada di samping Arman sehingga mengatakan tidak atas perbuatan yang memang dilakukan olehnya.“Kenapa diam? Apakah pikiran Ayah menyetujui dengan ucapanku?” tanya Arya sembari menatap dinding putih yang ada di hadapannya.“Kata siapa, aku menyetujui ucapanmu? Aku hanya berpikir sejenak bahwa semua ucapanmu adalah dusta. Biasanya orang yang mengatakan demikian adalah melakukan perbuatan yang dikatakan dan sebaliknya.” Arman membalas sambil terkekeh.“Terserah. Suatu hari nanti, Ayah akan menyadari hal itu kalau sudah mengetahui kebenarannya. Kini, Ayah menyalahkanku,” kata
Arya beranjak dari tepi kasur dan mengacuhkan pertanyaan Cahaya yang tampak meragukannya. Namun, semua itu bisa dipahami olehnya karena dia hanya tahu sosok Arya adalah pria miskin yang memiliki fisik yang tidak sempurna hingga menyusahkannya. Bahkan, Cahaya pun tidak perhatian dengan kaki palsu yang telah diganti olehnya. “Laptop sudah gak ada, Mas. Laptop diambil sama Keanu ketika aku bersamanya dan itu juga merupakan fasilitas dari kantor. Jadi, mau gak mau diambil olehnya karena aku sudah gak bekerja di sana lagi,” ungkap Cahaya berat hati. Arya menghentikan langkahnya sambil mematung dan memerhatikannya yang sedih karena fasilitas kantor diambil olehnya. Bagaimana dia tega mengambil barang yang dipegang oleh perempuan yang dicintai? Apakah itu yang namanya cinta? Namun, sikap Keanu mengambil laptop kantor yang dipegang oleh Cahaya tidak sepenuhnya salah. Laptop adalah fasilitas karyawan yang bekerja di perusahaannya.
“Lokasinya di daerah Inggris, Tuan. Dia asli orang Indonesia, tapi kerja di sana.” “Beri aku nomor handphone-nya sekarang.” “Baik, Tuan muda, tapi untuk apa?” “Berikan sekarang dan nanti kujelaskan karena butuh cepat.” “Baik, Tuan muda.” Arya memutus panggilan telepon dengan Willy secepat mungkin agar Cahaya tidak mendengar percakapan mereka. Tidak lama, Arya yang berdiri di dekat lemari dengan posisi tubuh menghadap ke kamar mandi sembari memerhatikan pergerakan dari istrinya itu mendapatkan nada pendek sekali dan muncul notifikasi pesan dari Willy. Arya membuka pesan dari Willy dan terdapat nama, alamat, kota, negara dan nomor handphone yang bisa dihubungi. [Namanya Jonathan, The Council House College Green Bristol 57 United Kingdom, Kota Bristol, +44 0987654321]. Arya membalas pesan Willy secepat kilat sembari sesekali melirik gagang pintu kamar mandi yang masih tidak ber
Arya menatap Arini lalu melirik Cahaya yang ada di sampingnya. Pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan olehnya itu langsung memperkenalkan diri secara lengkap tanpa diminta dan bertanya. Namun, ia pun menyadari bahwa tidak semua orang bisa memahami kalimat yang dikeluarkan olehnya. Arya menghela napas panjang sambil menyapu dagu sekilas. “Iya, aku minta kamu memperkenalkan diri dengan lengkap karena butuh informasi dengan jelas dan akurat,” jawab Arya sembari mengeluarkan handphone dari kantong celana dan diam-diam membuka aplikasi perekam suara dan menekan tombol mulai lalu meletakkan handphone di atas meja. “Apakah kamu merekam pembicaraan kita?” tanya Arini yang menatap tajam ke arah Arya lalu mengalihkan pandangan ke arah Cahaya. “Iya, aku merekam pembicaraan kita karena penting bagiku ketika melewatkan atau lupa dengan hal apa pun yang dibicarakan,” jawab Arya tegas. “Oke. Namaku Arini Dwi Andrianto. Aku me
“Untuk informasi yang bisa mengungkapkan sosok keluarga Keanu di hadapan publik sekaligus menyakinkan dan menerima kenyataan yang ada dan harus dihadapi untuknya bahwa anak yang ada dalam kandunganmu dan yang kamu besarkan sekarang adalah anaknya. Dia harus mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Kamu mau anakmu gak punya Bapak atau Ayah selama hidupnya? Kamu mau anakmu gak tahu sosok ayahnya yang sesungguhnya?” tekan Arya yang mencoba untuk membuat Arini mengerti dan memahami kondisi saat ini. Arini terdiam beribu bahasa ketika Arya melontarkan kalimat yang berhubungan dengan Keanu untuk memperkenalkannya kepada anak yang dirawat. Kebisuan Arini tampak menyimpan rasa sedih yang mendalam dan amarah yang sangat dalam sampai menangis kembali hingga sesenggukkan. Cahaya memeluk Arini erat dan kembali mengusap punggungnya. Arya memijat kening perlahan dan terasa sedikit pusing saat berhadapan dengan perempuan yang terlihat sekali marah dan kemara
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya
“Jenazah masih di depan. Saya ingin memperkenalkan Dua Dokter dan perawat yang autopsi jenazah dan mengetahui jenazah bahwa jenazah itu bukan Pak Soeparman. Jadi, mereka bekerja sama untuk kita.”“Oke, nama saya Arya.”“Dokter senior yang pertama kali mengetahui jenazah itu mengenakan topeng wajah manusia bernama Dokter Xiu Lie yang sedang bertugas di Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Kedua adalah seorang pria yang berambut cokelat emas adalah Dokter yang bekerja sama dengan beliau bernama Dokter Anggara. Lalu, dua perawat yang semuanya wanita cantik adalah Suster Dara yang punya lesung pipi, berambut pendek dan satunya berambut panjang memiliki warna hitam adalah Suster Novi.”“Salam kenal,” balas Arya sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.Mereka tersenyum lebar ketika bersalaman dengannya. Mereka juga tampak tidak keberatan untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian palsu atas jenazah yang bukan Soeparman.“Sebelumnya sudah diberitahu oleh Pak Willy dan kalian past
“Bekerja sebagai pengawas di rumahku ketika pemakaman nanti karena banyak orang yang datang dan hampir semua orang adalah orang penting.”“Maaf, saya gak bisa.” Pria yang bekerja sebagai montir menolak tawarannya.“Hanya hari ini saja dengan bayaran yang lebih besar dari gaji kamu sebanyak tiga kali lipat.”Mata dan mulut pria itu membesar dan terbuka lebar. Dia terkejut saat mendengar bayaran yang lebih besar dari gajinya dengan bekerja hanya satu hari. Dia membisu dan terpaku selama satu menit lalu menggeleng cepat, menutup mulut dan berkedip.“Baik, Pak. Saya mau. Saya kira harus setiap hari.”“Tidak. Aku membutuhkan jasa kamu hanya hari ini. Ikut saya sekarang dan saya yang akan izinkan kamu kepada atasanmu.”“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak.”Pria itu menyalami tangannya sampai meletakkan dahi di tangan. Arya tersenyum lebar sembari menepuk pundaknya sekilas lalu mengusap tangannya.“Sama-sama. Pak, saya izin bawa dia untuk bekerja dengan saya hari ini saja.”“Silakan, Tu
“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek