Home / Pernikahan / BANGKITNYA SANG MENANTU HINA / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of BANGKITNYA SANG MENANTU HINA: Chapter 71 - Chapter 80

105 Chapters

Bab. 71. Siapa Pelakunya?

"Maksud Mas hilang bagaimana? Mati apa dicuri orang?" tanya Naya dengan penasaran. Usaha kami sudah berbulan-bulan bahkan hampir dua tahun berjalan tetapi belum pernah ada yang berani mengganggunya. Selain penjagaan yang ketat, masyarakat sekitar tidak mau mengganggu usaha kami, karena mereka menganggap kami ini bagai bapak angkat baginya. Malah mereka juga ikut menjaga usaha kami sehingga tidak ada yang berani mengusik sama sekali. "Mas gak tau. Apakah hilang di curi orang atau mati. Atau di mangsa binantang buas," jawabku. "Ya Allah, Mas. Mungkin Mas salah informasi," ujar Naya mencoba menghibur diri. "Mas sendiri barusan yang ngecek. Memang iya bebek kita berkurang banyak. Mungkin sisanya gak sampe lima ratus ekor lagi lah," ujarku frustasi. "Hah?" Naya sangat kaget saat mendengar peliharaan kami banyak yang hilang. "Kerjaan siapa ya Mas, kok jahat banget mereka sama kita. Salah kita apa? Terus Emangnya Anto kemana? Kenapa sampe bisa hilang bebek - bebek kita?" tanya Naya kes
Read more

Bab 72. Manusia Iri Hati

Aku terus bertanya dalam hati siapa dalang dari semua ini. Jika iya itu perbuatan Alex. Untuk apa dia melakukan ini semua. Kenapa dia begitu tega menghancurkan usaha kami? Apa kesalahan yang telah kami lakukan terhadap dia sehingga begitu sakit hati dan dendam terhadap aku dan Naya? Pertanyaan itu menari - nari terus dalam ingatanku. Alex seorang lelaki berkulit gelap dan wajahnya sangat sangar tetapi dengan aku dia begitu ramah dan sering bertegur sapa jika berjumpa dan selama ini dia sangat baik terhadap keluargaku. Seorang pria keturunan India yang sangat baik hati. Aku tidak percaya jika dia memang sengaja melakukan hal itu untuk menghancurkan bisnis aku. Apa ada yang menyuruhnya dan di beri imbalan yang banyak? Setauku Alex hanya tukang becak yang kadang kerja malah lebih banyak nganggurnya. Zaman sekarang becak tidak dipadang lagi keberadaannya. Masyarakat lebih memilih angkutan online karena untuk menghemat waktu juga menghemat isi dompet. 'Tapi siapa?' Pertanyaan itu ter
Read more

Bab 73. Kemana Melly?

Setelah mandi aku mengambil wudhu dan mengajak Daffa untuk ikut salat bersama. Prinsip aku dan Naya, anak itu dari kecil harus diajari beribadah sehingga dia terbiasa sampai besar nantinya. "Nenek sama mama sudah ambil wudhu belum. Jangan lama - lama. Waktu berjalan terus habis waktu zuhur nanti," ujarku berbisik di telinga Daffa tujuannya untuk mengajari bocah setahun setengah itu dalam menasehati nenek sama mamanya. Aku ingin melihat bagaimana reaksi dia jika ayahnya berkata begitu. "Udah, Yah. Mama sama nenek kan sudah besar Mereka berdua sudah tau kok kewajibannya." ujar Daffa membuat aku tersenyum - senyum sendiri apalagi melihat wajahnya yang sangat lucu saat berbicara. Setelah melaksanakan shalat bersama dilanjutkan dengan makan siang. Kebersamaan di saat makan bersama selalu saja kami jaga. Tujuan untuk merekatkan hubungan kami dalam suasana santai yang diselingi obrolan - obrolan ringan. Dengan makan bersama kami juga telah mengajarkan tata krama salah satunya bagaimana
Read more

Bab 74. Kasihan Kak Melly

"Ibu jangan banyak pikiran. Nanti darah tinggi Ibu kumat. Kasian juga kak Melly nanti pulang malah melihat ibunya sakit-sakitan." ujarku menasehati ibu mertua yang sedari kemarin pagi belum maakan nasi satu suap pun. "Iya." Jawab ibu mertua, beliau masih terduduk lesu seakan tidak ada gairah hidup lagi. "Nanti coba saya telpon lagi mungkin tadi tidak tersambung karena jaringan terganggu." Janjiku kepada wanita yang telah melahirkan kekasih sesurgaku ke dunia ini. Dia adalah Naya wanita yang begitu sempurna di mata ini. Sebenarnya aku sangat kasian melihat beliau yang sudah sangat menderita dengan kondisi saat ini. Hartanya ludes semua, sementara anak kesayangannya hilang entah kemana. Pergi tanpa kabar berita lagi. Masih hidupkah atau sudah meninggal tidak ada yang tahu. Miris benar nasib bu Lastri. Aku tidak bisa tinggal diam melihat kondisi seperti ini. Mencoba menelpon kembali nomor ponsel Rita mengharap akan tersambung dan dia mau mengangkatnya.Dan tidak lama kemudian terdeng
Read more

Bab 75. Kak Melly Pulang

"Kak Melly akan dipulangkan oleh pihak KBRI. Nanti kita jemput saja di bandara," ujarku pada sang istri. Kulihat raut bahagia disana karena sebentar lagi kakak kandung yang selama ini menghilang akan bertemu dan bersatu kembali seperti dulu. "Syukur juga ya Mas. Akhirnya kak Melly bisa pulang ke tanah air!" "Iya. Hmmm ... Ibu mana? Besok agak siang dikit kita berangkat ke bandara. Kasih tau ibu biar siap - siap," titahku pada wanita penghuni hati ini. "Kamar untuk kak Melly apa sudah di bersihkan? Bik Romlah mana? Suruh bersihkan kamar yang diatas. Kak Melly tinggal diatas aja ya sama dengan ibu. Hmmm ... tapi apa ibu sanggup naik turun tangga setiap hari?" tanyaku lagi. Ibu sudah tua dan lemah pasti tidak akan sanggup jika tiap hari naik turun tangga yang lumayan menguras tenaga juga. "Atau ibu sama kak Melly di bawah aja sementara kita tidur di lantai atas aja." Saranku langsung di sambut dengan gelengan kepala Naya. "Mas, kak Melly gak usah tinggal disini. Biar dia mandiri saj
Read more

Bab 76. Kebakaran

Aku masih penasaran dengan siapa yang telah mengintai rumah kami. Semoga saja tidak mempunyai maksud jahat. Malam ini Daffa sangat bahagia karena di rumah ramai dan dia merasa banyak yang menyayangi. Karena paling kecil jadi perhatian semua tertuju kepadanya.Sehingga membuat Daffa menjadi cengeng dan manja. Rumah terasa riuh dengan tingkah anak semata wayang kami. Cucu satu - satunya. Dia sangat bahagia. Apalagi neneknya sudah mulai ceria lagi karena anaknya sudah berkumpul kembali seperti dahulu walaupun sudah tidak punya apa-apa lagi. Malam ini Daffa tidur dengan nenek dan tante Melly. Daffa sangat senang bisa bermain dengan tantenya. Ditambah tante Melly juga sangat menyukai anak-anak. Mungkin juga dia sudah sangat merindukan kehadiran anak dalam kehidupan rumah tangganya tapi apa daya suaminya lebih memilih wanita lain di bandingkan dirinya. Mungkin inilah yang terbaik untuk kak Melly daripada hidup dengan benalu sangat menyakitkan hati maka lebih bagus berpisah saja. Di sepe
Read more

Bab. 77. Saksi Kunci

Aku berfikir untuk menempati salah satu rumah kos yang berada tidak jauh dari toko kami dan juga tidak seberapa jauh dari rumah pak Herman. "Bagaimana pak Bayu? Kamar di rumah saya ada yang kosong. Bisa Bapak tempati untuk sementara waktu bersama keluarga," tawar pak RT. Beliau menawari kami sekeluarga untuk menempati rumahnya. "Gak apa - apa, Pak. Besok kami berencana mau menempati rumah kos yang terletak di kota, jadi kalau pun mau ke toko tidak terlalu jauh. Maaf, Pak. Bukan maksud untuk sombong tidak mau menerima bantuan, Pak. Buat apa kami meratapi semua ini toh gak ada gunanya juga kan? Saya sama istri harus bangkit kembali dari keterpurukan ini," ujarku memberi penjelasan kepada pak RT. Semoga saja mereka tidak tersinggung dengan penolakan ini. "Oh ya udah gak apa - apa, pak Bayu. Saya malah bangga sama Bapak sekeluarga. Masih muda sudah sukses. Jadi walaupun ada musibah begini masih ada rumah lain yang bisa di tempati. Beda dengan saya, Pak. Jika rumah saya terbakar entah ke
Read more

Bab 78. Pelaku Pembakaran

Kebakaran yang kami alami membuat trauma yang amat dalam. Tidak dapat aku bayangkan apa yang terjadi jika aku tidak terbangun malam itu. Seandainya Allah berkehendak dan mengambil kami, mungkin hari ini kami tidak bisa lagi melihat matahari bersinar. Alhamdulillah ya Allah, semua ini memang milik Mu. Dan Engkau ambil jika Engkau Berkehendak. Aku bersyukur Engkau masih memberikan waktu untuk kami menghirup oksigen di alam semesta Mu. Terima kasih Ya Allah, Engkau masih berikan kami waktu untuk beribadah dan bertaubat. "Oke karena waktu sudah mau masuk subuh kami permisi dulu. Nanti akan kami kerahkan anggota saya untuk mengamankan keluarga Bapak, ya." Ucap pak Abdi dan aku mengangguk pasti tanda setuju. "Kami sangat berterima kasih atas segala bantuan yang Bapak dan anak buah Bapak berikan. Tapi Pak ... untuk sementara waktu kami tidak tinggal disini dulu. Mungkin besok baru menempati rumah kos kosan yang berada di kota. Kebetulan ada dua pintu rumah yang belum ada penyewanya. Satu p
Read more

Bab 79. Haris Masuk Penjara

"Kenapa harus saya, sih? Masalah saya sudah terlalu banyak. Saya ingin ketenangan!" ungkap kak Melly dengan nada tidak suka. "Kenapa memang kalau saya yang bonceng, Mbak? Ada yang salah?" tanya polisi tersebut seakan dia tidak mengetahui status kak Melly saat ini. "Saya ini janda, nanti tidak enak dilihat warga sini. Walau saya tau itu tugas Bapak tapi alangkah baiknya saya jalan sendiri saja, tidak berboncengan dengan lelaki manapun," ujar kak Melly. "Kalau kita ikutin omongan tetangga, gak ada habisnya!" Memang ada benarnya apa yang dikatakan polisi tersebut. Jika mengikuti omongan tetangga tidak akan selesai-selesai. Semua yang kita lakukan ada saja yang salah dimata mereka. "Maaf, Pak. Bukan saya mau berlagak sombong, sok cantik, sok di sukai orang sampai manolak tawaran bapak untuk boncengan ke kantor polisi. Bukan karena itu. Saya pun tau diri siapalah diri ini janda kampung yang dekil. Justru karena status saya sebagai janda makanya saya menolak berboncengan sama bapak. Saya
Read more

Bab 80. Haris Melancarkan Aksinya

"Dek, tega banget kamu! Gak sayang lagi kamu sama Mas? Kamu jangan begitu, walau bagaimanapun kita ini pernah saling menyayangi dan saling mencintai. Kalau sudah tak sayang lagi cukup dalam hati saja. Janganlah terlalu membenci. Sampai kamu memasukkan Mas kedalam penjara atas dosa yang tidak pernah Mas lakukan," ujar Haris menghiba. Biasalah ular. Jika sudah mulai kejepit mencari bantuan, menghiba seolah - olah dia adalah korban yang tertindas. Coba kalo dia sedang berkuasa semua akan di hancurkan. "Apa maksudmu atas dosa yang tidak kamu perbuat? Yang kamj lakukan terhadap keluargaku selama ini apa masih kurang banyak? Apa kamh gak sadar telah menghancurkan hidup aku? Dan adikku juga engkau zalimi. Kurang zalim bagaimana lagi kamu itu hah?" Emosi kak Melly semakin menjadi - jadi. Mungkin batas kesabarannya sudah habis. "Zalim bagaimana sih, Dek? Jangan mengada - ngada. Itu semua fitnah, supaya Adek membenci Mas. Mungkin mereka menginginkan kita hancur. Rumah tangga yang sudah berce
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status