Beranda / Romansa / My Bad Doctor / 48. Tidak Sadar

Share

48. Tidak Sadar

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-01 12:26:41

“Jovi, tolong aku.” Tiba-tiba saja Manda memekik histeris. “Dia mendorongku, padahal dia yang bersalah di sini.”

“Aku tidak melakukan apa pun.” Tentu saja Vanessa akan membela diri. “Dia jatuh dengan sendirinya.”

“Kau masih mengelak, padahal kau yang membuat temanku celaka?” Manda tidak menghentikan sandiwaranya, bahkan tidak berniat untuk bangkit dari lantai yang dia duduki. “Aku hanya memintamu membayar pengobatan orang yang kau celakai, tapi kau menolak.”

“Aku sama sekali tidak menolak. Aku hanya kehabisan uang dan menunggu Jovi untuk ....”

“Kau bahkan tidak berniat mengeluarkan uang pribadimu atas kesalahan yang kau buat?” tanya Manda yang baru saja berdiri dibantu oleh Jovi. “Apa kau ingin memeras Jovi?”

“Aku tidak ....”

“Cukup Vanessa.” Setelah tadi kalimatnya dipotong Manda, kini kalimat Vanessa dipotong oleh Jovi. “Jangan membuat keributan. Ini di rumah sakit.”

“Aku tidak pernah membuat keri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Bad Doctor   49. Sengaja atau Tidak

    “Tadi Mama kenapa?” Kegiatan Jovi membuka pintu rumah terhenti, ketika dia mendengar penjelasan dari ibu mertuanya. “Tadi sebenarnya Mama minta uang sama Vanessa dan beri semua uangnya. Mungkin karena itu dia jadi tidak punya uang, apalagi tadi kamu bilang salah kasih ATM ke Vanessa.” Kini Jovi memijat pangkal hidungnya dengan keras. Rasanya, sakit kepala yang sejak tadi dai rasakan, kini terasa makin sakit saja. “Nanti Jovi akan bicarakan dengan Vanessa.” Pada akhirnya, hanya itu saja yang bisa sang dokter katakan pada ibu mertuanya. Setelah mematikan telepon, Jovi melanjutkan kegiatannya yang tadi. Dia melakukan itu dengan sedikit tergesa, karena perlu melihat keadaan perempuan yang menjadi teman satu rumahnya. “Vanessa.” Jovi memanggil, ketika menemukan apartemennya dalam keadaan gelap gulita. Padahal sekarang sudah malam. Mau tidak mau, Jovi menekan sakelar lampu. Setelahnya, barulah dia melangkah ke kamar utama tanpa menengok ke arah ruangan lain lebih dulu. “Vanessa.” J

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • My Bad Doctor   50. Tabungan Menikah

    “Kenapa dengan tanganmu itu.” Meghan menatap perban di tangan Vanessa dengan tatapan tidak suka. “Saya kecelakaan, Bu. Ini yang saya urus dua hari kemarin.” Vanessa sama sekali tidak keberatan untuk menjelaskan. “Jadi apa kau akan mengajukan cuti lagi?” tanya Meghan dengan mata melotot. “Dengan alasan sakit?” “Tentu saja tidak.” Vanessa menggeleng sambil tersenyum. “Saya tidak selemah itu, sampai harus cuti karena tangan diperban. Walau mungkin akan jadi lamban, saya bisa bekerja.” Meghan menyipitkan mata dengan tidak suka. Entah bagaimana, dia merasa kata-kata yang diucapkan oleh Vanessa terdengar sedikit mengintimidasi dan mengejek. Hal yang jelas saja tidak disukai oleh Meghan karena biar bagaimana jabatannya lebih tinggi. “Baiklah.” Meghan mengangguk pelan. “Karena kau sudah sombong begitu, aku tidak mau melihat kau meminta tolong orang lain mengerjakan pekerjaanmu, sekali pun itu hanya sedikit.” “Itu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • My Bad Doctor   51. Curiga

    “Bagaimana dengan Vanessa?” tanya Danapati, ketika sang putra mengunjunginya di kantor. “Hubungan kalian baik-baik saja kan?” “Sangat baik.” Jovi mengangguk dengan sangat canggung dan membuat lelaki paruh baya yang menggunakan sneli di depannya menaikkan sebelah alis. “Kenapa kau terlihat gugup?” Danapati tidak segan untuk bertanya. “Kau tidak menyembunyikan sesuatu kan?” “Tidak juga.” Jovi kembali menggeleng. “Yah, kecuali soal Vanessa yang terluka karena kecelakaan ringan.” “Vanessa kecelakaan dan kau masih merahasiakan itu?” Danapati sampai melotot mendengar apa yang dikatakan oleh putranya. “Bukan sesuatu yang parah, Pa. Hanya sedikit robek di tangan dan jari.” Jovi tentu saja akan menunjukkan tempat-tempat yang sama sekali tidak berbahaya itu. “Tetap saja. Seharusnya kau memberitahu kami dan orang tua Vanessa. Kau tidak lupa mengabari mertuamu kan?” Jovi langsung terdiam mendengar pertanyaan ayahnya. Tentu saja dia sama sekali lupa dengan hal itu, apalagi mereka juga masi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • My Bad Doctor   52, Mandul

    “Kenapa kalian berdua bisa ada di sini?” Vanessa mengatakan itu, ketika melihat ada dua orang berdiri di depan rumah Jovi. “Vanessa, kok baru pulang kerja jam segini?” Alih-alih menjawab, Mama Cindy segera mendatangi menantunya. “Kan lagi sakit. Tidak perlu masuk kerja lah.” “Nah, kan. Mama juga bilang apa?” Kali ini, Mama Linna yang bersuara. “Harusnya kau mendengar ketika Mama bilang cuti saja.” Vanessa mengangkat sebelah alis mendengar ucapan mama kandungnya itu. Rasanya itu tidak terdengar tulus, bahkan merupakan suatu kebohongan. Linna bahkan tidak terlalu peduli dan tidak menanyakan keadaan Vanessa sama sekali. “Jam pulang Vanessa memang jam segini, Ma.” Pada akhirnya, perempuan gempal itu memilih untuk menjawab sang mama mertua. “Lagi pula, ini bukan luka serius kok.” “Astaga!” Mama Cindy langsung mengambil tangan Vanessa yang terulur dengan pelan. “Diperban sebanyak ini dan kau masih bilang tidak serius?” “Memang tidak serius.” Vanessa sampai meringis, karena tidak tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • My Bad Doctor   53. Ketahuan

    “Jovi.” Linna langsung gugup melihat kehadiran menantunya yang berdiri di depan pintu kamar. “Tadi aku dengar Mama mertuaku mengatakan sesuatu,” balas Jovi dengan senyuman lebar. “Apa aku salah dengar?” “Kau salah dengar.” Linna mengangguk dengan cepat. “Kami sedang membicarakan orang lain, bukan membicarakan kalian.” “Baguslah kalau begitu.” Jovi mengangguk pelan, masih mempertahankan senyum penuh artinya. “Kalau begitu mungkin Mama bisa keluar saja, biar aku yang membantu istriku.” Linna tidak langsung keluar. Dia terlebih dulu melirik ke arah putrinya dan memberi tanda agar bisa segera mengirim uang. Setelah itu, barulah Linna beranjak keluar dengan senyum lebar di wajahnya. “Walau tubuh putriku tidak terlalu bagus, tapi tolong perlakukan dia dengan baik ya.” Linna menyempatkan diri untuk mengatakan itu, sembari menepuk pelan pundak sang menantu. “Mama tidak perlu khawatir, karena sejujurnya Vanessa itu cukup indah,” jawab Jovi dengan tidak tahu malunya. Jujur saja, Vaness

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • My Bad Doctor   54. Childfree

    “Coba jawab pertanyaan mertuamu.” Cindy ikut mencecar putranya dengan tatapan menyipit curiga. “Kan aneh kalau barang-barang Vanessa ada di kamar mandi luar, sementara dia selalu mandi di dalam.” Linna mengangguk pelan. “Apa kalian baru saja bertengkar atau apa?” “Tidak.” Jovi menggeleng dengan gugup. “Itu hanya ....” “Aku sengaja menaruhnya di luar.” Vanessa yang baru saja keluar dengan rambut yang masih basah, langsung memberi tahu. “Mandi di luar adalah solusi saat Jovi sudah lebih dulu mandi dan kami sedang buru-buru.” “Ya, seperti itu.” Jovi langsung mengangguk dengan bersemangat. “Mama kan tahu bagaimana aku jika mendapat tugas jaga pagi.” Cindy hanya bisa memutar bola mata dengan gemas. Tentu saja dia tahu kelakuan putranya jika sedang berada di dalam kamar mandi merangkap toilet saat pagi hari. “Memangnya kenapa?” Linna yang tidak mengerti, tentu akan bertanya. “Jovi itu kalau buang air sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • My Bad Doctor   55. Pura-pura Hamil

    “Bagaimana kalau aku pura-pura hamil, kemudian pura-pura keguguran?” tanya Vanessa dengan kelopak mata yang membulat sempurna. “Lantas bagaimana kalau mamaku membawamu ke dokter kandungan?” tanya Jovi dengan kedua alis terangkat. “Apa kau pikir tidak akan ketahuan? Lagi pula, keguguran itu butuh dirawat di rumah sakit.” “Kau kan dokter.” Vanessa menunjuki suaminya. “Kau bisa bekerja sama dengan dokter kandungan untuk itu bukan?” “Apa kau pikir keguguran hanya berhubungan dengan dokter kandungan?” tanya Jovi dengan mata melotot. “Ada dokter anestesi juga perawat, bahkan bagian administrasi. Terlalu banyak orang.” “Tidak perlu sampai seperti itu. Memangnya orang tuamu akan memeriksa semuanya.” “Mamaku mungkin tidak, tapi papaku ya. Dia dokter juga dan kalau mau, Papa bisa meminta datamu, sekali pun kau dirawat di rumah sakit lain. Dia punya banyak teman, Nes.” Vanessa mendengus keras. Dia benar-benar merasa kesal karena semua ide yang sejak tadi dia ajukan, tidak diloloskan Jovi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • My Bad Doctor   56. Video

    [+62xxxxxxxxx: Ini peringatan terakhir untukmu. Jauhi Jovi, atau kau akan menyesal seumur hidup.] Kening Vanessa berkerut membaca pesan bernada ancaman itu. Dia bisa menebak siapa yang mengirim, tapi jelas tidak mengerti kenapa harus sampai seperti ini. “Bukannya dia yang berselingkuh duluan ya?” gumam Vanessa dengan pelan, di balik kubikel kerjanya. “Perasaan Cinta bilangnya begitu deh. Atau aku yang salah ingat?” Vanessa kembali menjelajahi ruang obrolan pribadi dengan sahabatnya itu dan menemukan kalimat yang sesuai. Dia sama sekali tidak salah ingat, jadi untuk apa Manda sampai mengancam seperti itu? “Apa dia sama sekali tidak merasa bersalah dan ingin minta balikan?” Vanessa masih berbisik. “Siapa yang tidak merasa bersalah?” Ardy tiba-tiba saja muncul dari balik kubikelnya. “Bukan siapa-siapa.” Vanessa yang sudah terbiasa dengan kemunculan lelaki rekan kerjanya itu, mampu menjawab dengan senyum tipis “Apa mantan pacarmu berulah? Atau mantannya pacarmu yang be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20

Bab terbaru

  • My Bad Doctor   130. Istirahat

    "Loh, ada Jovi di sini." Anna tersenyum ketika melihat lelaki yang dia lihat itu. Berbeda dengan Anna, Jovi malah berdecih pelan. Lelaki itu sama sekali tidak senang melihat kehadiran teman kelasnya itu. Apalagi Anna berada di rumah sakit milik keluarganya. "Kenapa kau ada di sini?" Anna mengekori Jovi yang sedang berjalan cepat menuju ke lift. "Apa kau juga berniat untuk nanti bergabung dengan peneliti yang ada di Hospitalia ini?" Tentu saja Jovi memilih untuk tidak menjawab. Dia tidak ingin mengurusi perempuan yang terus mengikutinya itu, karena perlu pergi ke kamar sang istri. Dia sudah sengaja pergi makan siang dan mandi, karena sahabat sang istri datang menjenguk. "Hei, apa kau tidak punya telinga?" tanya Anna terlihat cemberut, ketika masuk ke dalam lift. "Dokter Jovi, sepertinya Mbak yang di sana berbicara dengan dokter." Seorang perawat memberitahu. "Dia tidak bicara denganku," jawab Jovi dengan senyum tipis.

  • My Bad Doctor   129. Bukan Perempuan

    "Vanessa? Apa yang kau lamunkan?" Yang empunya nama tersentak ketika mendengar suara yang begitu dekat dengannya. Makin terkejut ketika menyadari ada Cinta-sang sahabat, hanya berjarak lima senti dari wajah Vanessa. "Argh." Vanessa refleks mendorong sang sahabat. "Aduh!" Tentu saja Cinta akan mengeluh. "Kau itu kenapa sih?" "Ka ...." Vanessa ingin berbicara lebih banyak, tapi tidak bisa. Bisa mengeluarkan suara seperti barusan saja sudah merupakan kemajuan besar. "Pelan-pelan, Ta. Jangan terlalu membuat dia terkejut, nanti kepala Vanessa bisa berdarah lagi." Kali ini, giliran Lydia yang berbicara. "Cinta yang membuatku terkejut." Vanessa memperlihatkan ponselnya untuk berbicara. "Lagi pula, kenapa kalian harus membuatku terkejut." "Coba lihat dia." Erika berdecak pelan. "Padahal kita sudah susah-susah meluangkan waktu untuk datang menjenguk, tapi dia malah menyalahkan kita. Mana dari sejak kita datang dia cuma melamun saja. Dasar tidak tahu diuntung." Vanessa memutar b

  • My Bad Doctor   128. Pasangan Seumur Hidup

    "Gangguan bicara kadang terjadi pada pasien dengan pendarahan otak." Dokter bedah saraf memberi tahu. "Efeknya bisa jadi permanen, tapi bisa juga hanya sementara saja." "Saran saya, Mbak Vanessa boleh dicoba untuk terapi bicara saja dulu. Mungkin Dokter Danapati dan Dokter Jovi bisa sekalian ikut membantu. Saya yakin kalian bisa membantu untuk terapi juga." Walau terbalut dengan perban, semua orang tahu kalau Vanessa tengah mengerutkan keningnya. Dia sungguh tidak menyangka akan mendengar penjelasan seperti itu dari dokter yang menanganinya. Padahal, dia bisa bersuara walau tidak bisa merangkai kata. "Tidak apa-apa, Nes." Jovi berusaha untuk tersenyum dan menenangkan istrinya, ketika dokter yang menangani pergi. "Masih diterapi karena ini hanya gangguan sementara saja. Mungkin kau sudah bisa kembali berbicara dengan baik setelah beberapa minggu." Sayang sekali, Vanessa menggeleng. Dia tentu saja menjadi orang yang paling terpukul atas gangguan bicara yang dia alami sekarang in

  • My Bad Doctor   127. Bisu

    "Jovi tunggu dulu." Anna berlarian mengejar lelaki yang dia panggil itu. "Hei, apa kau tidak mendengar?" Tentu Jovi tidak peduli dengan panggilan itu, karena dia sedang terburu-buru. Vanessa masih di ruang operasi, jadi dia harus bergegas pergi ke rumah sakit. Jovi ingin berada di dekat sang istri. "Hei, apa kau tidak mendengar aku." Anna merentangkan tangan di depan motor yang baru saja dinaiki oleh Jovi. "Minggir," gumam Jovi yang sudah siap untuk berangkat. "Aku tidak mau." Sayang sekali, Anna bergeming. "Setidaknya berikan nomor ponselmu sebelum kau pergi." "Minggir sekarang atau aku akan menabrakmu." Jovi kembali meminta disertai dengan ancaman. "Berikan nomor ponselmu, agar kita bisa mengobrol dengan lebih tenang dan... Kyaa." Anna segera menghindar ketika Jovi benar-benar melajukan motornya. Padahal lelaki itu hanya melajukan motor dengan sangat lambat untuk menakut-nakuti. Tentu saja itu membuat Anna langsung menghindar karena takut ditabrak. "Tunggu dulu." Rupa

  • My Bad Doctor   126. Pengganggu

    "Mahasiswa baru ya?" Jovi mendongak ketika dia mendengar ada suara di sebelahnya. Ada seorang perempuan yang tampaknya lebih muda dari dirinya, tersenyum dengan sangat lebar. Hal yang membuat Jovi mendengus pelan. "Ada masalah dengan status kuliahku?" tanya Jovi kini kembali menatap ke depan. Sekarang ini, Jovi memang sudah mulai menjalankan kuliah kembali dan ini adalah hari pertamanya. Padahal, hari ini bersamaan dengan jadwal operasi Vanessa. Tapi karena dia juga tidak bisa bolos pada semester baru dan hari pertama, jika ingin cepat lulus. Alhasil Jovi memilih untuk pergi ke kampus dengan perasaan was-was. "Tidak ada sih." Bukannya menyerah, perempuan tadi malah duduk di sebelah Jovi yang memang kosong. "Tapi aku boleh berkenalan denganmu kan? Namaku Anna." "Maaf, tapi tidak bisa." Jovi segera menolak dan memilih untuk pindah ke deretan kursi paling belakang, walau dia suka duduk di tengah. "Kenapa tidak bisa?" tan

  • My Bad Doctor   125. Waktu Untukmu

    "Keguguran?" tanya Cindy dengan kedua alis terangkat. "Ya." Danapati mengangguk pelan. "Dan sepertinya baik Jovi maupun Vanessa tidak tahu tentang kehamilan itu. Bahkan Jovi mengaku sempat memberikan Vanessa obat untuk menghalangi kehamilan, tapi mungkin lupa diminum karena bertengkar." Cindy terduduk di kursi yang ada di dalam ruangan suaminya. Dia yang sejak tadi menunggu di sana karena Vanessa harus dibiarkan sendiri untuk istirahat, benar-benar merasa sangat terkejut. Padahal cucu adalah hal yang sangat Cindy inginkan, tapi dia malah kehilangan. "Ini mungkin hukuman untukku," bisik Cindy pelan. "Ini pasti karena aku menindas Vanessa dan memaksanya untuk memiliki anak yang tidak mereka inginkan." "Jangan menyalahkan dirimu." Danapati mencoba untuk menenangkan sang istri. "Itu semua terjadi bukan karena dirimu." "Ya." Cindy tidak segan untuk mengangguk, ketika mengingat apa yang terjadi. "Ini semua karena mobil sialan yang tid

  • My Bad Doctor   124. Keguguran

    "Dasar orang gila." Cindy nyaris saja berteriak, ketika masuk ke dalam kamar rawat inap menantunya. "Masa anaknya koma begini malah minta uang tiga ratus juta." "Pantas saja Vanessa selalu terlihat stres ketika membicarakan keluarganya." Danapati mengembuskan napas lelah. "Ternyata mereka memang sakit jiwa." "Tidak apa-apa." Hanya Jovi yang terdengar tenang, walau raut wajahnya jelas tidak terlihat baik-baik saja. "Setidaknya mereka tidak akan berani untuk mendekati Vanessa lagi setelah ini." "Ya, kau benar." Cindy mengangguk paham. "Memang lebih baik meminta mereka untuk membuat surat pernyataan seperti tadi." Saat kedua orang tua Vanessa meminta uang, Jovi memang langsung menyanggupi dengan satu syarat. Keluarga mereka tidak boleh lagi muncul di hadapan Vanessa, apa pun yang terjadi. Memang syarat itu terkesan durhaka, tapi itu rasanya akan lebih baik untuk Vanessa. Orang tua perempuan itu bahkan tidak mau repot-repot menjenguk putrinya yang sedang sekarat setelah menerima

  • My Bad Doctor   123. Minta Berapa?

    "Kau baru saja melakukan apa?" Gery bertanya dengan bola mata yang membesar. "Aku menabrak perempuan gendut itu," jawab Manda dengan santainya, bahkan sambil mengikir kuku. "Tadi aku kebetulan melihat mereka bergandengan tangan saat menyeberang jalan. Karena kesal, aku langsung asal tabrak saja. Untung hanya perempuan gendut itu yang benar-benar tertabrak," lanjut Manda seolah yang dia katakan bukanlah apa-apa. "Kau gila." Gery menggeleng pelan. "Kalau dia mati bagaimana?" "Mana mungkin dia mati." Manda malah menghardik. "Kejadian itu terjadi tepat di depan rumah sakit, jadi pasti dia akan segera diselamatkan. Apalagi perempuan itu kan menantu pemilik rumah sakit yang katanya akan segera bergelar direktur. Dia pasti diutamakan." "Tapi andaikata dia tidak selamat? Apa yang akan terjadi denganmu?" tanya Gery dengan kedua alis terangkat. Manda tidak langsung menjawab dan terlihat berpikir terlebih dahulu. Dia bahkan menghentikan kegiatannya mengikir kuku, karena pertanyaan san

  • My Bad Doctor   122. Bersekongkol

    Jovi berlarian mengikuti gerakan ranjang rumah sakit. Di atasnya, terbaring Vanessa yang nyaris sebagian tubuhnya ditutupi oleh warna merah dan luka. Aurora mengikuti di belakang, dengan kondisi yang seratus persen baik-baik saja. "Maaf dokter, Jovi." Seorang perawat menghalangi. "Kami harus memeriksa dia dulu, jadi Dokter Jovi juga bisa merawat luka." "Tapi aku tidak bisa berjauhan dari Vanessa," jawab Jovi terus menatap istrinya yang sudah mulai dikerumuni tenaga kesehatan di ruang IGD. "Dokter Jovi." Perawat yang sudah berumur itu kembali menghalangi, ketika lelaki yang dia ajak bicara mencoba untuk maju. "Kau tidak sedang dalam kondisi yang baik untuk membantu memeriksa keadaan Vanessa, jadi lebih baik kau pergi merawat lukamu saja. Setelah kau sudah merasa lebih baik, datanglah untuk membantu." "Dia benar." Kali ini, Aurora ikut berbicara. "Biar aku bantu merawat lukamu." "Ini karena kau lagi kan?" gumam Jovi dengan tatapan yang masih terlihat kosong. "Kau bekerjasama d

DMCA.com Protection Status