"Tak ada kata sepakat untuk sebuah pemberontakan! Camkan itu, Cah Ayu!" seru Dewi Gauri, ibunda ratu Kerajaan Sanggabumi. Sembari menarik tali kekang Pethak Ageng, kuda putih kesayangan Sang Ratu. Kuda berpostur besar dengan ketangkasan bergerak, yang mampu mengimbangi gerak cepat Sang Ratu saat bertarung di tengah laga pertempuran. Gadis cantik berkulit sawo matang muda itu hanya bisa menatap kepergian ibunya sambil menggelengkan kepala. Tak ada seorang pun yang mampu mencegah keinginan Dewi Gauri untuk ikut terjun dalam pertempuran apapun. Sekali pun Sang Raja, Prabu Arya Pamenang, telah melarangnya dengan memohon. Kala itu, saat sore hampir menukik menyentuh pergantian waktu, Prabu Arya Pamenang bersimpuh di hadapan Dewi Gauri. Memohon dengan sangat agar belahan nyawanya itu tidak ikut dalam pertempuran menumpas pemberontakan di wilayah Kampung Alit, sebuah wilayah perdikan yang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Sanggabumi. "Dengan segala hormat dan segenap rasa cinta
Read more