Semua Bab Jadi Miskin Di Hadapan Mertua: Bab 191 - Bab 200

403 Bab

MENANYAKAN LANGSUNG PADA HASAN!

MENANYAKAN LANGSUNG PADA HASAN!"Ya Allah apakah benar semua ini? Apa salah dan dosaku sampai ibu mertuaku rela berbuat seperti ini padaku?" batin Dinda dalam hati.Dinda segera mengambil HP nya. Dia menelpon kuasa hukum persahaannya. Dia menekan nomer Pak Lukman. Langsung sambungan pertama di angkat."Hallo selamat malam, Mbak Dinda," sapa seorang di sebrang."Selamat malam, Pak Lukman! Apakah anda sedang sibuk?" tanya Dinda."Tidak, Mbak! Ada apa?" tanya Pak Lukman."Pak, saya mau bertanya. Bagaimana hukumnya suami melakukan poligami tanpa izin istri?" tanya Dinda."Tolong jawab saja, nanti saya akan menceritakan detailsnya Pak," ujar Dinda lagi."Baiklah Mbak, saya akan menjawabnya. Pada dasarnya seorang laki-laki, baik ia muslim maupun nonmuslim, diperbolehkan untuk memiliki istri lebih dari satu, namun dengan berbagai persyaratan yang telah ditentukan oleh undang-undang. Hal tersebut sebagaimana ketentuan hukum yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawina
Baca selengkapnya

DESAKAN DINDA!

DESAKAN DINDA!"Apa kau menikah lagi, Mas? Kau menikah di belakangku?" tanya Dinda."Hah?" sahut Hasan heran."Kenapa kau terkejut seperti itu, Mas? Apa kau benar- bear sudah menikah lagi? Lihat bau di bajumu, khas wangi gaharu! Kau habis dari kyai atau dari dukun? Kau habis menikah siri? Iya?" cerca Dinda sambil menatap nyalang ke arah suaminya.Hasan masih terdiam tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Dia sungguh tak mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi dengan sang istri. Dinda tiba- tiba seperti orang kesurupan yang marah tanpa alasan."Kau ini kenapa?" tanya Hasan."Lihat dan dengarkanlah ini," perintah Dinda menyerahkan HP nya pada Hasan.Hasan pun menerima HP itu dan mencoba memutar lalu mendengarkan rekaman suara yang di tunjukkan Dinda. Dia mendengar dengan jelas suara sang Ibu menyuruh Mas Zain untuk membujuk Hasan agar mau menikah lagi. Hasan menarik nafasnya dalam, dia tak menyangka Dinda sudah mendengar hal ini dengan cepat. Padahal niatnya dia ingin menyembunyik
Baca selengkapnya

SUMPAH SERAPAH SEORANG IBU!

SUMPAH SERAPAH SEORANG IBU!"Hari ini Hasan akan mulai mengekost, Bu! Hasan sudah men DP untuk tinggal di sana selama satu bulan," ujar Hasan santai."Apa?" teriak Bu Nafis kaget."Iya, Bu! Hari ini rencananya Hasan ingin pindah ke kos-kosan, bukan untuk mencari suasana baru tapi rasanya ini jalan terbaik untukku Dinda, agar kami lebih mandiri lagi," ujar Hasan."Gila kau! Tidak! Ibu tidak mengizinkanmu pergi dari rumah ini! Demi wanita yang baru kau nikahi kemarin sore, kau sekarang sudah berbuat gila! Kau bahkan mau meninggalkan Ibu dan Ifah adik kandungmu di rumah sendiri, kami itu masih di teror! Kau tega-teganya meninggalkan Ibu di sini sendiri bersama adik perempuanmu! Memang ya kau ini egois sekali," bentak bu Nafis."Bukan begitu, Bu! Aku tak masalah untuk menjaga Ibu dan Ifah, tetapi yang masalah di sini adalah aku menjaga perasaan istriku sendiri! Istriku sudah berkorban kepadaku banyak, dia meninggalkan keluarganya sekarang, apakah aku tidak boleh untuk membahagiakannya bar
Baca selengkapnya

PERGI DARI ISTANA BERTUAH MILIK MERTUA

PERGI DARI ISTANA BERTUAH MILIK MERTUA"Puas kau melihat aku seperti ini?" bentak Hasan.Zain hanya bisa terdiam tanpa bicara sepatah kata apapun. Dia tak bisa berkata lagi, dia tahu bahwa dirinya lah penyebab semua ini. Dia menghela nafas nya panjang."Maafkan aku, San! Aku tahu kata maafku mungkin tak akan bisa menghapus semua kesalahan yang aku perbuat selama ini. Rasanya pun salahku sudah fatal sekali. Tapi hanya kata maaf yang bisa aku ucapkan," jawab Zain."Aku akan bekerja di luar negeri saja, agar bisa melunasi semua hutangku," ujar Zain. Dia berjalan ke arah Eva istrinya dan bersimpuh di kakinya."Maafkan aku, Dek! Maaf jika selama ini aku tak bisa membahagiakanmu! Maaf kalau semua ini membuatmu semakin sakit, bertahanlah sebentar saja. Aku akan membuang gengsiku, aku akan bekerja sebagai TKI saja, tolong jangan tinggalkan aku, Dek," kata Zain.Mbak Eva diam tak bergeming. Dia terus memeluk Dinda yang terisak. Air matanya juga jatuh. Tak munafik hatinya juga sakit mendapati s
Baca selengkapnya

SALAH PAHAM!

SALAH PAHAM!"Astagfirulloh! Siapakah wanita itu?" batin Dinda dalam hati.Jujur saja dalam hatinya terbesit rasa cemburu melihat sang suami sedang terlihat asik makan bersama wanita lain. Dinda mencoba mengamati wanita itu sampai menyipitkan mata, Mengezoom gambarnya, namun tak kunjung jelas juga. Meskipun wanita itu tak bisa dengan jelas dilihatnya, yapi dia bisa memastikan bahwa tak mengenal wanita itu."Sepertinya ini bukan dedemit ondel-ondel alias Nanda! Penampilan dedemit itu pasti hebring sekali dan cetar. Ini kok kalem sekali, tampak seperti wanita berkelas. Siapa ya?" batin Dinda dalam hati.Dinda pun meneruskan pesan itu kepada Hasan. Mungkin saat ini suaminya masih sedang bekerja atau bersama wanita itu. Dinda tak kehabisan akal saat ini, dia pun segera menelpon Hasan tapi juga tidak diangkat. Hampir dua puluh lima kali dia meneleponnya tetapi sama hasilnya tak diangkat juga. Akhirnya dia menelpon ke kantor tepat Hasan bekerja untuk menanyakan kebera
Baca selengkapnya

PERINGATAN PERTAMA DARI MERTUA

PERINGATAN PERTAMA DARI MERTUA"Di manakah kau, Dek?" tanya Hasan dalam hati.Hasan mencoba bersabar menunggu sang istri. Namun di tunggu punya tunggu, Dinda juga tak kunjung datang. Hasan pun mulai khawatir dengan keberadaan istrinya itu, dia tak pernah pergi ke luar rumah dalam jangka waktu yang lama. Apalagi tak berpamitan dengannya. Hasan baru teringat bahwa tadi semua baju Dinda sudah di masukkan dalam mobil pajeronya. Bahkan sebagian besar bajunya juga ada dalam koper sana."Astagfirulloh! Apakah Dinda pulang ke rumah orang tuanya ya?" batin Hasan dalam hati. Tiba-tiba terlintas saja pikiran itu. Sebenarnya dia ingin menanyakan semua langsung kepada mertuanya. Hanya pulang ke Kediri lah yang paling memungkinkan di lakukan sang istri. Mengingat dia tak memiliki teman di kota sini. Tapi nyalinya cukup cetek juga, belum lagi jika nanti mertuanya bertanya bagaimana ceritanya Dinda bisa pergi dari rumah. Padahal jelas seorang istri itu adalah tanggung jawab Hasan sebagai suami. Namu
Baca selengkapnya

PERKARA PERGI TANPA IZIN SUAMI

PERKARA PERGI TANPA IZIN SUAMI"Apakah ini ada kaitannya dengan Ibu?" tanya Hasan memandang Ibunya dengan tatapan penuh curiga."Astagfirulloh, San! Mengapa kau menuduh Ibu seperti itu? Betapa tega nya kamu dengan Ibu kandungmu! Kau sampai hati berkata seperti itu ya, San?" kata Bu Nafis berpura pura sedih sambil meninggalkan putranya itu pergi masuk kamar.Dia takut berhadapan lama-lama dengan Hasan dan terungkap semua perbuatannya. Hasan pun mengusap hanya bisa mengusap rambutnya dengan kasar. Dia berkali-kali menelpon Dinda, namun masih saja tidak bisa tersambung. Akhirnya Hasan pun merebahkan dirinya di kasur."Kau ke mana sih, Dek? Pergi dari rumah tanpa pamit! Maafkan aku ya, Dek! Membuatmu kecewa berkali- kali," gumam Hasan dalam hati.Sedangkan di sisi lain, ini pertama kalinya bagi Dinda merasakan kebebasan setelah hampir enam bulan menikah dengan Hasan. Dia bisa tertidur nyenyak tanpa gangguan dari mertuanya ataupun suaminya sendiri. Hatinya terasa lapang sekali sampai dia b
Baca selengkapnya

IZIN PERGI KE KEDIRI!

IZIN PERGI KE KEDIRI"Bahkan di katakan kalau seorang perempuan rumah tanpa suami tidak izin dengan suaminya malaikat di langit dan di bumi semua mengutuk perempuan tadi sampai dia pulang-pulang ke rumah dan meminta maaf suaminya meski dia membela diri," sambung Mama Dinda."Tapi, Mah!" sanggah Papa Dinda."Tak ada tapi- tapia, Pa! Ini sudah menjadi hukum Allah SWT! Bagaimana jika posisinya di balik, Papa yang ada di posisi Hasan. Mama tak membela Hasan, namun kita bicara masalah agama," ucap Mama Dinda tegas."Lalu apa yang harus kita lakukan, Mah?" tanya Dinda. Jujur saja dia juga tak ingin kembali ke rumah Hasan karena takut Hasan marah. Apalagi Bu Nafis, tentu akan murka melihat Dinda tak pulang dan tanpa kabar. Tak hanya itu, Dinda juga tak ingin kalau mendengar penjelasan dan pembelaan Hasan lagi. Rasanya dia sudah cukup muak dengan suaminya."Kau masih ingin di Madiun, Nduk?" tanya Mama Dinda bijak."Andai Dinda boleh memilih, maka Dinda tak ingin di Madiun, Ma! Dinda ingin iku
Baca selengkapnya

MENTAL ISTRI DI HANCURKAN!

MENTAL ISTRI DI HANCURKAN!"Izinkan aku untuk ikut kedua orang tuaku pulang sekejap saja ke Kediri. Aku hanya ingin menenangkan diri, Mas," jelas Dinda."Dek! Bukannya Mas tak mengizinkan namun Mas ingin kau di sini dulu! Kita selesaikan semua dengan kepala dingin," jelas Hasan."Termasuk masalah wanita itu dan selingkuhanmu, Mas?" ejek Dinda."Selingkuhan?" tanya Pak Bukhori kaget.Dinda pun memutar suara di HP nya, rekaman pembicaraan Bu Nafis dan Mas Zain. Hasan terkejut Dinda melakukan hal itu. Bukannya apa- apa namun Dinda melakukan itu di hadapan orang tuanya. Tentulah nama baik dan citra Hasan di pertaruhkan dalam hal ini. Dia tak ingin mertuanya salah paham namun dia juga tak kuasa lagi melihat Dinda mengeluarkan bukti yang sangat jelas dan tegas bahkan tak bisa di bantah. "Kenapa kau lakukan itu Hasan? Hah? Kalau memang kau tak suka pada anakku, bukankah lebih baik kau pulangkan saja? Kenapa kau masih mencegahnya pulang jika kau menduakannya? Apa maumu?" tanya Pak Bukhari me
Baca selengkapnya

SAAT ISTRI MULAI DIAM!

SAAT ISTRI MULAI DIAM!"Aku akan beristiqoroh dulu beberapa hari untuk memutuskan nasib rumah tanggaku ke depannya," batin Dinda dalam hati."Bahtera kapalku yang mulai terombang-ambing di usia pernikahan yang belum genap setahun, haruskah aku pertahankan semua ini atau aku harus menyerah sekarang juga pilihan mana yang bisa ku ambil?"Setelah puas menulis surat itu, Dinda pun segera pergi. Dia mengemasi beberapa pakaian yang sengaja ingin di bawanya. Kemudian dia berpamitan kepada Hasan, bagaimanapun juga dia tak ingin meninggalkan rumah dalam keadaan saling emosi. Karena dia tak menganggap ada pertengkaran dengan Hasan."Dinda pamit dulu, Mas," kata Dinda sambil mengulurkan tangan memintah tangan Hasan untuk di salami dan menciumnya penuh takdzim. "Dek, kau akan kembali kan?" tanya Hasan.Alaih- alih menjawab justru Dinda hanya mampu tersenyum dengan sejuta arti. Hati Dinda sudah lelah. Dia memilih diam dan berpasrah pada Tuhan. Biarlah Tuhan yang membawa mereka ke mana, Dinda juga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
41
DMCA.com Protection Status