Home / Urban / Menantu Quadrilion Berkaki Palsu / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Menantu Quadrilion Berkaki Palsu: Chapter 11 - Chapter 20

138 Chapters

11. Cahaya Dibawa Kabur

“Iya, semua salah Ayah dan Keanu. Keanu yang gak tahu diri, padahal dia tahu kalau aku sudah punya suami, tapi merengek ke ayahnya untuk dijodohkan denganku. Aku pun gak sudi menikah dengannya. Dia mata keranjang, Ayah. Bahkan, dia pernah tidur dengan teman kantorku dengan cara dipaksa lalu dibayar dengan jumlah yang gak sesuai dengan permintaannya di awal.” Cahaya mengungkapkan sesuatu yang buruk tentang Keanu di depannya dengan ngotot sambil meneteskan air mata. Arman dan Arya terkejut saat mendengar pengungkapan yang dilakukan oleh Cahaya. Keanu yang dianggap baik dan sopan terhadapnya ternyata, memiliki sikap dan sifat yang buruk yang tidak akan pernah menjadi kriteria menantunya. Namun, saat Arman melihat Keanu yang menggeleng dan bersikap biasa aja dianggap olehnya semua yang dikatakan anaknya adalah dusta. “Kamu lihat Keanu, Cahaya. Dia menggeleng yang artinya gak melakukan hal itu. Kamu jangan kemakan omongan siapa pun karena bisa aja d
Read more

Dua Pengawal untuk Arya

“Saya hanya memantau aja dari kejauhan, Tuan karena saya lebih banyak menemani Tuan besar dalam mengelola perusahaan dan membantu untuk mengantarnya dalam mengurus pindah nama perusahaan yang dialihkan untuk Tuan. Jadi, mereka ditugaskan untuk menemani Tuan muda agar berguna dan masalah gaji dari saya.” “Biarkan saya yang menggaji mereka. Kamu cepat carikan saya rumah!” seru Arya sambil menoleh ke arah Willy dan dua pria lainnya. “Ba-baik, Tuan muda.” Willy dan salah satu pria yang menjadi penjaga Arya mengikuti Willy. Sedangkan, penjaga lain bersamanya dan diminta untuk mengantarkannya ke apotik untuk membeli obat untuk mengobati lukanya di wajah dan sudut bibir. Harapan yang sangat diluar memang terjadi sehingga harus menyusun rencana yang sangat cantik dan tidak bisa diduga oleh siapa pun. Ia masuk ke dalam mobil mewah yang dikemudikan oleh penjaganya. Tatapan Arya menatap tajam ke jalanan sambil mengepalkan tangan erat. Ia memutar pikiran untuk memikirkan cara yang terbaik un
Read more

13. Rumah Hunian untuk Arya

“Saya sudah menemukan rumah untuk Tuan dan sudah dibayar juga, ditambah sertifikat rumah sudah di tangan. Saya share lokasi, ya, Tuan.” “Oke, share aja.” Arya mematikan panggilan masuk dari Willy yang memberi kabar bahwa ia telah mendapatkan rumah untuk huniannya. Hunian yang tidak ada campur tangan Ayah. Tidak lama, nada pendek berbunyi dan handphone bergetar. Sebuah pesan masuk dari Willy. Ia membuka pesan dengan ikon jarum payung dan tulisan lokasi. Sebuah ikon dengan tulisan peta diklik olehnya dan melihat nama jalan yang ada pada layar handphone untuk memastikan alamat rumah yang dibagikan. Jemari memperbesar tulisan pada peta digital lalu ditunjukkan kepada Antrawan. “Kamu tau lokasi ini?” tanya Arya sambil menatapnya lamat. “Tau. Lokasi itu ada di daerah Jawa Barat dan lebih tepatnya yang memiliki banyak gunung dan salah satu gunung menjadi legenda dan ada di tengah kota Bandung.” “Bagus. Jalanan ini gak jauh dari jalan Tol, kan?” “Tidak. Depan jalan itu sudah Jalan Tol.
Read more

Pesan Foto

Willy menghentikan langkahnya dan mengalihkan tangan yang sudah memegang gagang pintu. Pandangan pun teralihkan ke lantai sekilas dan tampak memikirkan bahwa Arya sudah memaafkan sosok ayahnya yang menyalahkan di masa lalu atas kejadian Kakak kandung tidur dengan ibu tiri. Senyuman terlukis tipis di bibir Willy, tetapi sebelum berucap telah disanggah oleh Arya. “Pak Willy jangan berpikir bahwa aku sudah memaafkan Ayah. Aku belum memaafkannya karena butuh waktu dan proses untuk sembuh, Pak. Jadi, senyuman itu disimpan aja,” ujar Arya secepat kilat. “Saya tahu, Tuan muda. Saya tersenyum karena … Tuan muda sudah mulai sedikit peduli dengan Tuan besar,” balas Willy lembut sambil menatap Arya yang duduk di sofa. Bola mata Arya membulat besar saat mendengar ucapan Willy yang menyatakan dirinya bahwa telah sedikit perhatian dan peduli dengan sang Ayah. Arya berdehem lalu meletakkan alat canggih di nakas dan melangkah ke lantai dua. Belum sempat menaiki anak tangga, langkah Arya tertahan d
Read more

15. Informasi Kecil Tentang Cahaya

Tiga pesan foto dari nomor tak dikenal membuat darah Arya naik dalam hitungan detik. Tiga foto merupakan foto Cahaya yang mengenakan pakaian mini dengan belahan dada yang terlihat jelas dengan raut wajah yang murung dan masam, terdapat banyak minuman keras dengan berbagai macam merk dan tahun di meja, Arman yang terlihat senang sambil bersulang dengan Keanu dan ayahnya. Tidak lama, pesan dari nomor tak dikenal mengirim sebuah foto yang menunjukkan Cahaya meminum air minuman keras dalam pangkuan Keanu sambil dipeluknya. Sontak, tangan Arya mengepal erat hingga bergemetar. “Nomor siapa ini? Kenapa dia mengirim beginian kepadaku?” Arya mengomel sambil meletakkan handphone di atas sofa. Ketika Arya mengomel sambil marah-marah, ia teringat dengan ucapan Willy yang akan membantunya dalam memberikan informasi tentang siapa pun yang merendahkan, menculik dan mencaci makinya. Namun, jika benar itu adalah kerjaan Willy maka akan segera menghubungiku tanpa memberiku sebuah pesan yang tidak be
Read more

Mengganti Kaki Palsu

“Apa yang terjadi dengan kaki Anda, Tuan muda?” tanya seorang perempuan berjas putih dan mengalungkan stetoskop.Arya melirik identitas yang menggantung di saku jas putih. Nama Dokter hampir sama dengan nama istrinya. Perempuan yang ada di hadapannya bernama Putri Cahaya Sasongko.“Entah, apa yang terjadi dengan kaki saya karena saya menggunakan kaki palsu. Ketika saya hendak menghampiri seseorang, tiba-tiba sangat sakit dan gak bisa digerakkan sama sekali sampai akhirnya berdarah. Darah mengalir ke bawah dan membasahi celana jeans yang saya kenakan ini.”“Apakah Tuan muda habis bertengkar dengan menggunakan kaki?” “Iya, saya bertengkar untuk menghajar seseorang tanpa alasan. Saya menghajarnya dengan alasan.”“Buka dulu celananya. Saya mau melihatnya.” Dokter Putri meminta Arya membuka celana jeans hingga membuat bola matanya membulat lebar.Arya memicing ke arah perempuan itu dengan berpikir bahwa dia akan macam-macam dengannya dan berujung pada keenakan yang saling meni
Read more

17. Informasi dari Pria Botak

“Hei, kamu jangan pergi setelah melakukan kesalahan!” bentak pria botak. Arya mengacuhkan bentakan itu dan tetap terus melangkah hingga pria botak mengikutinya tanpa banyak ucapan apa pun. Ia menggiring pria botak ke kamar mandi yang sepi. Arya membuang air kecil terlebih dahulu seraya melirik pria botak yang mendatanginya dengan wajah masam. “Kamu gak diajarkan sopan santun sama orang tuamu? Hah?” bentak pria botak sambil mendekatinya. Arya tersenyum miring seraya merapikan resleting celananya yang masih ada bercak darah di kakinya. Namun, bagian darah tidak terlihat ketika berdiri. Ia menatap pria botak itu santai dan berpura-pura tidak melakukan apa pun dan terjadi apa pun. Pria botak melihat ekspresi yang ditampakkan olehnya tampak kesal dan mengepalkan tangan erat. Penglihatan Arya melirik tangan itu sambil terkekeh. Ia telah membaca ekspresi yang akan dikeluarkan olehnya. Arya mengambil dan mence
Read more

18. Perjalanan Menyelamatkan Cahaya

Arya membaca pesan yang menaikkan darahnya membuat tangan mengepal erat hingga wajah memerah seraya menggeser foto Cahaya yang mengenakan dress berwarna putih yang menampakkan belahan dada sambil duduk di meja dan memegang gelas berisi vodka sambil tersenyum. Ia berpikir sejenak untuk mencari cara agar bisa menyelamatkan istrinya yang jaraknya sangat jauh darinya. Jarak yang harus ditempuh olehnya bersama dua pengawal beribu kilometer dan harus menuju bandara terlebih dahulu. Sedangkan, seorang tak dikenal mengirim pesan dan foto sang istri yang kesadarannya tidak penuh. Hitungan menit, ia menemukan cara efektif untuk bisa menyelamatkan Cahaya dari tangan kotor yang berusaha menyentuhnya. Arya beranjak dari kursi sembari mengirim pesan kepada salah satu teman kuliahnya yang sangat berjasa dalam hidupnya. Nama teman itu tidak akan pernah dilupakan olehnya karena pernah menyelamatkan hidup yang kedua kali. Nama teman kuliah dengan berambut pendek
Read more

19. Mengelak yang Indah

“Kamu coba lihat lokasi yang kubagikan kepadamu. Aku baru saja membagikan lokasinya dan kamu pasti tahu lokasi itu karena mudah dicari dan menjadi tempat hiburan para orang berduit.” “Oke, aku lihat. Terima kasih informasinya dan tolong amankan istriku. Dia mau berbuat macam-macam dengannya.” “Oke. Kamu kalau datang ke sini hati-hati karena banyak pria yang suka memalak dan membawa senjata tajam yang tertutup oleh jas panjang di bagian pinggang sebelah kiri dan semuanya berjenggot. Ada tiga pria berdiri di depan lokasi yang kubagikan, semua berjenggot dan bersenjata ditambah mengenakan topi koboi sambil merokok. Jika kamu ingin masuk maka katakan kepada mereka bahwa kamu sudah menyewa perempuan di lokasi ini.” Taufan memberi pesan kepada Arya dengan sangat hati-hati. “Siap. Terima kasih informasinya. Aku menuju ke sana bersama kedua temanku,” kata Arya sambil terus melangkah menuju pintu keluar bandara. Arya mematik
Read more

20. Diselamatkan oleh Taufan

“Cahaya?” sontak Arya saat melihat Cahaya yang terbaring di kasur dengan pakaian lengkap dan ditemani oleh temannya sambil melangkah perlahan menuju kasur lalu duduk di tepi kasur. Arya memandang Cahaya dengan khawatir sembari membelai rambutnya yang sedikit kusut. Ia memeriksa tangan, pundak, leher dan punggung, apakah ada luka atau tangan yang menyentuh tubuhnya? Setelah diperiksa dengan teliti dan beberapa menit, ia tidak menemukan bekas tangan di bagian tubuh sang istri. Namun, saat mata hendak beralih ke arah pipi, sebuah goresan kecil di sudut bibir terlihat olehnya. Ia memegang dan mengelus luka kecil itu sambil mengernyitkan dahi. Arya menggosokkan dua jari perlahan dan merasakan luka yang telah mengering. Bagaimana bisa bibir Cahaya terluka? Apakah dia ditampar atau Keanu melakukan hal buruk kepadanya? “Cahaya baik-baik saja, Arya. Kamu jangan khawatir,” kata Taufan pelan. “Bagaimana bisa kamu
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status