Share

Bab 72

Penulis: Rahma La
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Enggak. Enggak, pasti gak mungkin. Kamu ini ngomong apa sih, Han? Ngaco banget deh omongan kamu itu."

"Ngaco? Enggak dong, Din. Udah jelas kalau Abang kamu itu suka sama kamu dan gak mungkin kalau Bang Fino justru suka sama Rumi. Itu justru mustahil."

Masa sih? Aku kembali menggelengkan kepala. Bang Fino tidak mungkin suka pada aku. Aku tidak percaya soal itu dan mana mungkin juga. Tidak mungkin kan?

Tidak akan ada yang percaya juga soal ini. Aku menghela napas pelan, ini benar-benar mustahil. Kalau soal Bang Fino suka dengan Rumi baik lah, aku percaya, tapi kalau aku sendiri enak saja, aku tidak mau.

Astaga. Apa yang baru saja aku dengar dari Hani? Dia ini mengatakan apa sih? Aku tidak paham dengan jalan pikiran Hani.

"Gak bisa, gak bisa." Aku kembali membantah apa yang dikatakan oleh Hani. Dia ini ngaco banget kalo bicara.

"Kok enggak bisa sih? Sudah jelas banget loh, Bang Fino itu mengarah suka sama kamu, Din. Masa kamu berusaha untuk mengelak itu?"

Jelas saja aku mengelak sem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 73

    "Iya kan? Kamu itu cuma bekasan! Jadi jangan sok-sokan!" Dia kembali berteriak. "Astaga, Dina! Delia! Udah, kalian kayak anak kecil aja!" Mama Mas Reyza kembali berteriak. "Kamu itu yang harus nya mikir! Gak ada harga diri nya sebagai perempuan. Kamu itu statusnya cuma istri kedua!" Dia semakin keras menjambak rambutku. Enak saja, aku juga tidak mau kalah, ikut menjambak rambut nya kuat-kuat. Bodo amat deh."Dek! Astaga, kalian ngapain sih?!"Bang Fino langsung memisahkan aku yang berantem dengan Delia. Rambutku sudah acak-acakan. Wajahku juga tampak bekas cakaran dari perempuan yang tidak tau malu itu. Satpam rumah sakit juga langsung mendatangi kami. Bang Fino sejak tadi minta maaf, dia yang jadi tidak enak dengan pihak rumah sakit. "Ngapain sih? Kayak anak kecil berantem kayak gitu." Bang Fino menggelengkan kepala, dia sedang membantuku untuk membersihkan luka. "Ma, Pa. Aku pamit pulang dulu. Tidak ada guna nya di sini lagi, wanita gak ada harga diri nya itu pasti selalu meng

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 74

    "Wanita gila gimana maksudnya?""Aduh udah deh Mbak. Mbak pulang dulu sekarang. Kayak nya dia nyariin Mbak deh."Hah?! Nyariin aku? Aku mengernyitkan dahi bingung. Kenapa jadi nyariin aku sih? "Iya maksud kamu wanita gila siapa, Rafi? Jangan-jangan kamu bohong ya sama Mbak?" tanyaku kesal. "Haduh, ngapain juga aku bilang kalau aku bohong Mbak. Gak ada guna nya sama sekali."Ya siapa tau kan, aku mengangkat bahu. "Ya udah, Mbak langsung pulang ke rumah sekarang. Kamu tungguin aja, jangan biarin dia buat yang mengacaukan dan panggil satpam jangan lupa."Buru-buru aku mematikan telepon dari Rumi. Entah lah siapa yang sedang dia bicarakan. Orang gila, tapi aku saja tidak tau siapa yang gila. "Ada apa, Sayang?" tanya Mas Reyza sambil menatapku serius."Aku belum selesai bicara dengan kamu membahas ini semua Mas. Jangan kamu kira dengan aku mendengar penjelasan kamu yang tadi, aku bakalan melepaskan kamu gitu aja, gak akan. Aku bakalan nanya hal tadi lagi ke kamu nanti."Mas Reyza langs

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 75

    "Oh, jadi ini anak kamu yang mau merusak kebahagiaan anak saya?" tanya Mama nya si Delia membuatku mengernyitkan dahi. Sebenar nya mereka ini kenal karena apa sih? Aku menggaruk kepala yang tidak gatal, jadi bingung sendiri deh bagaimana ini cerita nya. Mamaku tampak keheranan sendiri. "Bukan kah kebalik? Anak kamu yang ingin merusak kebahagiaan anak saya! Pakai acara segala nikahin suami orang, udah kayak gak punya malu."Astaga. Aku menelan ludah mendnegar nya. Aku kira mereka sahabat baik, ternyata malah saling bentak-bentakan dan juga mencaci begini. Ada untung nya sih, kalau memang benar mereka ini adalah sahabat baik, aku tidak akan pernah mengizinkan Mama untuk bersahabat dengan dia. "Sudah lah Ma, kita di sini mau membela hak Delia, bukan malah berantem sama orang gak jelas yang marah-marah." Juni langsung memegang tangan Mama nya. Baik lah, aku menganggukkan kepala. "Silakan duduk." Mereka berempat duduk. Aku menghela napas pelan, berusaha untuk mengabaikan Mama yang s

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 76

    "Wow, hebat banget ancaman nya."Bang Fino langsung melipat kembali surat tersebut, kemudian memasukkan nya ke dalam kotak, aku menelan ludah, masih tidak percaya melihat surat itu. "Itu surat, pasti dari wanita si istri kedua nya Reyza yang pengecut itu. Memang nya dia pikir, dia itu bisa membuat kita mundur, hah?! Dia pikir kita ini keluarga bodoh?" Abangku sudah sangat berapi-api. Aku mengembuskan napas pelan. "Ada apa, Bang?" tanya Rumi sambil duduk di kursi depan kami. "Ada yang mengancam Mbak kamu. Gila aja, mereka menganggap remeh kita. Abang mau cari tau dulu keluarga mereka itu sebenar nya siapa. Berani banget mereka bahkan sampai mengancam Dina seperti itu.""Kenapa mereka berani banget mengancam kayak gitu, bukan nya ngomong langsung, Bang?""Mereka itu gak ada nyali, tau sendiri mereka saja kalah berdebat sama kita. Apa lagi kayak gitu. Gak usah heran manusia kayak mereka mah."Benar apa yang dikatakan oleh Bang Fino. Aku menganggukkan kepala, setuju dengan perkataan A

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 77

    "Aduh kepalaku pusing banget." Aku langsung menatap sekitar. Bau obat-obayan tercium. "Dek! Ya ampun, kamu buat kita semua khawatir. Ada yang sakit? Apa yang kamu rasain sekarang?"Banyak sekali pertanyaan Bang Fino. Aku kenapa sih? Aku menggigit bibir, berusaha mengingat kejadian tadi. Ah, aku diikuti oleh orang misterius. Entah siapa itu, kemudian seperti nya ya tadi aku hampir saja ditabrak oleh truk besar, tetapi aku bisa menghindar. "Kamu cuma nabrak pohon besar tadi, Dek. Kamu kata nya terlalu cepat mengendarai mobil, hampir aja ditabrak sama truk. Untung refleks kamu bagus."Alhamdulillah aku masih bisa dikasih kesempatan untuk melihat dunia lagi. "Apa kah Mas Reyza tau kalau aku kecelakaan, Bang?"Mendengar perkataan ku, Bang Fino langsung menoleh ke Mama dan juga Rumi. Anak-anak seperti nya tidak diajak. Kasihan juga mereka kalau sampai diajak ke sini. Aku mengembuskan napas pelan, entah kenapa aku justru bertanya soal Mas Reyza. "Buat apa kamu nanyain orang yang sama s

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 78

    "Ya, siapa yang betah dimadu kayak gitu? Mana tidak terhormat karena aku tidak tau sama sekali. Kamu gak mikir gimana perasaan aku, hah?!" Aku langsung berteriak menatap Mas Reyza kesal.Dia pikir aku baik-baik saja melihat dia menikah dengan wanita lain? Tentu saja tidak, aku tidak baik-baik saja, memang dasar pria menyebalkan. Apakah Mas Reyza bercanda dengan semua ini? Aku sudah muak dengan semua drama yang terjadi. Kalau bisa, aku ingin segera mengakhirinya sekarang juga. "Pokok nya aku gak mau tau dan aku gak akan dengerin apa mau kamu lagi Mas, aku akan segera menceraikan kamu. Kamu tunggu saja surat perceraian yang akan dikirimkan ke alamat kamu." "Enggak enggak, kamu pasti bercanda, Sayang. Kamu sayang banget kan sama aku? Kamu gak boleh cerai dari aku. Aku gak mau cerai dari kamu." Mas Reyza menggelengkan kepala nya, dia tetap tidak mau menerima keputusan yang sudah aku buat. Apa sih? Aku menatap nya kesal. Mau dia membujukku kayak mana pun juga, aku tidak akan berubah pi

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 79

    "Kamu apa-apaan sih? Kok malah bentak Delia!" Mas Reyza tampak tidak suka dengan perkataanku barusan. "Bagus, Mas. Belain aja terus wanita gak tau malu ini, biar dia merasa menang. Kamu gak ada beda nya sama dia!"Bisa gila aku berada di tempat ini. Aku sudah muak sekali menghadapi mereka. "Idih, dasar gila. Udah gak tau malu, marah-marah lagi. Gak jelas banget." Lagi-lagi wanita ini menguji kesabaranku. Tanganku gatal sekali ingin menjambak rambut wanita ini, tetapi tidak enak juga pada orang tua Mas Reyza. Aku mengembuskan napas pelan, berusaha untuk mengendalikan diri sendiri. "Kamu itu lagi hamil, jangan marah-marah gak jelas kayak gitu." Mas Reyza tampak tidak suka dengan aku yang sejak tadi tidak berhenti untuk marah-marah. "Oh ya? Lalu aku tidak boleh membela hakku sendiri, Mas?! Kamu pikir aku ini wanita bodoh yang selalu menurut saja apa kata kamu?!" Sungguh, aku sudah muak sekali berada di tempat ini. Mana Bang Fino, aku ingin pulang sekarang, aku tidak mau ada di sini

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 80

    "Sayang, maafin aku." "Maaf kata kamu, Mas? Aku udah capek banget dengerin kata itu dari kamu."Sudah, aku sudah muak melihat dia. Untung nya aku sudah selesai memasukkan semua pakaianku ke dalam koper, jadi aku tidak perlu memikirkan harus bagaimana lagi. "Sayang." Aku agak terkejut ketika Mas Zaki langsung berlutut, dia memegangi kakiku, aku mengembuskan napas pelan, apa lagi sih yang hendak dia lakukan? Aku sudah lelah sekali berurusan dengan Mas Reyza. "Tolong lah, kamu harus pikirin lagi buat pergi dari rumah aku. Kasihan anak-anak, seenggak nya mereka kan masih punya Papa kalau kamu gak menceraikan aku, jadi tolong kamu pikirin ulang ya, jangan kayak gini.""Lucu kamu, Mas." Aku tertawa pelan. "Bahkan kalau kamu mau tau, Putra mendukung aku ketika aku mau menceraikan Guntur kemaren, kejadian nya sama, kamu juga menyakiti aku, pasti dia akan setuju, jadi kamu gak perlu lagi nanya soal itu.""Tapi—""Lepasin kaki aku. Udah gak ada guna nya juga kamu mohon-mohon kayak gitu." Ak

Bab terbaru

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 120

    "Hah?! Menghancurkan bagaimana, Wen? Apa yang hendak dia lakukan?""Aku gak tau, dia gak bicara dengan detail tadi. Dia lagi mabok."Oh ya?! Guntur mabok? Tumben sekali, dia mana pernah mabok dulu. Kenapa tiba-tiba dia malah mabok ya? Aku menggaruk kepala yang tidak gatal, sejujur nya aku cukup bingung dengan semua ini. "Terus gimana? Kamu kapan mau pulang? Seperti nya kamu harus ngasih tau semua yang kamu dapatkan di sana padaku deh." Aku berkata pelan. "Emm, boleh deh. Kita ketemuan aja di tempat lain. Nanti kalau di rumah kamu, bisa ketahuan sama Nada. Bisa-bisa malah kacau semua nya."Baik lah kalau begitu. Aku menganggukkan kepala mendnegar perkataan nya barusan. "Ya udah, kita langsung ketemuan aja. Aku butuh banyak banget informasi dari kamu juga soal nya. Kita ketemuan langsung ya."Aku langsung mematikan telepon dari Weni untuk bersiap-siap karena kami juga harus bertemu dan aku ingin bicara banyak hal pada Weni Karena menurut aku hal ini harus segera diselesaikan dan juga

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 119

    "Astaga."Aku langsung terdiam ketika mendengar pesan suara itu. Jujur saja aku kaget sekali mendnegar nya. Apa maksud dari pesan ini ya? Pesan yang aku temukan di ponsel milik Mas Reyza. "Emm, apakah benar yang dikatakan oleh Tri sebelumnya Kalau memang delia benar memakai pelet?" Namun aku tidak percaya sama sekali karena ini sangat sulit untuk dijelaskan oleh akal sehat dan juga memang cukup aneh. Mungkin aku juga perlu mengecek ke rumahnya Mas Reza di kamarnya untuk mencari tahu lebih lanjut juga. Atau aku perlu bekerja sama dengan Tri untuk mengungkapkan ini semua apalagi apa yang dikatakan oleh Tri tadi memang benar dan sepertinya dia tidak berbohong kah atas apa yang dia katakan tadi. Awalnya aku tidak percaya pada diri karena memang agak sangat sulit untuk diterima oleh akal sehat ketika mendengar perkataannya yang bilang kalau Mas Reza ternyata kena pelet oleh si Delia tetapi ketika mendengar dia bicara tentang adiknya yang meninggal gara-gara kena pelet ya mungkin aku m

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 118

    "Kamu sejak tadi bilang kayak gitu. Apa maksud dari perkataan kamu?" tanyaku sambil menatap dia yang tampak kesal sendiri. Dia saja tidak mau menjelaskan kenapa dia bilang kalau Delia itu adalah wanita iblis. Dia kenapa sih? Apa kah dia sebelum nya ada masalah dengan si Delia itu? "Dia itu bisa membuat orang lain luluh sama dia, termasuk suami kamu. Aku hampir saja masuk perangkap dia."Eh?! Membuat orang lain luluh? Bagaimana maksud nya? Jujur saja aku bingung sekali dengan perkataannya pria ini dia bahkan mau menjelaskan Siapa dirinya Tetapi dia sudah bilang kalau Delia itu adalah iblis Ya aku juga tidak tahu sih dengan apa yang sebenarnya terjadi ini juga bilang kalau dia pernah luluh pada si Delia itu. "Si Reyza itu terkena pengaruh nya si Delia, harus nya kamu bantuin dia buat lepas dari itu semua, bukan nya malah membiarkan Reyza terkena pengaruh wanita menyebalkan itu.""Tapi Tri, Mas Reyza terlihat mencintai si Delia banget, maka nya kan memang dia itu mencintai si Delia,

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 117

    Delia adalah penyebab nya? Apa maksud perkataan pria ini?"Apa maksud kamu?" tanyaku pelan. "Sudah lah, nanti kamu akan tau sendiri. Aku langsung ke rumah kamu sekarang."Dia mematikan telepon. Aku mengembuskan napas pelan, sejujur nya ini sangat membingungkan. Lalu aku harus apa sekarang? Tidak jadi tidur kalau begini aku mah. Hmm, lebih baik aku mengobrol dengan Hani di luar, meskipun ada Nada juga di sana, tetapi ya sudah lah aku sedang butuh teman untuk mengobrol sekarang. "Akhir nya kamu datang juga Din, lama banget. Kayak nya kamu itu sibuk banget ya? Jelas sih, karena kan Putri juga baru sampai di sini."Mendengar perkataan nya Hani, aku langsung tersenyum. Antara nada hanya mendengarkan perkataan aku dan juga Hani dia tidak menimbrung sama sekali karena mungkin masih tidak enak padaku. "Kalian sudah ngobrolin apa aja sejak tadi? Kayak nya dari aku pergi, sampai aku balik lagi ke sini, kalian belum pindah posisi juga." Aku mengangkat bahu, menatap mereka bergantian. "Yang

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 116

    "Hah?!"Jujur saja aku kaget sekali mendnegar nya, bahkan aku langsung menutup mulutku sendiri. Astaga, apa yang baru saja Putri katakan? Dia bilang kalau dia ingin Papa nya kembali ke sini? Ya memang nya bagaimana cara membuat Papa nya bisa ada di sini lagi? "Aku gak mau tinggal di sini kalau Papa gak ada di sini! Aku gak mau bicara sama siapa pun kalau Papa belum ada di rumah ini!" Dia kembali berteriak, membuatku menggelengkan kepala. Sulit sekali untuk memberikan pengertian pada Putri kalau Papanya Itu sudah meninggal ya memang masih kecil dan belum paham sama sekali dengan apa yang terjadi di rumah ini makanya akan lebih sulit dibandingkan untuk memberitahukan Putra dan juga Aurel. "Papa itu sudah meninggal, Putri. Kamu itu malah buat Mama tambah pusing, masalah Mama itu udah banyak banget." Putra yang lebih dulu bicara. Putra sudah besar sekali anak sulungkung benar-benar mengerti dan paham dengan apa yang terjadi di rumah ini dan dia juga membantu aku banyak sekali. Aku t

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 115

    "Hah?! Kamu serius, Rum?"Jujur saja, aku kaget sekali dengan perkataan Rumi, sekaligus senang. "Iya, Mbak langsung ke sini saja ya. Putri sudah pulang ke rumah."Alhamdulillah kalau begitu. Aku tersenyum senang. Kemudian langsung mematikan telepon dari Rumi, menoleh ke Bang Fino yang juga tampak ikutan senang. "Kabar yang benar-benar bagus, dek."Benar apa yang dikatakan oleh Bang Fino, ini memang kabar yang sangat bagus. Namun, sejujurnya hal ini adalah sesuatu yang aneh juga karena tidak mungkin tiba-tiba Putri pulang tanpa ada sesuatu aku merasa ada yang berbeda dan ada yang aneh juga.Entah kenapa perasaanku juga tidak enak karena ini sangat berbeda dari pada biasanya."Kamu mikirin apa lagi, Dek? Kan Putri juga sudah pulang ke rumah, harus nya kamu senang, bukan malah kelihatan sedih kayak gitu. Ada apa dengan kamu?" tanya Bang Fino sambil menatapku. Jika tidak tahu dengan apa yang terjadi padaku intinya justru aku merasa sangat aneh dan merasa ini sangat berbeda daripada bia

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 114

    "Apa lagi mau kamu di sini?! Jangan-jangan kamu mengikuti aku ya?"Dia adalah saudaranya Mas Reza yang memang tidak setuju dulu ketika Mas Reza menikah dengan aku. Emang rata-rata keluarganya Mas Reza itu setuju dengan pernikahan aku tetapi mereka juga sebagian ada yang tidak setuju karena mereka melihat aku sebagai janda dan juga tidak punya masa depan ketika menikah dengan Mas Reza padahal Mas Reza sendiri pun tidak masalah dengan itu semua. Terserah mereka sajalah mereka yang punya hak untuk mereka sendiri aku tidak ikut campur Tetapi kalau sudah sampai seperti ini aku juga tidak akan terima dengan Apa perkataan mereka. "Kamu ini lucu Dina, aku ini ingin kamu mati dan aku ingin kamu merasakan yang kamu rasa kan."Hah?! Tunggu sebentar, benar-benar kaget ketika mendengar perkataannya apa yang baru saja dia katakan dan seperti itu emangnya aku melakukan hal yang di luar nalar atau Aku melakukan hal yang benar-benar buruk sampai dia mengatakan hal tersebut begitu? "Ada apa sih?! S

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 113

    "Memang kurang ajar banget mereka itu!" Bang Fino tampak kesal sekali. Wajah nya memerah menahan marah. "Guntur memang begitu sejak dulu, Bang. Dia itu gak akan berhenti kalau dia gak masuk ke penjara. Jadi, memang aku harus menjebloskan dia ke penjara dulu baru dia bisa berhenti untuk tidak mengganggu hidup kita."Aku berusaha untuk menenangkan diri aku sendiri, jangan sampai terpancing oleh si Guntur itu. Dia memang sengaja agar aku dan juga Bang Fino marah dengan semua nya. "Gak bisa dibiarin ini semua, Dek. Kita pokok nya harus segera menyusun semua rencana, jangan sampai tiba-tiba kita yang kehilangan semua nya. Abang marah banget loh sama dia. Abang kesal sama dia."Sungguh sejujur nya aku paham sekali dengan apa yang Bang Fino katakan. Aku juga merasa kan hal tersebut, karena kami satu pemikiran. Baik lah, aku juga tidak aka. Membiarkan semua nya terjadi, aku juga akan mulai memikir kan semua nya, bagaimana cara nya si Guntur itu menyesal dengan semua yang dia lakukan sekara

  • Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku   Bab 112

    "Tapi kenapa bisa Mas Reyza sampai diculik?"Lagi pula, siapa yang menculik Mas Reyza, ah aku tidak percaya sih sebenar nya, tetapi apa ini? Aku bingung sekali deh. Ah iya aku lupa kalau Bang Fino ada di luar, jadi nya aku juga tidak bisa terlalu lama. Memang Bang Fino tidka mau ikutan karena takut nanti malah membuat saudara Mas Reza berpikir yang aneh-aneh tentang aku. Kami juga senang menghindari dari perbuatan itu karena juga maka masuk Islam masih basah dan aku juga belum bisa melupakannya sama sekali. "Ini pasti gak mungkin foto nya Mas Reyza. Nanti aku tanya saja deh pada Mama nya Mas Reyza." Aku bergumam pelan, memasukkan foto tersebut ke dalam saku celanaku. Pandanganku terhenti ketika melihat buku yang diletakkan begitu saja di atas pakaiannya Mas Reza. Ini buku apaan apakah ini adalah buku harian nya Mas Reyza?Hmm, bisa sih ini. Aku juga langsung memasukkan buku nya ke dalam tasku. Setelah puas berkeliling dan juga menatap fotonya Mas Reza lumayan lama Aku akhirnya me

DMCA.com Protection Status