Beranda / Romansa / My Bad Doctor / 47. Playing Victim

Share

47. Playing Victim

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-30 12:58:48
“Aduh, tapi bagaimana ini?” Vanessa terlihat sangat panik. “Saya sedang tidak bawa uang dan ponsel saya mati. Bisa saya pinjam dulu kabel untuk mengisi daya ponsel?”

Perawat yang duduk di depan komputer itu melirik dengan bibir mencebik. Dia jelas saja tidak mudah percaya dengan orang yang datang ke rumah sakit untuk berobat dan tidak membawa uang sepeser pun.

“Saya cuma perlu mengirim pesan untuk suami saya kok, Sus.” Vanessa kembali memelas. “Setelah itu dia pasti kirim uang untuk saya pakai. Sumpah!”

“Ponselnya menggunakan kabel seperti apa?” Pada akhirnya, si perawat memilih untuk sedikit membantu karena kasihan.

“Type c.” Vanessa segera memekik girang mendengarnya. “Tapi maaf, tapi bisakah saya dibantu? Tangan saya diperban.”

Si perawat yang makin merasa kasihan melihat Vanessa tentu saja akan membantu. Biar bagaimana, perempuan itu juga terluka.

Vanessa yang tadi kurang berhati-hati saat berjalan pulang, malah berakhir ditabrak motor. Sebelah tangannya harus dib
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • My Bad Doctor   48. Tidak Sadar

    “Jovi, tolong aku.” Tiba-tiba saja Manda memekik histeris. “Dia mendorongku, padahal dia yang bersalah di sini.” “Aku tidak melakukan apa pun.” Tentu saja Vanessa akan membela diri. “Dia jatuh dengan sendirinya.” “Kau masih mengelak, padahal kau yang membuat temanku celaka?” Manda tidak menghentikan sandiwaranya, bahkan tidak berniat untuk bangkit dari lantai yang dia duduki. “Aku hanya memintamu membayar pengobatan orang yang kau celakai, tapi kau menolak.” “Aku sama sekali tidak menolak. Aku hanya kehabisan uang dan menunggu Jovi untuk ....” “Kau bahkan tidak berniat mengeluarkan uang pribadimu atas kesalahan yang kau buat?” tanya Manda yang baru saja berdiri dibantu oleh Jovi. “Apa kau ingin memeras Jovi?” “Aku tidak ....” “Cukup Vanessa.” Setelah tadi kalimatnya dipotong Manda, kini kalimat Vanessa dipotong oleh Jovi. “Jangan membuat keributan. Ini di rumah sakit.” “Aku tidak pernah membuat keri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • My Bad Doctor   49. Sengaja atau Tidak

    “Tadi Mama kenapa?” Kegiatan Jovi membuka pintu rumah terhenti, ketika dia mendengar penjelasan dari ibu mertuanya. “Tadi sebenarnya Mama minta uang sama Vanessa dan beri semua uangnya. Mungkin karena itu dia jadi tidak punya uang, apalagi tadi kamu bilang salah kasih ATM ke Vanessa.” Kini Jovi memijat pangkal hidungnya dengan keras. Rasanya, sakit kepala yang sejak tadi dai rasakan, kini terasa makin sakit saja. “Nanti Jovi akan bicarakan dengan Vanessa.” Pada akhirnya, hanya itu saja yang bisa sang dokter katakan pada ibu mertuanya. Setelah mematikan telepon, Jovi melanjutkan kegiatannya yang tadi. Dia melakukan itu dengan sedikit tergesa, karena perlu melihat keadaan perempuan yang menjadi teman satu rumahnya. “Vanessa.” Jovi memanggil, ketika menemukan apartemennya dalam keadaan gelap gulita. Padahal sekarang sudah malam. Mau tidak mau, Jovi menekan sakelar lampu. Setelahnya, barulah dia melangkah ke kamar utama tanpa menengok ke arah ruangan lain lebih dulu. “Vanessa.” J

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • My Bad Doctor   50. Tabungan Menikah

    “Kenapa dengan tanganmu itu.” Meghan menatap perban di tangan Vanessa dengan tatapan tidak suka. “Saya kecelakaan, Bu. Ini yang saya urus dua hari kemarin.” Vanessa sama sekali tidak keberatan untuk menjelaskan. “Jadi apa kau akan mengajukan cuti lagi?” tanya Meghan dengan mata melotot. “Dengan alasan sakit?” “Tentu saja tidak.” Vanessa menggeleng sambil tersenyum. “Saya tidak selemah itu, sampai harus cuti karena tangan diperban. Walau mungkin akan jadi lamban, saya bisa bekerja.” Meghan menyipitkan mata dengan tidak suka. Entah bagaimana, dia merasa kata-kata yang diucapkan oleh Vanessa terdengar sedikit mengintimidasi dan mengejek. Hal yang jelas saja tidak disukai oleh Meghan karena biar bagaimana jabatannya lebih tinggi. “Baiklah.” Meghan mengangguk pelan. “Karena kau sudah sombong begitu, aku tidak mau melihat kau meminta tolong orang lain mengerjakan pekerjaanmu, sekali pun itu hanya sedikit.” “Itu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • My Bad Doctor   51. Curiga

    “Bagaimana dengan Vanessa?” tanya Danapati, ketika sang putra mengunjunginya di kantor. “Hubungan kalian baik-baik saja kan?” “Sangat baik.” Jovi mengangguk dengan sangat canggung dan membuat lelaki paruh baya yang menggunakan sneli di depannya menaikkan sebelah alis. “Kenapa kau terlihat gugup?” Danapati tidak segan untuk bertanya. “Kau tidak menyembunyikan sesuatu kan?” “Tidak juga.” Jovi kembali menggeleng. “Yah, kecuali soal Vanessa yang terluka karena kecelakaan ringan.” “Vanessa kecelakaan dan kau masih merahasiakan itu?” Danapati sampai melotot mendengar apa yang dikatakan oleh putranya. “Bukan sesuatu yang parah, Pa. Hanya sedikit robek di tangan dan jari.” Jovi tentu saja akan menunjukkan tempat-tempat yang sama sekali tidak berbahaya itu. “Tetap saja. Seharusnya kau memberitahu kami dan orang tua Vanessa. Kau tidak lupa mengabari mertuamu kan?” Jovi langsung terdiam mendengar pertanyaan ayahnya. Tentu saja dia sama sekali lupa dengan hal itu, apalagi mereka juga masi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • My Bad Doctor   52, Mandul

    “Kenapa kalian berdua bisa ada di sini?” Vanessa mengatakan itu, ketika melihat ada dua orang berdiri di depan rumah Jovi. “Vanessa, kok baru pulang kerja jam segini?” Alih-alih menjawab, Mama Cindy segera mendatangi menantunya. “Kan lagi sakit. Tidak perlu masuk kerja lah.” “Nah, kan. Mama juga bilang apa?” Kali ini, Mama Linna yang bersuara. “Harusnya kau mendengar ketika Mama bilang cuti saja.” Vanessa mengangkat sebelah alis mendengar ucapan mama kandungnya itu. Rasanya itu tidak terdengar tulus, bahkan merupakan suatu kebohongan. Linna bahkan tidak terlalu peduli dan tidak menanyakan keadaan Vanessa sama sekali. “Jam pulang Vanessa memang jam segini, Ma.” Pada akhirnya, perempuan gempal itu memilih untuk menjawab sang mama mertua. “Lagi pula, ini bukan luka serius kok.” “Astaga!” Mama Cindy langsung mengambil tangan Vanessa yang terulur dengan pelan. “Diperban sebanyak ini dan kau masih bilang tidak serius?” “Memang tidak serius.” Vanessa sampai meringis, karena tidak tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • My Bad Doctor   53. Ketahuan

    “Jovi.” Linna langsung gugup melihat kehadiran menantunya yang berdiri di depan pintu kamar. “Tadi aku dengar Mama mertuaku mengatakan sesuatu,” balas Jovi dengan senyuman lebar. “Apa aku salah dengar?” “Kau salah dengar.” Linna mengangguk dengan cepat. “Kami sedang membicarakan orang lain, bukan membicarakan kalian.” “Baguslah kalau begitu.” Jovi mengangguk pelan, masih mempertahankan senyum penuh artinya. “Kalau begitu mungkin Mama bisa keluar saja, biar aku yang membantu istriku.” Linna tidak langsung keluar. Dia terlebih dulu melirik ke arah putrinya dan memberi tanda agar bisa segera mengirim uang. Setelah itu, barulah Linna beranjak keluar dengan senyum lebar di wajahnya. “Walau tubuh putriku tidak terlalu bagus, tapi tolong perlakukan dia dengan baik ya.” Linna menyempatkan diri untuk mengatakan itu, sembari menepuk pelan pundak sang menantu. “Mama tidak perlu khawatir, karena sejujurnya Vanessa itu cukup indah,” jawab Jovi dengan tidak tahu malunya. Jujur saja, Vaness

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • My Bad Doctor   54. Childfree

    “Coba jawab pertanyaan mertuamu.” Cindy ikut mencecar putranya dengan tatapan menyipit curiga. “Kan aneh kalau barang-barang Vanessa ada di kamar mandi luar, sementara dia selalu mandi di dalam.” Linna mengangguk pelan. “Apa kalian baru saja bertengkar atau apa?” “Tidak.” Jovi menggeleng dengan gugup. “Itu hanya ....” “Aku sengaja menaruhnya di luar.” Vanessa yang baru saja keluar dengan rambut yang masih basah, langsung memberi tahu. “Mandi di luar adalah solusi saat Jovi sudah lebih dulu mandi dan kami sedang buru-buru.” “Ya, seperti itu.” Jovi langsung mengangguk dengan bersemangat. “Mama kan tahu bagaimana aku jika mendapat tugas jaga pagi.” Cindy hanya bisa memutar bola mata dengan gemas. Tentu saja dia tahu kelakuan putranya jika sedang berada di dalam kamar mandi merangkap toilet saat pagi hari. “Memangnya kenapa?” Linna yang tidak mengerti, tentu akan bertanya. “Jovi itu kalau buang air sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • My Bad Doctor   55. Pura-pura Hamil

    “Bagaimana kalau aku pura-pura hamil, kemudian pura-pura keguguran?” tanya Vanessa dengan kelopak mata yang membulat sempurna. “Lantas bagaimana kalau mamaku membawamu ke dokter kandungan?” tanya Jovi dengan kedua alis terangkat. “Apa kau pikir tidak akan ketahuan? Lagi pula, keguguran itu butuh dirawat di rumah sakit.” “Kau kan dokter.” Vanessa menunjuki suaminya. “Kau bisa bekerja sama dengan dokter kandungan untuk itu bukan?” “Apa kau pikir keguguran hanya berhubungan dengan dokter kandungan?” tanya Jovi dengan mata melotot. “Ada dokter anestesi juga perawat, bahkan bagian administrasi. Terlalu banyak orang.” “Tidak perlu sampai seperti itu. Memangnya orang tuamu akan memeriksa semuanya.” “Mamaku mungkin tidak, tapi papaku ya. Dia dokter juga dan kalau mau, Papa bisa meminta datamu, sekali pun kau dirawat di rumah sakit lain. Dia punya banyak teman, Nes.” Vanessa mendengus keras. Dia benar-benar merasa kesal karena semua ide yang sejak tadi dia ajukan, tidak diloloskan Jovi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19

Bab terbaru

  • My Bad Doctor   155. Akhirnya (TAMAT)

    "Kenapa kau tampak pucat?" Jovi menanyakan itu dengan kening berkerut. "Apa kau sakit?" "Tidak kok." Vanessa dengan cepat menggeleng. "Aku hanya belum memakai lipstik." "Yakin?" tanya Jovi, sembari memperhatikan istrinya yang pergi ke meja rias dan memakai lipstik. "Apa kita tidak usah pergi saja?" "Jangan begitu dong. Yang menikah ini kan teman kita berdua dan salah satu dokter di rumah sakit juga. Masa kita berdua tidak hadir." "Tapi kau tidak terlihat baik-baik saja." Jovi benar-benar khawatir ketika melihat istrinya. "Atau kita singgah ke rumah sakit saja dulu? Kebetulan stetoskopnya aku tinggal di sana." "Tidak perlu Joviandri." Kali ini, Vanessa berbicara dengan lebih jelas. "Sebaiknya, kita berangkat sekarang. Karena kalau tidak, nanti terlambat." Walau masih keberatan, Jovi pada akhirnya hanya bisa mengalah. Vanessa benar-benar merajuk ingin segera berangkat ke tempat acara, karena rumah mereka kebetulan agak jauh juga. Apalagi, kali ini mereka menginap di rumah ora

  • My Bad Doctor   154. Bukan Rahasia Lagi

    "Kau itu kenapa?" tanya Vanessa, pada lelaki di depannya. "Kenapa wajahmu berantakan begitu?" "Aku dipukuli Ayah," jawab Ardy dengan nada kesal. "Kau melakukan apa lagi?" Kali ini giliran Jovi yang bersuara, sembari mempersiapkan beberapa hal untuk mengobati pasiennya itu. "Pasti melakukan hal yang aneh kan?" "Aku memang melakukan sesuatu, tapi bukan sesuatu yang harus dipukuli seperti sekarang," gerutu Ardy mencebik kesal. "Pelan-pelan ya," lanjutnya ketika Jovi sudah akan mengobati wajahnya. "Tidak akan ada seorang ayah yang akan memukuli putranya seperti ini, jika tidak melakukan hal yang tidak sepatutnya." Vanessa mengatakan itu dengan kedua tangan terlipat di dada. "Jadi katakan saja. Kami akan mendengar dan tidak akan menghakimi." Ardy mengembuskan napas cukup keras. Dia tidak bisa langsung menjawab, karena selain sedang diobati di bagian sudut bibir, Ardy juga tidak bisa mengatakan alasannya dengan jujur. Bia

  • My Bad Doctor   153. Hasil

    "Bisa jelaskan ini pada Kakak, Ra?" tanya seorang lelaki berkacamata pada Aurora. Sayangnya, perempuan yang berprofesi sebagai dokter itu pun tidak bisa menjawab. Lebih tepatnya, Aurora membatu dengan mulut terbuka saking terkejutnya melihat kehadiran orang-orang di rumahnya. "Kok malah bengong sih. Ra?" Kali ini seorang perempuan yang sedang menggendong anak bayi yang berbicara. "Ini pacarmu kan? Tapi kenapa malah datangnya rombongan?" "Maaf." Tiba-tiba saja Aurora memekik. "Tapi boleh saya bicara berdua dulu dengan Ardy?" Dua orang tua yang duduk di atas sofa saling melirik, sebelum menatap putra mereka. Tentu saja dua orang tua ini merasa tindakan Aurora barusan sedikit tidak sopan, apalagi mereka seperti tidak disambut dengan baik. "Biar aku bicara dengan Aurora dulu ya." Untung saja Ardy cukup cepat tanggap dan segera beranjak dari tempatnya duduk. "Maaf, ya Om dan Tante." Tahu dirinya terlihat sedikit kurang ajar, Aurora tak lupa mengucap maaf. "Saya pinjam anaknya d

  • My Bad Doctor   152. Melamar

    "Aku tidak hamil, Ar. Jadi tolong jangan terus menggangguku," desis Aurora terlihat sangat kesal, dengan ponsel menempel di telinga. "Apa kau sudah periksa?" Sayangnya, Ardy tidak mau menyerah begitu saja. "Kalau sudah, perlihatkan hasilnya. Aku hanya akan menerima hasil dari rumah sakit dan tidak dengan test pack." "Yang benar saja. Kalau aku memeriksa ke rumah sakit tempatku bekerja, nanti aku akan digosipi orang-orang. Aku tidak mau itu terjadi." Sang dokter masih bersikeras. "Itu memalukan." "Kau merasa malu karena teman-temanmu tahu, atau tidak mau sampai Jovi tahu?" Ardy membalas dengan pertanyaan. "Kenapa tiba-tiba membicarakan Jovi?" "Tentu saja karena dia adalah calon penerus rumah sakit tempatmu bekerja. Sedikit banyak, dia pasti akan tahu kalau kau memeriksakan diri kan? Lagi pula, rumah sakit tidak hanya satu." Aurora memijat pangkal hidungnya, merasa terlalu banyak hal yang membuatnya sakit kepala belakangan ini. Tentu saja Ardy adalah salah satunya. Lelaki it

  • My Bad Doctor   151. Gejala Hamil

    "Jadi bagaimana dengan perjalananmu dengan Ardy?" Aurora langsung melirik kesal ke arah suara yang dia dengar. Padahal dirinya baru masuk ke dalam ruang praktik, tapi malah sudah menemukan seseorang yang menyebalkan di sana. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Vanessa. "Bukankah kau harusnya bertanya pada dirimu saja dulu?" tanya Aurora yang kemudian menyimpan tasnya. "Bagaimana dengan program kehamilanmu?" "So far so good." Vanessa mengangguk tanpa ragu. "Cuma memang belum ada hasil saja. Mungkin setelah kuliah Jovi di semester ini berakhir, kami mau mencoba inseminasi saja." "Secepat itu?" Aurora menaikkan sebelah alisnya, menghentikan kegiatan menggunakan sneli. "Apa tidak mau menunggu lebih lama lagi? Bukankah katanya kau mau sekolah lagi?" "Iya sih, tapi entah kenapa pengennya begitu." Vanessa mengedikkan bahu dengan santainya. "Akan lebih baik aku hamil saat sedang kuliah, dibanding melahir

  • My Bad Doctor   150. Gara-Gara Setan

    "Apa yang terjadi di sini," gumam Aurora sembari menempelkan selimut dengan erat ke tubuhnya. "Aku juga tidak tahu," gumam Ardy dengan mata melotot. "Apanya yang tidak tahu brengsek." Dengan kekuatan penuh, Aurora melemparkan bantal ke arah lelaki yang dia temani. "Kau jelas-jelas melakukan sesuatu padaku." "Ya, tapi aku juga tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi." Ardy menjawab, sembari berusaha menghindar. Dia bahkan sampai keluar dari dalam selimut. "Jangan memperlihatkan tubuh telanjang sialanmu itu," pekik Aurora sembari memejamkan mata dengan sangat rapat. "Maaf." Ardy segera berjongkok dan bersembunyi di dekat ranjang. Entah bagaimana, dua orang itu pagi ini berakhir di atas ranjang yang sama dengan keadaan tanpa sehelai benang pun melekat pada tubuh. Padahal kemarin mereka hanya berniat untuk berlibur di daerah sekitar pegunungan yang bisa dijangkau tanpa mendaki, tapi malah berakhir di hotel. Padahal, kemarin rasanya semua baik-baik saja. Setidaknya, sampai huj

  • My Bad Doctor   149. Berlibur Bersama

    "Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Ardy?" Aurora menatap perempuan yang baru saja masuk ke dalam ruangan praktiknya dan langsung memutar mata karena gemas dan kesal. Hanya ada satu orang yang bisa membuat dia kesal, terutama saat jam kerja seperti sekarang. "Tidak bisakah kau berhenti menyelinap ke ruanganku, saat aku sedang bekerja?" Aurora tidak segan untuk menegur, sekalipun dia adalah menantu direktur. Yap. Penyusup itu adalah Vanessa. "Aku tidak menyelinap." Vanessa membantah dan segera duduk di kursi yang tersedia di depan meja dokter. "Aku mendaftar untuk bertemu denganmu tahu." "Sepertinya staff keuangan sangat kekurangan pekerjaan ya?" tanya Aurora dengan nada mengejek. "Bagaimana mungkin kau bisa berkeliaran saat jam kerja seperti sekarang? Kalau ingin bermain, bukankah lebih baik kau mencari Jovi?" "Pekerjaanku sudah selesai." Vanessa mengedikkan bahu dengan santainya. "Entah kenapa, pekerjaan di rumah sakit sebesar ini tidak begitu banyak. Lalu soal Jov

  • My Bad Doctor   148. Dua Orang yang Cocok

    "Untuk apa kau ke sini?" tanya Aurora dengan kedua terlipat di depan dada. "Aku ini pasien loh. Masa kau memperlakukan pasien sejutek itu?" tanya Ardy yang sudah duduk di atas ranjang pasien dengan santainya. "Pasien apanya?" hardik Aurora terdengar kesal. "Kau jelas-jelas terlihat sangat sehat, berbeda dengan saat kau pertama kali datang ke sini." "Tapi aku benar-benar sakit." Ardy bersikeras. "Kalau begitu, bagian mana yang sakit?" Mau tidak mau, Aurora akhirnya bangkit dengan sneli yang dia pegang dengan erat. "Kalau aku tidak menemukan ada penyakit, maka aku akan memukulmu." "Kalau penyakit sih tidak ada, tapi aku terluka." Ardy tiba-tiba saja mengangkat kakinya. Dia tidak perlu menggulung celana untuk menunjukkan luka, karena hari ini menggunakan celana pendek. "Luka apa ini?" tanya Aurora dengan kening berkerut. Kini dia mulai terlihat serius. "Bukankah ini luka bekas gigitan hewan?" "Benar." Ardy mengangguk tanpa ragu. "Tadi pagi, aku digigit anjing tetangga." "

  • My Bad Doctor   147. Jodoh

    "Aurora dan Ardy?" tanya Jovi dengan sebelah alis terangkat. "Apa aku tidak salah dengar?" "Sama sekali tidak." Vanessa menggeleng pelan. "Soalnya, aku kemarin melihat interaksi lucu mereka dan itu menggemaskan. Sepertinya mereka akan cocok." Kening Jovi berkerut menatap istri yang dia peluk. Mereka sedang bersantai di atas ranjang, setelah menghabiskan malam panas bersama. Jovi sih masih ingin sekali lagi, tapi memilih menahan diri karena istrinya lelah. Alhasil mereka hanya berpelukan saja. "Tapi bagiku itu tetap aneh." Sayangnya, pikiran Jovi berbeda dengan sang istri. "Aku rasa sifat mereka bertolak belakang dan bisa memicu konflik." "Memangnya sifat kita tidak bertolak belakang?" Vanessa malah memukul dada bidang sang suami. "Sama sekali tidak." Jovi menyangkal dengan entengnya. "Kita sama-sama orang yang senang cari ribut." "Heh, aku tidak seperti itu ya." Kali ini Vanessa bukan memukul lagi, tapi mencubit. Tentu saja rasanya sakit, tapi Jovi hanya bisa meringis

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status