Home / Pernikahan / BANGKITNYA SANG MENANTU HINA / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of BANGKITNYA SANG MENANTU HINA: Chapter 91 - Chapter 100

105 Chapters

Bab 91. Ayah Menikah Saja Dengan Tante Melly

Pov Melly "Tante ... buka pintu. Aldi tidur sama tante aja." Baru saja mata ini hendak terpejam, aku dikagetkan dengan suara teriakan bocah laki-laki dari luar kamar seraya menggedor-gedor pintu. Jantung ini seakan berhenti berdetak mendengar suara gedoran yang begitu kerasnya. Anak siapa sih, tengah malam begini dibiarkan bertamu ke rumah orang. Aku beranjak dari tempat tidur dengan malas dan membuka pintu. Ceklek "Oh ada Aldo ... ada apa Sayang. Kenapa belum tidur sudah jam segini?" tanyaku sambil mengusap lembut pucuk kepalanya. Melihat anak piatu itu, hati ini tidak jadi marah. Kasihan dia masih terlalu kecil sudah kehilangan ibunya. "Gak bisa tidur, Tante. Aldo tidur sama tante saja ya? Dirumah gak ada yang baca dogeng sebelum tidur. Ayah gak sempat baca dongeng katanya sibuk. Sementara nenek tiap hari baca cerita kacang ajaib," Aldo mendengkus kesal dengan wajah cemberut. Sungguh lucu dan menggemaskan. "Ya udah, masuk sini. Kita baca dongeng ya sayang. Boleh bobok sama ta
Read more

Bab 92. Kesedihan Aldo

"Loh apa ini main peluk-pelukan. Pake tangis-tangisan. Kayak anak kecil!" Tiba - tiba saja Bayu sudah berdiri di pintu bersama pak Abdi. Bikin aku malu dan tidak tahu mau dimana menyembunyikan muka ini. "Gini, Mas." Ujar Naya seraya mengubah tempat duduknya. Sementara Bayu dan juga pak Abdi belum beranjak dari tempat mereka berdiri. "Hmm." Bayu mendengar dengan serius apa yang hendak dikatakan oleh istrinya. Mereka pasangan yang baik hati. Makanya tidak heran banyak yang menyayanginya dan rejekinya pun tidak pernah putus. Ada saja orang yang membantunya. "Kak Melly akan saya serahkan toko pertanian untuk dikelola sendiri. Kita tidak ikut campur. Maksudnya uang masuk dan keluar biar kak Melly yang kelola. Anggap saja memberikan modal dalam bentuk barang," ujar Naya. "Boleh juga ide kamu, Dek. Mas mendukung. Ya kan pak Abdi." Bayu mengalihkan pandangan kearah pak Abdi. Nampaknya beliau pun sudah ngantuk berat sehingga tidak banyak berbicara. "Nanti saya aja yang tunjukin sama kak M
Read more

Bab 93. Permintaan Aneh Nenek Sama Cucunya

"Daffa enak ya! Punya ibu. Sementara aku gak punya ibu. Gak ada tempat bermanja dan bersayang-sayangan. Siapa ya yang akan mau menyayangi anak seperti aku?" Tanya Aldo dengan wajah tertunduk lesu. Air mata sudah mulai merembes membasahi pipinya. "Kenapa Tuhan mengambil ibuku, Nek? Kenapa Tuhan tidak adil?" ujarnya tergugu. Rasa sayangku terhadap lelaki kecil itu sembakin besar. "Aldo gak boleh ngomong begitu ya sayang. Aldo 'kan ada nenek, tante Melly, nenek Lastri dan juga ada tante Naya. Kami semua sayang sama kamu, Nak. Aldo banyak saudara. Nah apa lagi kurangnya? Gak ada kan?" Seru bu Sumi yang merupakan nenek Aldo dengan tatapan sendu. Beliau nampaknya sangat menyayangi cucunya. Terlihat kristal bening menggenang dipelupuk matanya. Mereka menangis berdua sambil berpelukan. "Gak enak. Gak sama kayak Daffa. Kenapa ayah gak mau menikah saja dengan tante Melly, biar aku juga punya ibu kayak Daffa? Nek, bilang sama ayah, menikah aja dengan tante Melly biar kita bisa tidur bertiga d
Read more

Bab 94. Sadar Diri.

Hari ini seharian Aldo tidak mau berbicara denganku. Jika aku bertanya dia juga tidak mau menjawabnya. Marahlah ceritanya. Kadang aku tertawa melihat tingkah anak pak Abdi yang satu ini. Suka memaksakan kehendak dan selalu mau menang sendiri. Dia tidak pernah mau tahu bagaimana perasaan ayahnya terhadap aku. Kenapa pula dia marah, seharusnya ayahnya lah yang dimarahi karena tidak pernah mengajak aku untuk menikah dengannya. 'Lho kok aku pula yang ngebet sama duda ganteng itu. Waduh bahaya ini." "Mel, nanti kawani ibu belanja ke pasar ya. Stok bahan makanan di dapur sudah menipis. Kemaren ibu ajak kamu gak mau." titah wanita yang telah melahirkanku ke dunia ini. "Bukan gak mau, Bu. Kemaren Melly capek seharian mengantar anak-anak sekolah. Belum lagi pulangnya mengurus toko jadi, rasanya tubuh ini perlu istirahat sebentar," jawabku berusaha membela diri. "Ah kau, Mel. Masih muda saja sudah lemah dan lesu begitu. Bagaimana jika seumuran ibu? Bisa-bisa tiduran saja kamu seharian. Lema
Read more

Bab 95. Berlibur

"Mas, hati-hati." Teriak aku ketika sebuah mobil jeep berkecepatan tinggi hampir saja menyerempet sepeda motor yang sedang dikenderai mas Bayu. Jantung rasanya mau lepas saja dari tubuh ini. Aku sangat bersyukur karena Allah masih melindungi kami. Padahal jika bergoyang sedikit saja mungkin tubuh kami sudah masuk ke dalam kolong mobil jeep tadi. "Woi. Pelan-pelan," hardik mas Bayu. Belum pernah aku melihat lelakiku semarah itu. Wajar mas Bayu marah karena nyawa kami tidak pernah dihargai oleh supir jeep tersebut. "Ya Allah. Hampir saja kita kesenggol mobil jeep ya Mas. Gemetar membayangkannya," ujarku. Dari tadi aku tutup mata rapat - rapat dan berusaha memeluk mas Bayu kuat-kuat dan tidak aku lepaskan sedetikpun. Tak sanggup rasanya membayangkan jika seandainya itu terjadi. Bagaimana nasib anakku. Sesampai di toko pak Sembiring aku hanya duduk dikursi malas untuk menenangkan pikiran. Biar saja mas Bayu yang berbicara dengan pak Sembiring mengenai berapa kira-kira biaya yang akan
Read more

Bab 96. Kenangan

Selagi menikmati menu makan siang tiba-tiba aku dikejutkan dengan kedatangan pak Abdi. Beliau memakai baju abu rokok dan celana casual hitam. Menambah ketampanan lelaki tiga puluh limatahun itu. Aku sebagai lelaki saja terpesona dengan ketampanannya apalagi para cewek-cewek. Eits bukanberarti aku belok karena terpesona dengan lelaki bertubuh atlestis itu ya. Hanya terpesona saja. Tidak lebih. "Hati - hati, Bay. Ingat jarum timbangan jangan sampai timbangannya gak bisa menghitung lagi berat badanmu," ujar Pak Abdi terkekeh. Mendengar suara yang sudah tidak asing lagi di telinga begitu membuat aku terkejut dan menoleh ke arah suara. "Pak Abdi? Dengan siapa Bapak kemari?" tanyaku dengan mata menyapu keseluruh penjuru mencari sosok yang menjadi kawan pak Abdi disekitar sini. "Sendirian saja. Gak santai dong, ngajak-ngajak orang diacara keluarga," jawabnya santai sambil mendaratkan bokongnya ditikar sebelahku. "Ah ... Bapak ini kayak jelangkung saja. Datang tak diundang pulang tak di
Read more

Bab 97. Bisnis Baru

"Mas, jangan lupa besok lusa ada acara temu ramah dan silaturrahim antara pengurus dan anggota Himpunan pengusaha muda di hotel Leon jalan pahlawan, ya!" ujar Naya mengingatkan karena dia sangat tau jika suaminya pelupa. "Adek ikut juga ya." ajakku. "Kalau Adek ikut, bagaimana dengan Daffa? Dia sudah terlalu sering kita tinggal, Mas. Anak itu jadi kurang kasih sayang dari orang tuanya. Takutnya dia tidak dekat sama kita. Malah lebih nurut kepada orang lain daripada orang tuaya sendiri." Alasan Naya ada benarnya juga. "Bukan gitu, Dek. Mas ingin mengenali istri kepada sesama pengusaha muda, Nay? Mereka gak ada yang kenal Adek katanya." "Adek rasa tidak perlu juga adek terlalu dikenali sama kawan Mas. Nanti mereka kepincut pula," seloroh Naya sambil berlalu dan aku hanya bisa tersenyum - senyum sendiri melihat tingkah istriku. "Dek, besok ikut aja ya?" Aku memohon pada Naya untuk tetap menemaniku pada acara temu ramah yang diadakan dihotel menjelang pergantian tahun. Acara puncak d
Read more

Bab 98. Fitnah

"Dek, Mas berangkat dulu, ya?" Berat rasanya meninggalkan belahan jiwaku. Kenapa rasanya seperti akan meninggalkan mereka dalam waktu yang lama? Aku sangat menyayangi Naya dan Daffa. Bersama merekalah aku bahagia. Naya pandai menghargai aku sebagai seorang suami. Bersamanya aku bisa merasakan menjadi lelaki seutuhnya, lelaki yang mempunyai martabat dan harga diri. "Iya. Hati-hati ya, Mas. Jangan lama-lama pulang. Nanti kami kangen," titah Naya seraya tersenyum. "Iyalah. Sebenarnya Mas sangat malas menghadiri acara itu. Gak ada manfaatnya bagi kita. Makanya mas ajak Adek biar ada alasan nanti jika mau pulang sebelum jam 12.00." "Kalau Adek sih mau-mau aja. Kasian Daffa kena angin malam, Mas!" "Kan gak setiap malam kita bergadang di jalan. Sekali setahun. Yok lah." Ajakku dan tetap saja Kinan menolaknya. "Bukan masalah begadang. Bahaya bawa anak kecil di jalan malam-malam. Jalannya macet, padat merayap. Biasanya banyak kecelakaan. Nauzubillah. Mas hati-hati ya?" pesan Naya seraya
Read more

Bab 99. Dijebak

"Bay, aku ke kamar mandi dulu, ya?" pamit Hendra. "Silahkan, Hen." Setelah kepergian Hendra aku sendirian saja duduk dikursi tamu. Tidak ada yang berkeinginan untuk duduk sekedar basa basi saja. Diri ini seperti tersangka yang siap dikuliti hidup-hidup. Tidak enak rasanya seperti ini. Kalau tahu begini jadinya tidak akan aku menghadiri acara ini. Mereka betul - betul telah memperlakukan aku begitu hina didepan khalayak ramai. Tak berapa lama datang seorang wanita muda dan aku betul-betul tidak ingat siapa namanya. Sepertinya dia bukan kalangan pengusaha. Mungkin salah satu istri dari anggota pengusaha. Entahlah. Aku pusing gara-gara Ratih yang sedang meringkuk di jeruji besi. "Bay, aku tau bagaimana serba salahnya kamu. Aku juga tau kamu tidak bersalah dalam masalah ini. Gak usah terlalu kamu pikirkan mereka itu yang bisanya hanya menuduh dan menghakimi orang aja bisa tanpa mau tau kebenarannya." Aku hanya melihat wanita yang sok akrab tersebut tanpa bereaksi apa-apa. Entah kenap
Read more

Bab 100. Siapa Pelakunya?

"AAAAARRRRGGGGHHHH." Aku menyugar kasar rambut ini. Apa yang telah terjadi tadi malam. Kenapa diri ini bisa berada di kamar hotel bersama wanita? Siapa yang telah membawa aku berdua dengan Risma kemari?Dan ...Wanita ini kenapa tidak menolak saat dibawa ke hotel dan tidur dengan orang yang tidak dikenal sama sekali. Atau ini semua hasil perbuatan Risma? Otakku terus bertanya - tanya.Masih teringat terakhir aku minum jus orange dan aku masih sadar, sesudah itu kepala ini terasa sangat pusing dan tiba - tiba saja pandangan ikut gelap. Hmmm ... apakah ada orang yang sengaja menjebakku dengan menaroh sesuatu dalam minuman?"Aku gak mau tau. Kamu harus bertanggung jawab atas perbuatanmu terhadap aku.""Risma ... aku gak kenal kamu. Dan aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi tadi malam. Aku yakin kamu telah menjebak aku. Kamu kan yang menaruh obat dalam minumanku?" Tuduhku kepada wanita yang baru kukenal tetapi telah membuat hancur duniaku. Apa yang akan terjadi jika Naya mengetahui
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status