All Chapters of Jadi Miskin Di Hadapan Mertua: Chapter 161 - Chapter 170
403 Chapters
Rencana Menghadapi Nova!
RENCANA MENGHADAPI NOVA"Iya, Mbak! Apalagi aku ini, sudahlah bawa mobil Pajero seperti keinginan mertua saja, nyatanya masih sering tak dianggap oleh ibu mertuaku sendiri! Masih di anggap benalu dan tak berguna, iya kan, Bu? Bahkan selalu dianggap selalu menyusahkan anaknya," sindir Dinda langsung.Semua orang terdiam mendengar ucapan Dinda, termasuk Bu Nafis. Dia sekarang sedang mencari cara untuk menaikkan pamornya lagi yang sudah kalah di mata teman-temannya. Image ibu mertua yang baik hati sudah hancur sekarang."Eh! Eh, wong Pajero itu yang memberikan siapa? Orang tuamu bukan punyamu sendiri, kau jangan menyombongkan harta orang tuamu! Sombongkan hartamu sendiri kalau harta orang tua bisa kau sombongkan mah contohnya juga banyak! Itu namanya kau pewaris bukan perintis," ucap Bu Nafis sewot."Ya mending kalau pewaris, Bu! Kalau tak di wariskan ke anaknya lalu hendak ke siapa lagi? Masa iya ke Ibu yang notabene hanya besannya?" ujar Dinda sambil mengambil kunir a
Read more
Peran Kakak Ipar Sesungguhnya!
Peran kakak ipar sesungguhnyaDinda pun segera membenahi ruang makan selesai suami dan adiknya berangkat. Bu Nafis tampak belum pulang juga. Dia langsung masuk ke kamar dan mengerjakan beberapa file yang sudah dikirimkan oleh papanya. Saking sibuknya sampai tak terasa hari sudah siang, kemudian Dinda mendapat satu telepon masuk dari Nova. Dinda segera mengangkatnya."Halo selamat siang?" ujar Dinda sesaat setelah telepon digeser."Selamat siang Dinda ya?" tanya Nova."Iya Mbak Nova, gimana?" sahut balik Dinda."Oh ya Di, aku akan ke sana nanti habis maghrib ya! Bagaimana apakah bisa? Karena aku sekalian akan membawa anak-anakku, jadi tak bisa kalau pagi," ujar Nova."Baiklah, Mbak! Aku akan dengan senang hati menerima kedatangan sampean dan anak- anak," sahut Dinda."Oke kalau begitu, Din! See you," ucap Nova. Telepon langsung dimatikan sepihak oleh Nova tanpa ada ucapan apapun. Dinda segera keluar ke kamar dia mencari keberadaan ibu mertuanya untuk
Read more
Menantu Sok Kaya!
MENANTU SOK KAYA!"Apa jawabanmu?" tanya Dinda."Nanti Mbak Dinda bisa lihat sendiri! Ini akan menjadi kejutan, pokoknya Ifah akan membuktikan ketegasan Ifah untuk kali ini! Ifah Ingin membuktikan ke kalian semua bahwa Ifah bukanlah anak kecil lagi dan bisa tegas dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah Ifah sendiri, Mbak," ujar Ifah bersemangat.Dinda merangkul adik iparnya itu. Dia salut sekali pada niatan yang Ifah miliki. Ternyata tak salah langkah yang Dinda ambil untuk segera mengajak Ifah ke psikologi. Untungnya lagi untuk keputusan itu, keluarga suaminya tak banyak protes dan memaklumi bahkan mendukung usul Dinda. Tak perlu menjadi gila untuk berkunjung ke psikologi, justru dengan mendatangi ahli nya akan mencegah kita untuk tak jadi gila sesungguhnya. Karena kita bisa curhat ke tempat yang sebenarnya dan mendapatkan motivasi serta sugesti yang baik, bukan malah sebaliknya."Mbak salut padamu, Fah!" ujar Dinda memuji.Tak terasa magrib sudah datang, art
Read more
Tuduhan Ibu Nova!
TUDUHAN IBU NOVA!"Apakah ini yang namanya Ifah?" tanya Bapak itu sambil memandangi Dinda."Kok rasanya aneh sekali, Arif meninggalkan Nova yang cantik demi dia?" tanya Ibu- ibu yang duduk di samping Nova lirih, tetapi masih terdengar di telinga Dinda."Kurang ajar sekali! Kalau bukan tamu pasti aku akan melawanmu," batin Dinda kesal dalam hati."Dek, ambilkan kursi! Duduk di sini," perintah Hasan sekali lagi dengan tegas.Walaupun masih kesal dengan tamunya, namun Dinda segera ke belakang untuk mengambil kursi tambahan di ruang makan. Dia melihat sang ibu mertua yang sebenarnya sudah selesai salat tetapi justru tidak keluar. Ibu mertuanya malah menunggu di ruang makan. Dinda mengerutkan keningnya heran."Bu kok tidak keluar? Noh dah dateng loh tamunya," ucap Dinda."Sttt! Sudah! Sudah kau temui saja, Ibu tak mau nama baik ibu tercemar gara- gara Ifah! Aku tak mau di kenali mereka! Kau hendle saja itu! Kan tugasmu sebagai kakak ipar membela adik ipr yang sedang di terpa masalah," sahu
Read more
Kelembutan Hati Arif
KELEMBUTAN HATI ARIF!"Kau yang menjadikan adikmu ini pelacur cabe- cabean?" tanya Ibu Nova."Astagfirulloh! Jaga mulut Ibu ya!" bentak Ifah yang membuat semua orang terkejut dan kaget.Apalagi Dinda, dia sampai bengong melihat adik iparnya sekarang berani membentak orang. Tapi dia juga tak mau menylahkan Ifah, karena dia memang tak bersalah. Apalagi saat ini dia sedang mempertahankan harga dirinya."Dari tadi saya hanya diam saja ya! Itu saya lakukan karena sangat amat menghormati Ibu sebagai orang tua dan tuan rumah yang baik! Didikan dari ke dua orang tua saya, tetapi jika mulut Ibu terus berkata seperti itu, saya juga memiliki batas kesabaran! Bukannya saya tak mengajari atau menghormati orang lebih tua, tetapi Ibu sendiri yang tidak bisa dihormati," bentak Ifah mulai meninggikan suaranya."Tuh lihat, tuh! Didikan macam apa itu? Tak punya sopan santun," hardik Ibu Nova."Hahaha! Ibu berbicara sopan santun sekarang? Lucu sekali! Saya tanya sekarang, siapa yang tak sopan dan tak pun
Read more
Anak Adalah Prioritas!
ANAK ADALAH PRIORITAS"Kakak rasa sudah cukup semua drama ini, Dek! Kau hanya tak ingin kehilangan Arif dan tak rela jika Arif menemukan yang lain bukan?" tanya kakak Nova itu.Nova hanya terdiam beberapa saat mendengar ucapan kakak kandungnya itu. Nova nggak menyangkal, tetapi tak bisa lagi karena memang sebenarnya dia telah menyesal sekali berpisah dengan Arif. Mengingat Arif benar-benar sosok suami yang baik dan ayah yang bijak. Arif dan Nova sudah berumah tangga selama hampir dua belas tahun sedangkan mereka sudah berpacaran sejak SMA, hubungan mereka terjalin kurang lebih selama hampir tujuh belas tahun.Lamanya pernikahan ternyata tak menjamin kelanggengan cinta pasangan. Nova tergida oleh lelaki yang lebih muda. Seorang pengacara tampan, yang di kenalnya dari sosial media. Lelaki itu menawarkan cinta yang begitu banyak, hasrat cinta yang membara membuat lelaki itu sangat bagus dalam memperlakukan Nova seperti Princes. Hal yang sangat bertolak belakang dari pada Arif. "Jawablah
Read more
Pengorbanan Ifah
Pengorbanan IfahAnak-anak itu saling berpandangan. Mata mereka menaap seorang sedang mencari tahu jawaban hatinya. Kemudian Arif mencium pipi gembul keduanya. Dia sangat mencintai anaknya lebih dari apapun di dunia ini."Jawablah anak-anak," perintah Nova."Saka suka jika Papa dan Mama jadi satu lagi! Tetapi Saka tidak suka jika Mama dan Papa sering bertengkar kalau satu rumah lagi," ujar saka bocah kecil itu."Kalau begitu bagaimana jika Papa dan Mama berjanji tidak akan bertengkar lagi demi Saka dan Bima. Apakah Saka dan Bima mau?" tanya Nova."Ye! Ye! Saka dan Bima suka!" kata Saka dengan muka riang dan tawa polosnya."Dek," panggil Saka mencolek adiknya yang masih asik makan ciki."Apahhh?" tanya Bima dengan suara khasnya."Mulai besok, Papa dan Mama akan kembali lagi ke rumah kita! Besok Papa akan pulang ke rumah! Jadi kita tidak usah menelpon Papa lagi," ujar Saka pada adiknya.Namanya anak- anak yang memang tak tahu apa-apa hanya bertepuk tangan gembira mendengar kakaknya juga
Read more
Kemana Perginya Hasan?
KEMANA PERGINYA HASAN?"Sudah kau di sini saja, biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri! Siapa tahu dengan begitu Ifah bisa melihat bahwa Hasan benar-benar sungguh menyayanginya," ujar Mbak Alif."Tapi Mbak apakah tidak bahaya dengan membiarkan...""Duduklah!" perintah Bu Nafis."Biar mereka menyelesaikan dulu, Din!" sambung bu Nafis.Mau tak mau kali ini Dinda setuju saja. Dia kembali duduk di bangku dan melihat keadaan di depan. Hasan sudah berdiri sambil mengepalkan tangannya, sedangkan Ifah meneteskan air mata yang tak henti-henti sambil mengusapnya dengan lengan baju tangan. Sedangkan Mas Andri mengusap wajahnya dengan gusar, dia tak tahu lagi harus memihak yang mana kali ini."Mas! Duduklah," perintah Ifah di sela tangisnya. Dia mulai mengangkat suaranya dan berbicara."Tapi, Dek! Ini semua aku lakukan untukmu," sanggah Hasan."Ifah tahu kok, Mas! Terima kasih banyak ya, sudah membela Ifah sampai seperti ini, tetapi Mas duduk dulu. Biar Ifah mengambil keputusan," jelas I
Read more
Apakah Aku Harus Membunuhnya, Dek?
APAKAH AKU HARUS MEMBUNUHNYA, DEK?"Kakakku mana? Mana Mas Hasan? Mana?" teriak Ifah lagi sambil menengok ke kiri dan ke kanan.Semua orang sekarang panik mencari keberadaan Hasan. Karena Dinda sendiri juga tak tahu keberadaan suaminya tadi di dapur. Dia hanya melihat suaminya sekilas ke belakang sedangkan Andri dari tadi tak melihat Hasan. Terakhir melihat adik iparnya saat tak mau bersalaman dengan keluarga Nova dan Arif. "Bu tolong Ibu sekarang panggilkan Mas Hasan! Mas Hasan tadi ke belakang," perintah Dinda.Tanpa berpikir panjang lagi bu Nafis kali ini mengikuti saran Dinda. Dia berusaha untuk berlari sebisanya ke arah belakang. Tepatnya ke kamar mandi karena terdengar air mengalir dari kran. Hasan yang sedari tadi sedang asik di kamar mandi tak mengetahui kekacauan yang ada di depan."San! San! Adikmu! Adikmu," teriak Bu Nafis panik. Sampai dia menggedor-gedor kamar mandi belakang yang sedang di pakai oleh Hasan."Ya, Bu! Sebentar!" sahut Hasan dari dalam."Cepat adikmu, San!
Read more
Memeluk Ifah.
Memeluk Ifah!"Apakah aku harus membunuhnya, Dek? Agar kau tak merasakan sakit hati lagi?" tanya Hasan.'Prang' suara gelas jatuh. Itu adalah gelas yang di pegang Dinda untuk membuatkan teh adik iparnya. Gelas itu pecah lepas dari pegangan nya karena kaget mendengar suaminya mengatakan untuk berniat membunuh seperti itu. Padahal tak perlu mengatakan hal-hal buruk seperti itu. Karena dia memiliki seorang istri yang wajib dijaga dan dilindungi bukan seorang adik ipar saja."Astaga, apa sih, Din! Kau situasi seperti ini masih sempat- sempatnya berlaku ceroboh!" tegur bu Nafis yang terlonjak kaget. Begitupun semua orang di sana cukup terkejut mendengar suara gelas pecah."Kau kenapa, Dek?" tanya Mbak Alif mendekati Dinda yang berdiri tertegun menatap Hasan yang berpelukan dengan Ifah. Matanya nyalang mengisyaratkan semburat kemarahan."Mas istighfar kau! Jangan meracuni pikiran Ifah dengan mengatakan hal-hal buruk seperti itu! Apa maksudmu dengan berkata eperti itu? Kau tak mikir jangka p
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
41
DMCA.com Protection Status