“Maria Santa Agnesia.”Arya mengernyitkan dahi ketika melihat Ayah dan Willy saling bertatapan dari cermin lift. Tidak lama, pintu lift terbuka lalu keluar menuju ruangannya yang pernah dipakai oleh Ayah. Willy memperkenalkan tujuh ruangan dalam satu lantai.“Lantai lima ini ada tujuh ruangan yang terdiri dari dua ruangan Direktur. Satu ruang Direktur Keuangan, Direktur Sumber Daya Manusia, Direktur Operasional, Ruang CEO dan pemilik.”“Ruangan depan lift apakah ruanganku nanti, Yah, Pak Willy?” tanya Arya yang menebak posisi ruangan depan lift.“Betul. Itu adalah ruangan Tuan muda yang banyak fasilitasnya.”Willy membuka ruangan Tuan besar lalu mempersilakan Tuan besar dan Tuan muda untuk masuk ke dalam ruangannya. Arya memasuki ruangannya dengan pandangan yang takjub dengan ruangan yang sangat luas, barang-barang yang serba warna krim dengan bahan kaju jati untuk kursi kerja, sofa yang empuk, televisi yang sangat besar yang dihiasi dengan lampu gantung yang besar dan desain yang mew
“Sanggup. Lihat saja nanti, aku pasti bisa menunjukkan bahwa mampu mencari tahu, membongkar dan mengungkapkan semua penjahat,” jawab Arya secepat kilat sembari menutup dokumen dan memberikan semua berkas pada Willy.“Oke, buktikan!” Ayah memerhatikan Arya secara tegap dan serius.Ketegangan di antara mereka berdua terasa sehingga menjadi canggung karena pertemuan yang sangat singkat setelah beberapa tahun tidak bertemu. Bahkan, Arya pun memandangi Ayah yang sudah terlihat sehat dan normal ketika mengingat beberapa minggu yang lalu sedang terbaring di ruangan dingin dan ranjang panjang berwarna putih dipasang alat rumah sakit yang membuat jantungnya berdegup dengan kencang saat memerhatikan Ayah sedang tidur.Hitungan detik, ekspresi serius terlukis senyuman lebar dan suara tawa yang menggelegar di ruangan ketika melihat Arya yang tegang. Suara itu adalah milik Ayah.“Astaga, Arya. Wajahmu serius sekali saat Ayah menantangmu.” Ayah menepuk lengannya yang kekar dengan sekuat tenaga hing
“Tidak ada, Pak. Semuanya lancar. Bahkan, alat dan teknologi perminyakan telah diperbarui oleh Pak Soeparman setahun yang lalu sebelum kondisi beliau drop dan mengalami koma.”Arya memandangi Adi yang mengungkapkan kondisi ayahnya. Bahkan, tanpa segan dan semangat, dia mengungkapkan bahwa semua alat dan teknologi telah diperbarui oleh Ayah. Apakah Ayah melakukan semua ini untuk Arya?Senyuman tipis tergambar di bibir sembari menundukkan kepala saat mengetahui Ayah adalah pria pekerja keras yang memedulikan fasilitas karyawan yang bekerja di perusahaannya. Ayah adalah pria yang bertanggung jawab demi kelancaran bisnis dan kesejahteraan karyawan.“Bisa tolong antarkan saya ke dalam untuk melihat dan mengetahui proses pengeboran minyak dan cara kerja minyak?”“Boleh, Pak. Saya antarkan.”Arya masuk ke ruangan pengolahan minyak lebih dalam. Kondisi ruangan semakin dalam malah semakin luas dan lebar dan terdapat beberapa pintu yang digunakan untuk karyawan keluar masuk. Tidak hanya itu, ia
“Ada dua orang yang menegurnya dengan kalimat kasar dan di depan banyak orang.”“Sebutkan namanya sekarang juga!”“Jika Bapak sudah tahu namanya, apakah Bapak memecat mereka?” tanya salah satu karyawan yang menghadapnya.Arya mengambil dokumen dari tangan mereka lalu membuka map dokumen satu per satu. Ia membaca isi kertas dengan seksama hingga akhir. Bahkan, ia melakukan hal yang sama pada dokumen kedua. Setelah membaca semua dokumen yang membutuhkan tanda tangan, dua dokumen diberikan pada mereka.“Kenapa kamu ingin tahu yang saya lakukan pada mereka? Jika itu perlu, maka saya akan melakukannya.”“Mereka adalah karyawan terbaik di perusahaan dengan jabatan masing-masing.”“Apakah Bapak Soeparman mengetahui sikap mereka? Apa yang menjadi penilaian di sini yang menobatkan mereka menjadi karyawan terbaik? Kinerja?” cecar Arya ketus.“Bapak Soeparman belum mengetahui hal ini, Pak. Mereka mendapatkan itu karena teman-teman disogok uang untuk memilih mereka menjadi karyawan terbaik di per
“Aku hanya ingin diam dan kamu gak perlu tanya hal apa pun padaku,” jawab Arya dengan intonasi penekanan seraya menoleh ke arahnya dan menatap tajam selama dua detik.Arya menjadi seorang lelaki dengan nada yang datar dan terlihat tidak memedulikan kehadiran istri di sampingnya, padahal mereka hendak bertemu dengan Ayah Arya yang tidak pernah ditunjukkan padanya sebagai perkenalan. Ya, Arya melakukan semua itu bukan untuk dirinya saja melainkan, untuk kebaikan banyak orang.Arya mengusap seluruh wajah. “Maafkan aku.”“Gak apa, Mas. Aku tahu alasan kamu begitu. Akhir-akhir ini kamu jarang tidur, sibuk dengan urusan yang seharusnya bisa diselesaikan secara baik-baik, tapi gak ada orang dewasa yang sadar akan hal itu sehingga masalah itu menguras pikiran dan waktumu,” balas Cahaya yang terdengar mengerti dan memahami kondisinya.Arya tidak mendengarkan ucapan Cahaya sama sekali karena pandangan yang fokus pada jalanan dengan kaki yang terus menginjak gas mobil. Jalan raya yang cukup rama
“Belum, Mas Arya hanya bilang kalau bertemu dengan seseorang yang penting dan ternyata, orang penting adalah Bapak. Seorang Miliyuner yang sangat kaya raya dengan julukan Raja bisnis di seluruh penjuru dunia,” jawab Cahaya yang terlihat senang bertemu dengan Soeparman.“Kamu sangat senang bertemu dengan saya?” tanya Soeparman sembari tersenyum dan terkekeh selama lima detik.“Senang, Pak karena suami saya bisa kenal dengan Bapak dan pasti mengajak kerja sama karena dia bekerja di sebuah butik pakaian pengantin yang sangat terkenal di negara ini dan tidak ada lawannya,” jawab Cahaya yang tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.Arya sangat tidak percaya dengan ekspresi Cahaya ketika bertemu dengan ayahnya. Dia menjadi seorang perempuan yang cerewet dan ekspresif. Ia hanya memerhatikan istrinya sambil tersenyum tipis karena tidak pernah melihatnya seperti itu.Ekspresi Cahaya sangat natural dan tidak dibuat-buat. Apakah selama ini yang diinginkan olehnya adalah bisa bekerja dengan sese
Arya melirik Soeparman yang mengangguk sekali sembari memejamkan mata untuk menyetujui bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahu pada Cahaya. Dia berhak mengetahui sosok orang tuanya yang belum dikenalkan sama sekali padanya karena masalah yang tidak perlu diketahui olehnya.Arya mengalihkan arahan kepala dan pandangan seraya menghela napas panjang dan meletakkan tangan di depan dada. Ia membisu selama lima menit lalu menarik dan membuang napas perlahan untuk menjelaskan pada istrinya.“Kamu ingin tahu jawabannya?”“Iya, aku ingin tahu jawabannya karena setauku, gak ada orang penting di seluruh dunia bisa akrab dengan orang biasa seperti kamu, apalagi kamu bekerja di butik pakaian pengantin,” jawab Cahaya sambil menatap Arya.“Pak Soeparman adalah … ayahku.”“Sungguh? Tebakanku benar?” tanya Cahaya yang menekan dan tidak percaya dengan jawaban suaminya.Cahaya yang masih membulatkan bola mata terlihat bertanya-tanya tentang kondisi saat ini. Seorang lelaki yang dikenal dan m
“Kamu tahu Ibu dan kakakku?” tanya Arya dengan intonasi penekanan.“Tahu, gak ada yang gak tahu soal Pak Soeparman. Dia menjadi sorotan wartawan di seluruh dunia ketika bekerja sama dengan pemilik perusahaan teknologi di luar negeri. Pak Soeparman waktu itu hanya membawa kakakmu tanpa istrinya sehingga membuat orang bertanya-tanya selama beberapa tahun. Itu menurut sumber yang kubaca dan dengar.”“Ibu dan kakak sudah meninggal.”“Maaf, aku gak tahu. Ak—”“Gak apa. Kamu sudah tahu sosok diriku yang sebenarnya. Apakah kamu masih mau menerimaku sebagai suamimu?”Cahaya tersenyum. “Aku selalu menerimamu sebagai suamiku, Mas dalam kondisi apa pun.”Arya tersenyum sembari memegang dan mengelus tangan Cahaya perlahan. Ia memperhatikan Soeparman yang ikut tersenyum saat melihat kondisi fisik istrinya. “Kamu adalah wanita yang luar biasa, Cahaya. Kamu menerima anak saya dalam keadaan apa pun meskipun kamu tahu, dia memiliki cacat fisik di bagian kaki,” kata Soeparman.“Seorang wanita yang mem
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya
“Jenazah masih di depan. Saya ingin memperkenalkan Dua Dokter dan perawat yang autopsi jenazah dan mengetahui jenazah bahwa jenazah itu bukan Pak Soeparman. Jadi, mereka bekerja sama untuk kita.”“Oke, nama saya Arya.”“Dokter senior yang pertama kali mengetahui jenazah itu mengenakan topeng wajah manusia bernama Dokter Xiu Lie yang sedang bertugas di Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Kedua adalah seorang pria yang berambut cokelat emas adalah Dokter yang bekerja sama dengan beliau bernama Dokter Anggara. Lalu, dua perawat yang semuanya wanita cantik adalah Suster Dara yang punya lesung pipi, berambut pendek dan satunya berambut panjang memiliki warna hitam adalah Suster Novi.”“Salam kenal,” balas Arya sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.Mereka tersenyum lebar ketika bersalaman dengannya. Mereka juga tampak tidak keberatan untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian palsu atas jenazah yang bukan Soeparman.“Sebelumnya sudah diberitahu oleh Pak Willy dan kalian past
“Bekerja sebagai pengawas di rumahku ketika pemakaman nanti karena banyak orang yang datang dan hampir semua orang adalah orang penting.”“Maaf, saya gak bisa.” Pria yang bekerja sebagai montir menolak tawarannya.“Hanya hari ini saja dengan bayaran yang lebih besar dari gaji kamu sebanyak tiga kali lipat.”Mata dan mulut pria itu membesar dan terbuka lebar. Dia terkejut saat mendengar bayaran yang lebih besar dari gajinya dengan bekerja hanya satu hari. Dia membisu dan terpaku selama satu menit lalu menggeleng cepat, menutup mulut dan berkedip.“Baik, Pak. Saya mau. Saya kira harus setiap hari.”“Tidak. Aku membutuhkan jasa kamu hanya hari ini. Ikut saya sekarang dan saya yang akan izinkan kamu kepada atasanmu.”“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak.”Pria itu menyalami tangannya sampai meletakkan dahi di tangan. Arya tersenyum lebar sembari menepuk pundaknya sekilas lalu mengusap tangannya.“Sama-sama. Pak, saya izin bawa dia untuk bekerja dengan saya hari ini saja.”“Silakan, Tu
“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek