Semua Bab Jadi Miskin Di Hadapan Mertua: Bab 181 - Bab 190

403 Bab

TANGIS BU NAFIS!

TANGIS BU NAFIS!"Apakah benar yang dikatakan Mbak Lina selama ini bahwa sang Ibu terkenal suka gonta-ganti pasangan semenjak Abah meninggal beberapa bulan lalu? Dia sudah berhenti karena terjebak cinta dengan pak Hendi? Apakah kisah masa lalu pak Hendi dan ibu itu benar?" batin Dinda dalam hati."Kalau menurut Dinda sih, mungkin mereka mengizinkan, Bu! Bukan karena apa-apa, Bu! Tapi kan demi kebahagiaan Ibu sendiri, mungkin anak-anak ibu akan mengerti! Itu menurut Dinda," jawab Dinda. "Karena bagaimanapun kebahagiaan itu kan kembali ke masing-masing, Bu! Apalagi jika Ibu memang mau menikah lagi, kita sesama wanita kan, bu! Memang tak bisa munafik yang namanya wanita itu kan tetap butuh kasih sayang tak memandang usia. Apalagi sayang itu rasa yang tidak bisa diberikan oleh anak-anaknya, kadang kan ada rasa kesepian juga," ujar Dinda."Tumben, Din! Pemikiranmu itu dewasa sekali," ejek bu Nafis."Memang ibu mau menikah ya sama Pak Hendi?" tanya Dinda."Tidakla
Baca selengkapnya

PERKARA SERTIFIKAT!

PERKARA SERTIFIKAT!"Bagaimana ya, Din? Bagaimana kalau rumah ini di sita? Tak mungkin kan Ibu menyerahkannya ke bank," ujar Bu Nafis sambil gelisah."Din, bagaimana jika uang mu jual mobil di pakai menebus sertifikat ini?" tanya bu Nafis menatap wajah Dinda mendalam.Dinda terdiam tak bisa menimpali atau menjawab pertanyaan sang mertua. Bukan apa- apa tentulah jika dia meminjamkan uang itu pada ibunya akan menjadi masalah besar nantinya. Mengingat watak Bu Nafis mertuanya seperti itu. Akan lebih baik menghindari hitungan uang dengan sang mertua. Dinda terdiam mencari asan yang tepat."Tunggu Mas Hasan saja, Bu! Nanti kita cari jalan keluarnya," ucap Dinda mengusulkan."Ah, jika saja Hasan tahu kelakuan kakaknya itu, tentulah dia akan marah, Din! Ini akan menjadi pertentangan lagi bagi mereka," jelas Bu Anfis sambil menghela nafas yang sangat berat memikirkan kedua anakny itu."Padahal dulu sebelum menikah denganmu, Hasan sudah berkorban banyak untuk kakaknya! Tabungannya bahkan habis
Baca selengkapnya

HENGKANG DARI RUMAH MERTUA?

HENGKANG DARI RUMAH MERTUA?"Apakah mobil pajeromu saja ya yang dijual ya, Din? Toh ini demi keluarga kita," rayu Bu Nafis.Dinda langsung mengerlingkan bola matanya malas melihat ibu mertuanya itu kambuh lagi. Bukannya dia tak ingin membantu mertuanya, namun ini sudah beda kasus. Dia tak mau putus seperti yang sudah-sudah karena mertuanya itu tipikal orang yang tidak tahu berterima kasih."Sudah tunggu saja nanti, Bu! Sampai Mas Hasan pulang Bu, Dinda tidak bisa memutuskan. Mobil itu adalah hadiah pemberian orang tua Dinda bukan milik Dinda sendiri, kecuali itu adalah milik Dinda, kalo Papa menanyakan aku harus jawab apa, Bu? ibu mau tanggung jawab?" tanya Dinda sambil berusaha mencari alasan yang tepat."Loh kau itu gimanna to, Din! Kan bpkbnya sudah ada di kamu tadi, tentu itu adalah milikmu! Wong namanya saja hadiah! Lagian masa iya orang tahu kamu mau hitung-hitungan sama anak sendiri?" jawab Bu Nafis."Bu, cuma sekarang Dinda berpikir ulang! Dinda bukannya tak ikhas terhadap apa
Baca selengkapnya

RENCANA PAK BUKHORI!

RENCANA PAK BUKHORI!"Apa Hasan dan Dinda saja yang pergi dari rumah ini?" tanya Hasan. Dinda menelan ludahnya kasar mendengar ucapan suaminya."Apakah ketika Ibu meninggalkan sertifikat itu dengan penuh kesadaran?" cerca Hasan lagi."Nak..." kata Bu Nafis kepada putranya itu sambil bercucuran air mata. Dia tak menyangka Hasan tega mengatakan hal seperti itu padanya.Satu ketakutan besar bu Nafis kini menyergahah dirinya sendiri. Dia takut bagaimana jika Hasan tak sekedar mengancam saja. Kalau Hasan meninggalkannya sendiri, dan menanggung semua nya. Apakah dia harus menjual rumah ini? Rumah dengan seribu kenangan bersama almarhum suaminya dulu."Kalau memang itu pilihan Ibu, Hasan akan angkat kaki," jawab Hasan santai sambil menyenderkan badannya ke kursi makan."Bukankah ibu yang memilih semua ibu yang mengatakan dan membolehkan Mas Zain membawa sertifikat rumah. Bahkan Ibu juga yang setuju menyekolahkan atau menggadaikan rumah ini di bank tanpa pemberitahuan Hasan. Apakah anak ibu i
Baca selengkapnya

RENCANA BESAN!

RENCANA BESAN!"Sebenarnya tak mahal juga! Coba kau cari informasi dulu berapa harga tanah di sana dan berapa harga nilai taksir rumah itu!" perintah Papa Dinda."Untuk apa, Pah? Memangnya Papa mau melunasi rumah ini?" tanya Dinda."Tidak! Untuk apa Papa melunasinya secara cuma- cuma! Itu akan menyenangkan Ibu mertuamu saja! Apa kau tak ingat kalau mereka saja menganggap kita orang miskin, mengapa harus Papa melunasinya," jawab Pak Bukhori."Lalu? Apa rencana Papa? Jangan-jangan Papa akan membelinya ya?" tanya Dinda."Tidak, Nduk! Papa tidak akan bertindak seperti itu, Papa akan berniat memberi pelajaran saja kepada keluarga suamimu itu agar tidak sombong lagi," jawab Pak Bukhori."Maksud Papa bagaimana?" tanya Dinda yang belum mengerti."Biar saja bank sampai menagihnya! Ketika mereka tak mampu membayar, maka proseduralnya akan masuk dalam daftar lelangan. Saat itu baru bapak akan membelinya, memang bagaimana lagi rencana keluarga mertuamu itu?" tanya Pak Bukhari."Sejauh yang Dinda
Baca selengkapnya

TANGIS EVA!

TANGIS EVA!"Maksudmu? Keluarganya Pak Hendi?" tanya Dinda setengah berbisik."Iyam Mbak! Pak Hendi tetangga kita!" jawab Ifah."Astaghfirullahaladzim! Apa iya, Fah? Apa mungkin," gumam dinda setengah tak percaya ucapan adik iparnya."Entahlah, Mbak! Tapi nyatanya yang berkata seperti itu adalah Mas Aris! Sumpah, Mbak! Dia sendiri mengatakannya begitu," jelas Ifah bersungguh- sungguh sambil menunjukkan bukti panggilan masuk di HPnya.Dinda menghela napasnya panjang, meskipun dia juga memiliki pemikirannya sama namun Dinda tak menyangka jika akan seperti itu. Dia tak menduga bahwa semu dugaannya menjadi kenyataan. Tersangka dan dalang semua teror ini hanya mengarah ke dua orang, jelas tak mungin Pak Hendi melakukannya. Kemungkinan besar mertua Pak Hendi atau anak- anak Pak Hendi sendiri."Dek! Jujur saja sebenarnya Mbak Dinda sempat berpikir seperti itu juga, namun Mbak Dinda belum memiliki bukti. Apakah Mas Arif memiliki bukti yang benar- benar akurat ya, Fah?" tanya Dinda lagi."inga
Baca selengkapnya

JANJI DUA IPAR!

JANJI DUA IPAR!"Apa yang harus aku lakukan, Dek? Apakah aku harus melepas semua?" tanya Mbak Eva pada Dinda."Astagfirulloh! Jangan pernah memiliki pemikiran seperti itu, Mbak! Sampeyan harus banyak-banyak istighfar tak boleh berpikiran seperti itu apalagi jika ada setan yang lewat atau wali yang lewat nanti bisa jadi kenyataan! Amit amit jabang bayik! Kasihan anak- anak, Mbak! Jangan seperti itu lagi, Dinda tak suka mendengarnya! Tak baik," tegur Dinda. Meski begitu Dinda sebenarnya sangat tahu jika Eva mengatakan begitu karena sangat tertekan dengan kondisi ini. Jauh di lubuk hatinya, pasti dia juga tak mau biduk rumah tangga yang susah payah di bina hancur hanya dengan masalah seperti ini. Karena menjadi janda tentulah tak seindah bayangan, menjadi orang tua tunggal bagi anak dan membuat anak menyandang gelar broken home."Mbak Eva rasanya sudah mentok sekali, Dek! Sebenarnya Mbak Eva itu selama ini banyak diamnya, banyak mengalah. Semua Mbak Eva lakukan agar tak terjadi pertengk
Baca selengkapnya

TETAP SALAH MENANTU!

TETAP SALAH MENANTU!"Kau dari mana saja sih, Mas? Kok tumben sekali jam segini baru pulang? Tumben tak memberikan kabar, Dinda khawatir sekali," kata Dinda menghampiri sang suami. Dia khawatir jika suaminya kenapa-napa apalagi dia pergi bekerja dengan beban pikiran yang sangat banyak tentang kakak lelakinya."Mengapa kok wajahmu cemberut begitu, Mas? Kenapa kau datang bisa bersama dengan Ibu?" cerca Dinda lagi."Sudah lah jangan tanya begitu terus, Dik! Aku lelah ingin istirahat dulu," jawab Hasan sambil berlalu ke kamar. Dinda pun segera mengikuti langkah kaki suaminya juga.Entah mengapa suaminya sampai bersikap begitu padanya juga. Padahal pagi tadi di mereka masih baik-baik saja, apalagi datang bersama Bu Nafis. Tentu saja ini membuat kekhawatiran di hati Dinda. Tapi bagaimana lagi, dia juga mengerti sekali kondisi Hasan. Apalagi watak Hasan jika memang tak sedang ingin diganggu maka dia benar-benar ingin sendiri. Dinda membiarkannya, apalagi nanti malam akan ada rapat dengan kak
Baca selengkapnya

SERATUS DUA PULUH JUTA!

SERATUS DUA PULUH JUTA!"Hah? Apa Ibu tak salah bicara?" tanya Mbak Eva yang terkejut sambil menganga setengah tak percaya bahwa Ibu mertuanya mampu berkata demikian.Dia sangat tahu jika Bu Nafis memang tak menyukainya. Namun dia tak akan mengira jika Ibu mertuanya itu akan dengan keji menuduhnya sebagai penyebab semua ini. Padahal jelas-jelas semua ini adalah salah anak lelakinya bahkan buktinya sudah ada di depan matanya tapi mengapa sang mertua tetap tidak terima dan mencari kambing hitam atas masalah yang disebabkan putranya sendiri. Eva benar-benar tidak habis pikir kali ini bagaimana mungkin Ibu mertuanya tetap menyalakannya dengan alasan tak becus menjadi istri."Kau itu malah huh, hah, huh, hah! Dan memasang wajah seolah-olah tak mengetahui semua yang terjadi ini juga! Pasti gara-gara kamu, gaya hidupmu yang terlalu mewah itu!" cela bu Nafis.Eva sekarang tak bisa bicara apa- apa lagi, Dia hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya. Eva diam karena dia ingin memberikan kesemp
Baca selengkapnya

TINDAKAN TEGAS EVA!

TINDAKAN TEGAS EVA!"Astaghfirullahaladzim," kata Mbak Eva lirih. Dia tak sengaja tadi mendengar semua perkataan dan perencanaan Bu Nafis mertuanya dengan suaminya sendiri. Padahal dia tadi ingin beranjak segera pergi dari kamar dan mencari ojek untuk bisa pulang ke Kediri. Namun, saat hendak meninggalkan kamar dia mendengar semua percakapan suami dan mertuanya. Mbak Eva menghela nafasnya panjang lalu menghembuskannya pelan-pelan."Ini sudah keterlaluan sekali! Dinda harus tahu semuanya! Kasihan jika dia harus merasakan dan ikut bertanggung jawab atas kesalahan suamiku, padahal Dinda adalah ipar yang sangat baik," batin Mbak Eva dalam hati. Dia pun mengurungkan niatnya pergi dari rumah itu malam ini juga, karena ingin mengatakan semua pada Dinda. Mbak Eva segera mengambil hp-nya di kantong dan mengirimkan pesan.[Dek! Bisakah kita bertemu sebentar]Dengan harap-harap cemas Mbak Eva menunggu balasan dari Dinda, adik iparnya. Dia pun juga tak dapat menuntut Dinda segera membalas pesanny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
41
DMCA.com Protection Status