"Sayang, maafin aku." "Maaf kata kamu, Mas? Aku udah capek banget dengerin kata itu dari kamu."Sudah, aku sudah muak melihat dia. Untung nya aku sudah selesai memasukkan semua pakaianku ke dalam koper, jadi aku tidak perlu memikirkan harus bagaimana lagi. "Sayang." Aku agak terkejut ketika Mas Zaki langsung berlutut, dia memegangi kakiku, aku mengembuskan napas pelan, apa lagi sih yang hendak dia lakukan? Aku sudah lelah sekali berurusan dengan Mas Reyza. "Tolong lah, kamu harus pikirin lagi buat pergi dari rumah aku. Kasihan anak-anak, seenggak nya mereka kan masih punya Papa kalau kamu gak menceraikan aku, jadi tolong kamu pikirin ulang ya, jangan kayak gini.""Lucu kamu, Mas." Aku tertawa pelan. "Bahkan kalau kamu mau tau, Putra mendukung aku ketika aku mau menceraikan Guntur kemaren, kejadian nya sama, kamu juga menyakiti aku, pasti dia akan setuju, jadi kamu gak perlu lagi nanya soal itu.""Tapi—""Lepasin kaki aku. Udah gak ada guna nya juga kamu mohon-mohon kayak gitu." Ak
Baca selengkapnya