“Tunggu dulu! Kenapa bisa jadi begini sih?” Vanessa memekik di dalam hati. Perempuan tambun itu mendongak, hanya untuk menemukan wajah Jovi yang tertidur pulas. Yang makin membuat wajahnya memerah adalah posisi mereka saat ini. Sang dokter tertidur dalam posisi memeluk Vanessa layaknya memeluk bantal guling. “Kenapa di saat seperti ini dia tampan sekali sih.” Secara tidak sadar, Vanessa menggumamkan hal itu dengan sangat pelan. “Mana berotot juga,” lanjutnya di dalam hati, sembari melirik pangkal lengan yang memeluknya dengan sangat erat. “Boleh kupegang tidak ya?” Walau tadi bertanya dengan ekspresi ragu-ragu, pada akhirnya Vanessa menggerakkan tangannya. Sulit menjangkau lengan Jovi, tapi cukup sanggup untuk menyentuh bagian dada. “Ini tidak sekeras yang kubayangkan,” gumam Vanessa di dalam hati, sambil memegang otot dada lelaki yang memeluknya dengan lebih berani. “Tapi rasanya nyaman juga.” “Hei, sampai kapan kau mau melecehkanku?” Suara yang tiba-tiba terdengar itu, memb
Read more